NovelToon NovelToon
Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Bangkitnya Permaisuri Yang Terlupakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romansa / Reinkarnasi / Harem / Mengubah Takdir
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Setelah terpeleset di kamar mandi, Han Sia, gadis modern abad 25, terbangun di tubuh Permaisuri Han Sunyi tokoh tragis dari novel yang dulu ia ejek sebagai “permaisuri paling bodoh”.

Kini terjebak di dunia kerajaan kuno, Han Sia harus berpura-pura sebagai permaisuri yang baru sadar dari koma, sambil mencari cara untuk bertahan hidup di istana penuh intrik dan penghianatan. Namun alih-alih pasrah pada nasib, ia justru bertekad mengubah sejarah. Dengan kecerdasan modern dan lidah tajamnya, Han Sia siap membalikkan kisah lama dari permaisuri lemah menjadi wanita paling berkuasa dan akan membuat mereka semua menyesal

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Tiga tahun telah berlalu sejak malam badai itu.

Sejak hari di mana nama Han Sunyi benar-benar lenyap dari dunia, tergantikan oleh sosok pemilik restoran yang dikenal dengan sebutan Madam Wen.

Selama tiga tahun, Restoran Cahaya Langit berkembang pesat. Orang-orang dari segala kalangan datang untuk mencicipi masakan legendaris Yuyu, atau untuk sekadar duduk menikmati teh harum racikan Yuyi. Para pelanggan hanya tahu satu hal: tempat itu adalah surga kecil di tengah hiruk pikuk kota Qingbei.

Tak ada yang tahu bahwa di balik aroma sup kaldu dan senyum ramah pelayan, tersimpan jaring informasi yang membentang hingga ke istana utara.

Han Sunyi atau Madam Wen telah menjelma menjadi legenda di kalangan dunia bawah tanah.

Namun, seperti setiap legenda, ketenangan itu lambat laun terasa seperti sangkar emas.

Hujan musim semi baru saja berhenti pagi itu. Kabut tipis masih menempel di atap genteng saat Han Sunyi duduk di ruang kerjanya yang tersembunyi di lantai tiga. Di hadapannya, setumpuk laporan dari mata-mata rahasianya sudah rapi tersusun.

“Laporan dari selatan,” kata Zhi Dao sambil meletakkan map bambu di meja. “Perdagangan rempah meningkat. Tidak ada tanda-tanda pasukan utara masuk perbatasan.”

Han Sunyi hanya mengangguk tanpa menatapnya.

“Dan istana?” tanyanya datar.

“Tenang. Tidak ada pergerakan mencurigakan dari Kekaisaran Qing,” jawab Zhi Dao.

“Li Feng sepertinya sedang sibuk memperluas jalur perdagangan setelah ia memenangkan perang itu.” Sunyi menutup map itu perlahan.

Tenang. Aman.

Kata-kata itu, tiga tahun lalu, adalah yang paling ia dambakan. Tapi kini… justru terasa kosong.

Ia berdiri, melangkah ke jendela sempit dan menatap ke arah pasar kota yang mulai ramai. Suara pedagang, tawa anak-anak, dan bunyi lonceng sapi terdengar samar.

“Zhi Dao,” katanya tiba-tiba, “kau pernah merasa... bosan?”

Zhi Dao tampak bingung. “Bosan, Nona?”

“Ya. Tiga tahun tanpa pertempuran, tanpa penyamaran, tanpa bahaya. Dunia terasa… terlalu tenang.”

Ia tersenyum tipis, namun matanya kosong.

“Sepertinya aku mulai lupa bagaimana rasanya menjadi hidup.”

Zhi Dao ingin menjawab, tapi tak sanggup. Ia tahu, di balik ketenangan Madam Wen, ada luka dan dahaga yang belum sembuh luka seorang perempuan yang kehilangan nama, dan dahaga seorang pejuang yang kehilangan medan perangnya.

----

Hari itu, tanpa memberitahu siapa pun, Han Sunyi memutuskan untuk turun gunung — bukan gunung yang sebenarnya, tapi gunung kesunyian yang ia bangun sendiri.

Ia membuka peti kecil di bawah tempat tidurnya, mengeluarkan sepasang pakaian pria sederhana: jubah cokelat tua, ikat pinggang kulit, dan topi jerami lebar yang bisa menutupi sebagian wajahnya.

Satu sentuhan kuas tinta di alis, sedikit bedak perunggu di pipi dan Han Sunyi pun lenyap, digantikan sosok pemuda tampan berusia dua puluhan dengan sorot mata tajam dan senyum lembut.

Nama samar yang dulu ia gunakan terlintas kembali: Wen Lang.

----

Pasar Qingbei berdenyut hidup seperti nadi kota. Pedagang kain berteriak menawarkan sutra terbaik, penjual obat mengibarkan kipas berisi ramuan ajaib, dan aroma pangsit goreng bercampur dengan wangi bunga dari kios sebelah.

Wen Lang berjalan di antara kerumunan dengan tangan di belakang punggung, matanya mengamati segala arah.

Sudah lama ia tidak merasakan kebebasan seperti ini berjalan tanpa diikuti penjaga, tanpa topeng kekuasaan, tanpa beban identitas.

Ia berhenti di depan kios rempah.

“Berapa harga kayu manis ini?” tanyanya dengan suara dalam yang sedikit dibuat-buat.

“Dua tael per kati, Tuan muda,” jawab si pedagang.

Wen Lang tersenyum kecil dan menawar sedikit hanya untuk kesenangan berbicara. Di tengah tawar-menawar ringan itu, suara gaduh dari ujung jalan menarik perhatiannya.

“Lihat! Anak pejabat miskin itu datang lagi!”

Suara perempuan nyaring membuat orang-orang menoleh.

Beberapa gadis berpakaian mahal berdiri di depan kios bunga, menatap satu sosok dengan pandangan menghina.

Perempuan yang mereka olok-olok tampak berusia sekitar dua puluh tahun. Ia mengenakan pakaian sederhana berwarna biru pucat, rambutnya disanggul polos tanpa hiasan. Tapi di bawah sinar matahari, wajahnya memancarkan kelembutan yang aneh — cantik, namun tanpa kesan sombong.

“Dia cuma anak pejabat jujur yang nggak punya uang sogokan,” kata salah satu gadis dengan tawa sinis. “Apa gunanya kejujuran kalau hidupmu pas-pasan?”

Yang lain menimpali, “Benar. Ayahnya malah dimutasi ke barat karena menolak suap. Memalukan.”

Wen Lang berhenti melangkah. Matanya menajam, menatap gadis itu — wanita bangsawan yang dihina yang menunduk tanpa membalas sepatah kata pun.

Tangannya gemetar, tapi matanya tetap jernih.

Ada keberanian dalam diamnya.

Salah satu gadis kaya itu mendorong bahunya kasar. “Pergi saja dari pasar bangsawan, nona miskin!”

Wen Lang bergerak sebelum berpikir.

Ia menahan tangan si pengganggu dengan gerakan cepat, lembut tapi tegas.

“Seorang wanita sebaik dia tidak pantas diperlakukan seperti itu,” ucapnya tenang.

Semua mata menoleh.

Udara di pasar seolah membeku.

Para gadis kaya itu menatap Wen Lang dengan mata membulat. Mereka bukan menakut… tapi terpana.

Pemuda itu dengan rahang tegas, kulit pucat bersih, dan mata yang memantulkan sinar tajam tapi menenangkan terlalu tampan untuk ukuran rakyat biasa. Bahkan topi jeraminya pun tak mampu menyembunyikan pesonanya.

“Siapa… siapa dia?” bisik salah satu dari mereka.

“Tidak mungkin rakyat biasa,” gumam yang lain.

Wen Lang tersenyum kecil, menatap mereka dengan dingin.

“Orang beradab tahu kapan harus menahan lidah,” katanya lembut, tapi suaranya mengandung tekanan yang membuat para gadis itu mundur selangkah.

“Ma—maaf… kami hanya bercanda,” ucap salah satu gugup, lalu buru-buru menarik temannya pergi.

Kerumunan yang tadinya menonton kini berbisik kagum.

“Siapa pemuda itu?”

“Wajahnya seperti bangsawan!”

“Langkahnya mantap sekali…”

Han Sunyi atau Wen Lang hanya menghela napas. Ia menoleh pada gadis yang tadi dihina.

“Apakah kau baik-baik saja?”

Wanita itu menatapnya dengan mata bulat indah berwarna cokelat muda. “Aku... baik. Terima kasih, Tuan.”

Suaranya lembut, tapi terdengar teguh.

“Namamu?” tanya Wen Lang.

“Namaku Mei Lian,” jawabnya. “Ayahku pejabat kecil di Departemen Pertanahan. Dan kau, Tuan?”

“Ah.”

Wen Lang tersenyum samar. “Aku hanya seorang pedagang rempah. Namaku Wen Lang.”

Mei Lian tersenyum, kali ini dengan tulus.

“Terima kasih, Tuan Wen Lang. Dunia ini jarang memberi kebaikan tanpa pamrih.”

“Kalau begitu,” ucapnya pelan, “anggap saja ini hari keberuntunganmu.”

?

Bersambung

1
Cindy
lanjut kak
kaylla salsabella
lanjut thor
Wahyuningsih
d tnggu upnya kmbli thor yg buanyk hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪 dlm upnya😁😁😁😁
Cindy
lanjut kak
inda Permatasari
sebenarnya baik ingin mencari Han Sunyi untuk balas Budi dan juga merasakan cinta padanya tapi Han Sunyi tidak mau bertemu
kaylla salsabella
aku kok masih bingung ya ini li feng itu baik apa gak sama han sunyi
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸
li feng bukannya kabur jadi buronan?? kok uda di istana lg thor??
Wahyuningsih
wahhhh mkin sru thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor n jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪
Vivi❄️❄️
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kirain si bawah panah cinta ala cupid 🤣🤣🤣
sahabat pena
Luar biasa
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Fransiska Husun
keren banget
🌸 Maya Debar 🌸
Semangat terus Thor 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘❤️🥰🥰🥰🥰🥰🥰❤️❤️❤️❤️❤️🤩🤩
Tiara Bella
semangat 😍
🌸 Maya Debar 🌸
Tak tunggu selalu upnya Thor, Keren buanget ❤️❤️❤️❤️❤️🥰🥰🥰😍😍😍🤩🤩🤩😍😍😍😍🤩🤩🤩❤️❤️❤️🥰🥰🥰🥰
Wahyuningsih
q penasaran lanjutannya thor d tnggu upnya kmbli yg buanyk n hrs tiap hri jgn lma2 upnya thor ntar lumutan loh 😁😁😁 sehat sellu thor jga keshtn n tetp 💪💪💪 dlm upnya 😄😄😄
Wahyuningsih
q mampir thor mga2 critanya seeeeruuuu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!