NovelToon NovelToon
Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:908
Nilai: 5
Nama Author: Santika Rahayu

Ketika cinta datang dari arah yang salah, tiga hati harus memilih siapa yang harus bahagia dan siapa yang harus terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santika Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8

Alleta sejak tadi, tak henti melirik ke arah pintu, tatapannya seolah menanti kehadiran seorang yang muncul dari pintu kelas itu.

“Cieee.., nungguin siapa nihh..” Aru menyenggol lengan Alleta, hingga menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

“Gak ada.., orang cuma ngelamun..” sanggah Alleta.

“Udah ngaku aja, lo nungguin Sagara kan.?,” Terka Aru, “Dia ga masuk, tadi gue liat mamanya di ruang kepsek.”

Raut Alleta seketika berubah–kecewa. “Tuh kann, Lo emang nungguin tuh orang..” tebak Aru lagi.

Kali ini Alleta tidak bisa mengelak, helaan nafas kecil terdengar, “btw, dia ga masuk karena apa?” tanyanya akhirnya.

“gatau, sakit kali..” Aru mengedikan bahu.

Alleta mengangguk dan kembali membenahi duduknya. “sakit?, apa gue jenguk aja ya?, kemarin waktu gue pingsan dia yang nolongin, diajak makan juga lagi..” batin Alleta berpikir.

Ini adalah minggu kedua, Sagara menjadi siswa di Spanca. Dan hari kedua juga Sagara tidak masuk sekolah. Sejak kejadian like–unlike itu, Alleta memang cukup canggung ketika bertemu Sagara. Tapi saat guru bahasa Inggris memberi tugas yang mengharuskan Alleta berkelompok dengan Sagara, mereka jadi sering bekerja sama–berlatih untuk drama pendek yang akan mereka presentasikan.

Besok adalah hari presentasi, “gimana kalau Sagara gak masuk??” batin Alleta berbisik lagi.

...****************...

Alleta berdiri dengan gugup di depan sebuah gerbang bercat putih, tangannya menenteng sebuah kotak berisi kukis, dress pastel selutut yang dia kenakan terhembus angin membuatnya sedikit mengembang.

Selang beberapa saat, seorang satpam membukakan gerbang tersebut, “siapa ya?”

“Alleta, temen kelasnya Sagara, katanya Sagara sakit, saya mau jenguk..” tutur Alleta sopan.

“ohh.., silahkan..” Pak Rudy menuntun Alleta menuju pintu masuk rumah bertingkat dua dengan gaya minimalis modern itu.

Begitu masuk, seorang pembantu menyambut dengan hangat, “duduk dulu non, saya panggil den Sagara dulu..” ujar pembantu berusia paruh baya itu–mbak Mia. Mendengar yang berkunjung adalah seorang gadis yang merupakan teman kelas Sagara, Mbak Mia tampak begitu bersemangat.

Alleta kemudian duduk di sofa, bola matanya berkeliling menyapu setiap sudut ruangan, tidak ada foto keluarga, hanya lukisan-lukisan besar yang menghiasi dinding putih itu.

Salah seorang pembantu lainnya, yang tampak lebih muda dari Mbak Mia–mbak Lina, langsung menyiapkan minum berupa jus jeruk untuk Alleta.

“Silahkan diminum non..” Mbak Lina meletakkan jus tersebut bersamaan dengan camilan yang dia bawa dari dapur, wajahnya tampak sumringah seolah tengah melayani tamu VIP.

“Makasih..” ujar Alleta kikuk.

Tak lama menunggu, Sagara turun dari tangga dengan kaos hitam polos dan celana pendek selutut berwarna coklat yang tampak kasual.

Tanpa disadari, Alleta malah memandangi pemuda itu hingga menuruni anak tangga terakhir, penampilan Sagara yang santai dan rambutnya yang sedikit berantakan, memang terlihat lebih tampan.

“Kenapa?” suara datar itu membuat Alleta tersadar.

“Eh.., gapapa..” Alleta langsung memalingkan wajahnya. “Katanya Lo sakit, jadi gue mau jenguk.”

“Kata siapa?” Sagara duduk di sofa sebelah Alleta.

“Aru, Lo juga udah ga masuk dua hari..” Jelas Alleta, “Oh ya, nihh gue bawa kukis buat lo.” Alleta menyodorkan kotak yang dia bawa.

Kotak kukis itu berhenti di tengah udara karena Sagara justru menatapnya lama, “Buat gue?” tanyanya datar, tapi ada sedikit kerutan bingung di dahinya.

“Iyalah, masa buat pak satpam.” balas Alleta spontan, “nih ambil, udah susah gue bikin masa ga diterima.”

Sudut bibir Sagara tanpa sadar sedikit terangkat, tangannya kemudian terulur menerima sekotak kukis itu, “Thanks,” balas Sagara singkat, “lain kali gak usah repot-repot, gue udah sembuh.” sambung Sagara lagi.

“Gak repot, gue cuma mastiin aja, besok kita ada presentasi.”

“Tenang aja, besok gue sekolah, gue gak akan kabur.” Sagara kembali pada nada datarnya. “Oh ya, lo tau darimana rumah gue?” tanya Sagara tiba-tiba.

“Lo tau warung makan Bunda Rani ga?”

“Tau, yang depan kan?”

“Iyaa, itu warung makan bundanya Tristan, gue sering kesana, jadi pernah liat Lo keluar dari sini.” jelas Alleta, entah kenapa rasa gugup dan canggung tadi rasanya sedikit mereda, mungkin karena sikap Sagara yang welcome, tidak seperti biasanya yang dingin dan cuek ketika di sekolah.

“Ohh..”

Warung makan Bunda Rani dan kediaman Sagara memang bersebrangan, Alleta sempat melihat Sagara keluar dengan motor sport hitam saat dirinya tengah membantu Bunda Rani merapikan warung makannya beberapa hari lalu.

Alleta kemudian meneguk jus jeruknya, dia sempat menoleh ke arah dua orang pembantu di kediaman itu yang tengah sibuk di dapur yang tak jauh dari ruang tamu.

Keduanya tampak girang, beberapa kali mereka menoleh ke arah Alleta dan Sagara. Alleta merasa bingung, namun dia berpikir mungkin memang seperti itu kepribadian kedua pembantu tersebut.

“Gue boleh tanya gak?” Ujar Alleta setelah meletakkan gelasnya.

Sagara mengangguk.

“Rumah Lo kok sepi banget kayaknya?” Tanya Alleta, sedari tadi gadis itu menyadari sepertinya tidak ada orang lain di kediaman itu selain satpam, dua orang pembantu, dan Sagara.

“Gue cuma tinggal sama nyokap, dia lagi kerja.” jawab Sagara.

Alleta mengantupkan bibirnya. Mengangguk pelan. Tidak berani menanyakan lebih dalam.

Suasana kembali hening, Alleta melirik je arah jam dinding. “Gue pamit dulu ya, bagus deh kalo Lo udah gak apa-apa.” ujar gadis itu sembari bangkit dari duduknya.

Sagara ikut bangkit, “Thanks udah jenguk, padahal gak perlu.” Balasnya, entah mengucapkan terima kasih atau mengusir.

Alleta mengerutkan dahinya, tapi tentu dia tidak ingin berdebat lagi dengan pemuda itu.

Saat hendak melangkahkan kakinya menuju pintu, seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek dan blazer hitam muncul dari balik pintu.

“Eh ada tamu..” Sapa bu Sofi ramah.

Bu Sofi menghentikan langkahnya ketika melihat Alleta yang berdiri di ruang tamu. Tatapan Bu Sofi beralih ke Sagara, seolah bertanya dalam diam–siapa gadis ini?

Sagara menghela nafas pelan, “Temen kelas Sagara, katanya mau jenguk.”

“Ohh begitu.” Senyum Bu Sofi mengembang. Wanita itu melangkah mendekat, aura hangat seorang ibu yang supel dan berkelas disaat bersamaan. “Terimakasih ya udah datang. Kenalin Tante mamanya Sagara.” Bu Sofi menggenggam tangan Alleta.

“Alleta, tante.” Balas Alleta memperkenalkan diri.

“Cantik.” Puji Bu Sofi. “Udah mau pulang?, Ayo kita makan dulu.” Ajak Bu Sofi.

“Eh, ga usah Tante, udah sore, Alleta mau pulang.” Alleta menolak sopan.

“Gapapa, ayo makan dulu di rumah Tante, kamu ini cewek pertama yang bertamu ke sini, harus makan dong, Mbak Mia pasti udah masak sesuatu.” Desak Bu Sofi lagi.

Alleta menggeleng pelan, dia melirik ke arah Sagara seolah meminta pertolongan. Namun Sagara hanya mengedikan bahu–dia juga tidak berdaya.

“Udah ayo. Sagara juga, kok ga diajak makan temennya.” Bu Sofi menarik Alleta menuju ruang makan.

Mau tidak mau, Alleta tidak bisa menolak dan mengikuti Bu Sofi menuju ruang makan.

“Ayo duduk.” Dengan bersemangat, bu Sofi menarik kursi dan mempersilahkan Alleta untuk duduk. “Mbak.., dihidangkan makanya buat tamu kita.”

“Siap Bu..” jawab Mbak Mia sembari membawa hidangan sup jamur.

Di belakangnya, Mbak Lina juga membawa beberapa hidangan lainnya, keduanya juga nampak sumringah seperti Bu Sofi.

Alleta duduk diam, canggung kembali menyelimuti, dia melirik ke arah Sagara yang duduk di seberangnya.

“Udah ga usah sungkan, nyokap gue emang gitu.” kata Sagara, berbisik–membalas tatapan Alleta.

“Ngomongin apa sih kalian bisik-bisik, udah, ayo, makan yang banyak.” Bu Sofi menyela, dia kemudian meletakkan piring dan alat makan di hadapan Alleta.

“Makasih Tante..” Alleta tersenyum kikuk.

Saat akhirnya mereka mulai makan, Sagara beberapa kali menatap ke arah Alleta yang sedang mengobrol dengan mamanya, entah kenapa mata cokelat gadis itu terasa sedikit familiar.

...****************...

“That's the drama from group 4, sorry if there are any mistakes in the words, thank you for your attention” Ujar Alleta mengakhiri presentasi drama mereka pagi itu.

“okey, gift applause for group 4.” Seru Miss Anna sembari bertepuk tangan.

Tepuk tangan meriah terdengar dari seisi kelas, Alleta terlihat kegirangan karena berhasil menampilkan drama mereka dengan sangat baik. Alleta mengangkat kedua tangannya ke udara, Tristan di sebelahnya juga tak kalah senang, pemuda itu langsung menyambut tangan Alleta dengan menepukkan tangan mereka keras.

Masih terbawa suasana Alleta kemudian menoleh ke sebelah kanannya dan mengangkat tangannya hendak melakukan tos, namun dia terhenti ketika menyadari di sebelahnya adalah Sagara.

Sagara menatap Alleta bingung, saat gadis itu hendak menurunkan tangannya perlahan, Sagara langsung menepukkan tangannya dengan tangan Alleta–membalas.

Alleta terpaku, “dibales?” gumamnya dalam hati.

“Good job, Alleta, Tristan, and Sagara, drama kalian sangat bagus.” Miss Anna memuji, “Silahkan kalian boleh duduk.”

“Thank you Miss.” ujar ketiganya serempak, mereka pun melangkah menuju bangku mereka masing-masing.

“Keren banget All..” Aru mengacungkan jempol, memuji Alleta yang duduk di depannya.

“Thanks.”

“Oke, everyone, presentasi kita lanjutkan minggu depan, karena jam pelajaran bahasa Inggris sudah habis, kalian boleh istirahat,” Kata miss Anna yang berdiri di depan kelas, “Good afternoon, goodbye”

“Goodbye miss.” balas para siswa serentak.

Setelah miss Anna keluar, keributan-keributan kecil mulai terdengar dari beberapa siswa, mereka mulai mengobrol santai, ada juga yang melangkah ke kantin, atau ke luar kelas untuk meredakan mumet setelah mapel bahasa Inggris.

Sementara gadis dengan tinggi 148 cm, bermata cokelat itu, mengambil kotak bekalnya kemudian memutar bangkunya menghadap belakang agar bisa makan bersama Aru.

Aru juga mengeluarkan kotak bekalnya, “bekel apa?” Aru bertanya sembari membuka kotak bekalnya.

“Nasi goreng, sama naget.”

“wihh enak tuh..”

“Iyaa, nih bagi-bagi..” Alleta menyodorkan kotak bekalnya kepada Aru.

“Hehe..” Tanpa malu-malu, Aru mengambil salah satu naget menggunakan garpu, “nih, gue bawa ayam panggang.” kini giliran Aru yang menawarkan.

Keduanya sama-sama berbagi makanan. Saat hendak mulai menyantap makanan mereka, dia tangan tiba-tiba terulur ke arah Alleta, satu dari kanan, satu dari kiri.

“Nih, buat lo.” ujar keduanya bersamaan.

Sagara memberikan kotak bekal berisi sandwich untuk Alleta, sementara Tristan memberikan sebotol minuman pure matcha.

Alleta menatap mereka bergantian–bingung. Sementara, Aru menutup mulutnya, berpura-pura terkejut, namun tatapan nakal terlihat di matanya.

“Buat gue?”

Sagara dan Tristan saling pandang, mereka juga nampak bingung. “Ehh.., iya, ini kemarin Luna yang beli, katanya suruh kasih Lo, Lo kan suka matcha.” Kata Tristan terlebih dahulu.

“Makasih.” Alleta menerima pemberian Tristan tanpa ragu.

“Nyokap gue yang bikin, tanda trimakasih buat kukis buatan lo.” Kali ini Sagara yang berbicara.

Alleta tersenyum tulus, “Gak usah repot-repot juga kali, gue tulus kok bikinnya.”

“Ambil aja, nyokap gue juga tulus bikinnya, kalo gak diterima ntar gue yang dimarahin.” Nada suara itu datar tapi terdengar bersungguh-sungguh.

“Udah All, terima aja.” Aru ikut mendesak

“Gue terima, makasih ya.” Ujar Alleta akhirnya, gadis itu menanggapi kotak bekal yang diberikan Sagara.

“Tapi All, Lo alergi tomat.” Tegur Tristan melihat tomat yang menghiasi sandwich tersebut.

Alleta menurunkan pandangannya, melihat tomat-tomat itu, beruntung dia belum memakannya, jujur saja Alleta memang kurang teliti. Jika saja Tristan tidak mengatakan itu, mungkin Alleta sudah memakannya, tanpa mengingat bahwa dia pernah masuk rumah sakit karena kram perut dan muntah-muntah sehabis makan tomat.

“Sori gue gak tau, biar gue ganti yang lain.” Sagara hendak mengambil kembali sandwich itu.

“Eh, gak apa-apa, tomatnya biar gue kasih Aru, yang lain masih bisa gue makan.” Alleta tersenyum–manis, dia tentu tidak enak jika harus merepotkan pemuda itu lagi.

Bersambung...

-Terkadang Perhatian kecil yang tulus mampu membuka pintu kehangatan, bahkan pada hati yang paling diam-

1
Fathur Rosi
asik akhirnya up lagi
butterfly
lanjuttttt💪💪💪💪
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
mantap
Lilis N Andini
lanjut /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Sant.ikaa
Kalian tim Tristan Alleta OR Sagara Alleta
Sant.ikaa
Yang mau lanjut absen dongg
butterfly
lanjut thor 💪💪
Sant.ikaa: sudah nihh
total 1 replies
Fathur Rosi
asik ceritanya...... gassssss
Siti Nina
Oke ceritanya Thor 👍👍👍
Lilis N Andini
ceritanya bagus,dengan latar sekolah yang menggemaskan seakan bernostalgia ketika masa putih abu
Sant.ikaa: terimakasih dukungannya😊
total 1 replies
Lilis N Andini
ditunggu upnya kak/Heart/🙏
Lilis N Andini
Aku mampir kak....semangat/Rose//Rose/
kalea rizuky
lanjut banyak thor nanti q ksih hadiah
kalea rizuky
aduh km knp Tristan
kalea rizuky
yaaa sad boy donk tristan
kalea rizuky
kasian Tristan jd Ubi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!