Selama 4 tahun lamanya berumah tangga, tak sedikit pun Naya mengecap keadilan.
Hidup satu atap dengan mertua begitu menyesakkan dada Naya, dia di tuntut sempurna hanya karena dia belum bisa memberikan keturunan. Di sepelekan, di olok-olok oleh mertua dan juga iparnya. Sang suami cuek dengan keluh kesahnya, bahkan dengan teganya ia menikah kembali tanpa meminta izin dari Naya selaku istri pertama.
Daripada di madu, Naya lebih baik mengajukan gugatan perceraian. siapa sangka setelah ketuk palu, dirinya ternyata sudah berbadan dua.
Bagaimana kehidupan yang Naya jalani setelah bercerai, akankah dia kembali pada mantan suaminya demi sang buah hati?
"Jangan sentuh anakku! Berani menggapainya itu sama saja dengan mempertaruhkan nyawa." Naya Suci Ramadhani.
Woowww... bagaimana kah karakter Naya? apakah dia lemah lembut? atau justru dia adalah sosok perempuan yang tangguh.
Yuk, simak ceritanya jangan sampai ketinggalan 👉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusul Arzan
Dalam keadaan yang tetap gelisah, Arzan mencoba menghubungi ibunya untuk menemaninya di rumah sakit.
Tut..
'Hallo, bestie.'
'Gak ada bestie-bestie! Mama, cepetan ke rumah sakit Harapan nusa dan bangsa.'
'Yakkk! Apa kamu coba bundir lagi? '
'Cepetan kesini, jangan ngomel dulu'
Tuttt...
Arzan mematikan sambungan telponnya sepihak, ia melirik kearah pintu dimana tidak ada tanda-tanda ada orang yang keluar dari sana.
*****
Di kediaman Fernando.
Zoya yang sudah mendapat telpon dari Arzan bergegas mengambil tas dan juga kunci mobilnya, suaminya menatap heran melihat istrinya tebruru-buru.
"Mau kemana kamu?" Tanya Nando yang tengah berdiri sambil memegang toples berisikan kacang.
Zoya menoleh menatap suaminya, ia pun segera menarik tangan Nando untuk ikut dengannya tanpa melihat suaminya berpakaian seperti apa.
"Si Tarzan lagi di rumah sakit!" Seru Zoya sambil berlari keluar rumah.
"What?!" Pekik Nando.
Begitu sudah sampai di luar, Zoya memberikan kunci mobil pada suaminya dan ia berpesan kepada Satpam untuk mengatakan pada Laila agar menjaga Nakula sampai ia kembali dari rumah sakit.
"Buruan masuk." Titah Nando begitu sudah menyalakan mobilnya.
Zoya pun segera masuk ke dalam mobil, Nando tancap gas karena takut Arzan kembali berbuat nekat atau tantrum lagi.
Jalanan tidak terlalu ramai, jadi Nando bisa leluasa mengemudi agar cepat sampai di rumah sakit yang di beritahukan oleh Arzan melalui ibunya.
"Cepetan dong ah, lama amat." Omel Zoya sambil memakan kacang yang ada di toples milik Nando tadi.
"Mending ngunyah aja yang bener, makan sambil ngomel itu bikin kesedak tau!" Gerutu Nando.
"Punya anak bujang kayak gini amat ya, meleng dikit bikin parno." Ucap Zoya.
"Gimana gak bikin parno, orang bapaknya aja dulunya mantan orang gila dan malah nurun ke anaknya. Jadi cowok yang gampang bucin tuh nyiksa tahu." Balas Nando.
"Makanya, kalau cinta itu sewajarnya aja jangan berlebihan, nanti Tuhan cemburu melihat hamba-Nya lebih mencintai sesama ciptaannya sendiri dan lupa sama Tuhan-Nya."
Nando hanya diam saja mendengarkan ucapan Zoya, memang benar adanya kalau manusia mencintai lawan jenisnya itu tidak boleh berlebihan karena jika mendapatkan kekecewaan bukan hati saja yang sakit, bahkan mental juga ikut hancur.
Tak lama kemudian, Nando dan Zoya sudah sampai di rumah sakit. Mereka langsung keluar dari dalam mobil dan berjalan sambil menghubungi Arzan, langkah mereka sempat terhenti saat Arzan mengatakan kalau ia menunggu di depan ruang bersalin Naya.
Setelah menyusuri lorong rumah sakit, Zoya menunjuk kearah Arzan dimana putra sulungnya tengah mondar mandir diasana.
"Tuh si Tarzan." Tunjuk Zoya.
Keduanya pun menghampiri sang putra, begitu melihat kedua orangtuanya datang Arzan terdiam melihat penampilan keduanya.
"Huft, apa harus datang dengan pakaian seperti ini?" Tanya Arzan heran sekaligus tak habis pikir.
Nando dan Zoya saling menatap satu sama lain, mereka pun baru sadar kalau pakaian yang di pakainya itu seperti apa.
Nando memakai baju singlet serta kolor, sedangkan Zoya memakai daster rumahan yang panjangnya selutut.
"Parno dikit tadinya, gapapa lah malu juga bodo amat." Jawab Nando enteng.
"Kalo nunggu dandan dulu ya kelamaan, yang penting kita udah di rumah sakit. Sekarang Mama pengen tahu, kenapa kamu bisa disini? Ini kan buat orang yang mau lahiran, Zan?" Zoya penasaran dan menatap anaknya penuh selidik.
"Papa tahu kamu lagi gak baik-baik aja, tapi kamu gak sampai mabuk dan hamilin anak orang kan?" Tambah Nando.
"Aku tidak sebodoh dan segila itu ya, aku minta Mama dateng tuh karena aku bingung. Tadinya aku mau beli hadiah buat si Nakula soalnya udah bikin dia bete, tapi pas di Mall gak sengaja nabrak ibu hamil dan tiba-tiba aja perutnya kesakitan sampai ada apa sih itu yang kayak pipis tuh?" Jelas Arzan sambil menatap ibunya.
"Cairan ketuban?" Ucap Zoya.
"Hah, iya itu. Katanya perutnya makin sakit, jadi aku bawa lah ke rumah sakit soalnya panik kan kayak waktu Mama mau lahiran Laila sama Nakula kan gitu juga. Dokter ngiranya aku lakinya sampai nemenin persalinannya, tapi pas anaknya udah lahir katanya tuh cewek pendarahan. Arzan bingung, mana gak tahu keluarganya siapa soalnya ketemunya dia sendirian di Mall, sedangkan tasnya kebawa ke dalem ruangan." Lanjut Arzan.
Mendengar cerita Arzan membuat Nando bernafas lega, ia takut jika anaknya berbuat ceroboh seperti temannya dulu dimana stres lari ke minuman dan berujung one night stand.
"Apa sekarang wanita itu masih di dalam?" Tanya Zoya sambil membawa Arzan duduk.
"Iya, belum ada Dokter maupun suster yang keluar." Jawab Arzan.
"Baiklah, kita tunggu sampai semuanya selesai dan nanti kita bisa hubungi pihak keluarganya." Ucap Nando.
Mereka semua menunggu Dokter keluar dari dalam ruangan tersebut, sedangkan Arzan juga teringat akan bayi Naya.
Tak lama kemudian, Dokter keluar dari ruangan Naya dan Arzan segera menghampirinya.
"Bagaimana keadaannya, Dok?" Tanya Arzan.
"Pasien mengalami pendarahan yang cukup banyak di sebabkan oleh beberapa faktor, akan tetapi semua berhasil di tangani dan pasien sudah mendapatkan transfusi darah." Jawab Dokter.
"Fyuuhhh, syukurlah." Arzan bernafas lega.
"Pasien saat ini masih dalam keadaan lemah, tuan dan nyonya bisa melihat keadaannya di dalam." Ucap Dokter.
"Tolong pindahkan pasien ke kelas VIP, untuk semua biayanya saya yang akan menanggungnya." Pinta Nando sebelum masuk ke dalam.
Dokter menganggukkan kepalanya mengerti, keluarga Fernando adalah orang baik di balik sikap yang tak bisa di prediksikan.
Arzan dan kedua orangtuanya masuk ke dalam, mereka melihat Naya yang tengah terbaring lemah dengan wajah pucatnya.
"Coba kamu cari tasnya, hubungi keluarganya takutnya mereka nyariin." Ucap Zoya.
Arzan mencari tas Naya yang ternyata ada diatas meja, ia mencoba mencari hpmilik Naya dan begitu berhasil menemukannya hp Naya dalam keadaan mati.
"Hp nya mati, Ma." Ucap Arzan.
"Sebentar, biasanya Mama suka bawa powerbank di tas." Ucap Zoya.
Zoya mencari powerbank di dalam tasnya, lalu ia memberikannya kepada Arzan yang mana langsung Arzan charge.
Nando dan Zoya menatap wajah Naya, rasanya Zoya pernah melihatnya namun, ia lupa dimana.
Hp Naya menyala dalam keadaan di Charge, Arzan menelusuri hp Naya dimana banyak pesan masuk dan juga banyaknya panggilan tak terjawab. Disana Arzan dapat melihat nama Rhea, karena hp nya tidak di kunci Arzan bisa menyalin nomor Rhea dan menghubunginya menggunakan hpnya.
Arzan menghubungi Rhea dan langsung di jawab oleh seorang wanita di sebrang sana yang sedang menangis, ia memberitahukan dimana Naya dan juga keadaannya seperti apa.