Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Balada Empat Pria Dewasa.
Richard sedang makan malam dengan beberapa koleganya.
Ada Edward Hugo, Daniel Abraham, Dirgantara Wijaya sang wakil direktur, dan juga dua orang klien dari luar kota.
Mereka sedang membahas pembangunan rumah sakit bertarap internasional, yang akan dibangun di pinggiran kota.
Setelah mencapai kesepakatan, klien dari luar kota itu pamit undur diri lebih dulu karena akan kembali ke kota mereka.
Sementara itu empat pria lainnya, Richard, Dirga, Edward dan Daniel masih berada di restoran itu untuk mengobrol.
Mereka sangat jarang bertemu karena kesibukan masing-masing.
Richard bersahabat dengan Daniel, semantara Edward dan Dirga merupakan teman semasa sekolah menengah atas dulu.
“Apa kita perlu pindah tempat? Di lantai atas tempat ini ada klub malam.” Ucap Dirga saat ketiga orang lainnya hanya diam.
Mereka bertiga saling melempar tatap.
“Tidak perlu. Kita bisa memesan tambahan minuman dari restoran ini. Mereka juga memiliki anggur import.” Richard menjawab sang sepupu.
Dirga mengangguk. Ia kemudian keluar dari ruang makan VIP itu untuk memesan sebotol anggur.
Beberapa saat kemudian, ia kembali datang dengan diikuti oleh seorang pramusaji wanita yang membawa nampan berisi sebotol anggur import, dan empat buah gelas bertangkai.
“Satu botol saja. Kalian ini punya istri dirumah yang sedang menunggu.” Ucap Dirga sembari menuangkan minuman beralkohol itu ke dalam gelas-gelas bertangkai.
Ia meminta pramusaji untuk pergi meninggalkan mereka.
“Lalu, kamu kapan punya istrinya?” Tanya Edward sembari meraih gelas yang telah terisi.
“Oh Ayolah, bung. Aku baru setahun menduda. Untuk apa terburu-buru berumah tangga lagi?”
Dirga meletakkan satu gelas di depan sang kakak, dan satu lagi di depan Daniel.
“Lihatlah pria di hadapanmu.” Ucap Edward sembari menunjuk Daniel dengan gelasnya.
“Kenapa dengan pak Daniel?” Tanya Dirga dengan dahi berkerut.
“Dia baru beberapa bulan menduda, tetapi sekarang sudah menikah lagi.” Celetuk Edward tanpa sungkan.
“Wah.. ini luar biasa.” Dirga bersorak kecil.
“Di dalam ruangan ini, ada dua orang pria yang terlambat menikah.” Tunjuknya pada sang kakak dan Edward. “Dan dua orang lagi pria berpengalaman.” Dirga mengangkat tangan, dan melakukan tos dengan Daniel seperti anak kecil.
“Tetapi kami bertiga memiliki persamaan.” Ucap Richard sembari menyesap pinggiran gelas.
Rasa panas terasa mengalir di dalam tenggorokannya, saat minuman beralkohol itu masuk ke dalam.
“Apa?” Tanya Dirga penasaran.
“Kami sama-sama menikahi daun muda.” Jawab Edward tergelak.
“Tenang saja. Aku akan mengikuti jejak kalian. Karena dengan yang seumuran, hanya akan membuat sakit hati.” Dirga menghabiskan minumannya dalam sekali tenggak.
“Dia selalu begitu. Belum bisa move on dari mantan istri yang sudah jelas mengkhianatinya.” Richard menggelengkan kepala melihat tingkah adik sepupunya itu.
“Kenapa kamu tidak meminta saran pada pak Daniel? Dia baru beberapa bulan bercerai. Bahkan dengan artis terkenal. Tetapi dia sudah menikah lagi.” Edward menambahkan.
“Jangan meminta saranku, Dirga. Meski aku baru bercerai, tetapi hubunganku dan mantan memang sudah renggang sejak lama. Bahkan bertahun-tahun lamanya.” Daniel angkat bicara.
Kisah Dirga memang berbeda dengan Daniel. Meski sama-sama di selingkuhi, namun nasib Dirga lebih miris. Sang istri ketahuan berselingkuh sehari setelah mereka merayakan hari jadi pernikahan yang keempat tahun.
“Kak, kenapa kamu tidak meminta saran menghadapi istri muda pada Edward saja? Dia sudah lebih dulu menikah, dan sekarang sudah memiliki putra. Siapa tahu, saran Edward bisa membuatmu menaklukan kakak ipar.” Dirga mengalihkan pembicaraan. Ia tidak suka membahas masalalu yang hanya membuatnya semakin susah melupakan mantan istrinya.
Richard menatap ke arah Edward. Pria itu nampak berpikir, apa perlu berdiskusi dengan Edward tentang rumah tangga mereka? Namun, sampai saat ini hubungannya dengan Renatta baik-baik saja.
“Oh ya, kapan pernikahan mu, Rich? Kenapa kami tidak mendapatkan undangan?” Tanya Daniel sembari menuang kembali sedikit minuman ke dalam gelas.
Richard berdeham pelan. “Dua minggu yang lalu.”
“Kenapa pak Richard tidak mengundang kami?” Tanya Edward penasaran.
Richard menghela nafas pelan. “Istriku tidak mau pernikahan kami di ketahui banyak orang. Hanya keluarga itu saja.”
“Itu karena kakak ipar malu mempunyai suami yang umurnya delapan belas tahun lebih tua.” Dirga tergelak kencang.
“Tutup mulutmu, Dirga.” Richard mendelik pada sang sepupu. Seketika Dirga mengatupkan bibirnya untuk menahan tawa.
“Tetapi, tidak apa-apa, pak Richard. Pernikahan ku dan istri juga hanya di hadiri keluarga. Yang terpenting, dia sudah resmi menjadi milik kita.” Edward memberikan pembelaan pada Richard.
“Itulah jeleknya menikah dengan gadis yang jauh lebih muda. Mereka malu jika orang-orang menertawakan karena menikahi pria tua.” Dirga kembali berucap sembari tertawa.
“Jangan sembarangan bicara kamu, Dirga. Awas nanti kamu juga dapat gadis muda. Aku yang akan tertawa paling keras.” Richard merasa kesal dengan sang sepupu.
“Silahkan, kak. Tunggu saja sampai kamu tua, aku tidak akan menikah lagi.”
****
“Om, kamu minum alkohol?” Tanya Renatta setelah Richard menciumnya. Ia merasakan rasa aneh dari dalam bibir pria itu.
“Hanya sedikit, sayang. Tidak banyak.” Jawab Richard sembari mengusap sudut bibir sang istri.
Renatta menjauhkan dirinya. Mereka kini tengah berada di dalam kamar wanita itu di rumah keluarga Setiawan.
“Kita kembali pulang sekarang.” Ucap wanita itu seraya menarik tangan sang suami.
“Kenapa tidak menginap disini?” Tanya Richard sembari mengekori sang istri.
“Tidak ada barang-barang om disini. Besok aku akan membawa beberapa. Untuk saat ini, mari kita pulang. Aku harus memeriksa sesuatu.”
Renatta menarik tangan sang suami seperti seorang ibu yang sedang menyeret anaknya untuk di bawa pulang karena terlalu lama bermain.
“Kalian mau pulang?” Tanya mama Dona di ujung tangga.
“Ia ma, sampaikan salam kami pada papa dan kakak. Aku harus mengerjakan tugas kampus.” Bohong Renatta. Ia tidak mungkin mengatakan jika sang suami kini sedang bau minuman keras.
“Ya sudah. Nanti mama sampaikan.”
Papa Roy dan Randy belum pulang dari kantor karena sedang lembur. Tadinya, Renatta ingin menunggu kedatangan kedua pria itu. Namun ia mengurungkan niatnya.
Sampai di rumah Wijaya, tepatnya di dalam kamar tidur mereka. Renatta langsung melucuti jas yang Richard gunakan.
Wanita itu memutari tubuh sang suami, sembari mengendus aroma lain yang mungkin tertinggal.
“Kamu sedang apa, sayang?” Tanya Richard terheran.
“Aku sedang mencari jejak wanita lain di tubuhmu, om.” Ucap Renatta sembari mengangkat lengan sang suami.
“Tidak ada jejak siapapun.” Tukas Richard.
“Tetapi kamu bau alkohol. Om pasti pergi ke klub malam.”
Richard terkekeh. “Aku tidak pergi ke klub malam, sayang. Kami hanya minum di restoran tempat kami makan malam.”
“Jangan mengelak.” Renatta menatap garang.
“Kamu bisa menanyakan pada Dirga. Lagi pula, jika aku pergi ke klub malam, aku tidak akan pulang di jam segini.” Richard menunjukkan arloji mahalnya. Baru pukul sembilan malam.
Pria itu kemudian merogoh saku. Menghubungi sang adik sepupu yang tadi ikut bersamanya.
“Ada apalagi, kak? Aku baru sampai di apartemen.”
Suara Dirga terdengar malas.
“Katakan apa kita tadi pergi ke klub malam atau tidak?”
Richard menyalakan pengeras suara agar sang istri dapat mendengarkannya.
“Bukannya kamu sendiri yang tidak mau pergi ke klub malam? Bahkan kita hanya meminum satu botol berempat. Dasar payah.”
Richard menatap wajah sang istri. Wanita itu lantas menunduk.
Tanpa berbicara lebih banyak, pria itu pun memutuskan panggilan secara sepihak.
“Kamu sudah mendengarnya? Kami hanya minum satu botol berempat. Dan satu lagi, tidak ada wanita lain di tempat itu.”
Richard mengangkat dagu sang istri. Membuat wajah wanita itu mendongak.
“Aku bukan pria murahan yang suka mencari kesenangan di luar rumah. Sementara di rumah ada daging segar yang siap disantap kapan saja.”
Pria itu kemudian kembali memagut bibir sang istri.
“Temani aku mandi.”
Renatta mengangguk patuh. Richard dengan cepat membopong tubuh sang istri ke dalam kamar mandi.
****
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁