Tania seorang gadis yatim piatu yang tinggal bersama paman dan bibinya yang kebetulan tidak memiliki keturunan. Di usianya yang ke 20 tahun ini Tania harus berjuang sendiri melanjutkan hidupnya karena paman dan bibinya pun sudah meninggal dunia.
Memiliki seorang sahabat yang baik, tentu merupakan anugerah bagi Tania. Shasa adalah sahabat yang selalu ada untuknya. Mereka bersahabat mulai dari SMA. Siapa yang menyangka persahabatan mereka akan berubah menjadi keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kontrol
Lima hari kemudian.
Hampir satu minggu menikah, hubungan Tania dan Saif semakin dekat. Meski mereka belum bisa sepenuhnya menjalankan hak dan kewajiban sebagai suami istri, namun keduanya terlihat menikmatinya. Dan Tania mulai merasa nyaman dengan apa yang dilakukan Saif kepadanya.
Hari ini adalah waktunya Tania kontrol ke rumah sakit. Tania ke rumah sakit ditemani Saif dan Shasa. Merka berangkat ke rumah sakit sekitar jam 9 pagi. Sebelumnya mereka sudah membuat janji dengan dokter yang menangani Tania.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Saif menurunkan mereka di depan pintu rumah sakit. Setelah dipindah ke kursi roda, Shasa mendorong Tania. Mereka langsung menuju ruang dokter. Kebetulan hari ini hanya ada dua pasien yang akan kontrol. Dan pasien pertama sudah masuk ke dalam. Jadi mereka menunggu di luar.
Saat mereka menunggu, ada perawat yang saat itu menjaga Tania. Perawat tersebut bertegur sapa.
"Lho mbak Tania."
"Selamat pagi, sus.Apa kabar?"
"Alhamdulillah baik. Waktunya kontrol ya mbak?"
"Iya nih, sus."
"Sehat-sehat ya mbak."
"Aamiin, terima kasih sus."
Perawat itu pun berlalu.
Beberapa saat kemudian, pasien yang ada di dalam pun keluar. Dan gantian mereka yang masuk. Dokter menyambut mereka dengan ramah. Menanyakan keadaan Tania dan apa yang dirasakannya. Setelah itu, dokter memeriksa keadaan kaki Tania. Dokter meminta Tania untuk menyingkap kulotnya ke dengkul.
"Maaf angkat sedikit ya."
"Biar saya yang angkat dok." Sahut Saif. Ia seperti tidak rela dokter menyentuh istrinya.
Setelah itu, dokter merujuk Tania untuk dibawa ke ruang rontgen untuk melihat perkembangan pada tulang yang sudah disambung. Dokter dapat mendeteksi potensi masalah atau komplikasi, seperti pergeseran posisi tulang (malunion) atau jika tulang tidak menyambung sama sekali (nonunion), yang mungkin memerlukan intervensi lebih lanjut.Hasil rontgen membantu dokter memutuskan kapan pasien dapat mulai mengurangi imobilisasi (misalnya, melepas gips atau pen), memulai rehabilitasi, atau kembali melakukan aktivitas normal secara bertahap.
Tania diantar ke ruang radiologi untuk di rontgen. Saif dan Shasa menunggu di depan ruangan tersebut. Setelah Tania keluar, mereka masih harus menunggu hasil rontgen sekitar 30 menit. Selama menunggu hasil rontgen itu, mereka ke kantin rumah sakit untuk sekedar ngeteh dan ngemil.
Setelah waktunya sudah dikira cukup mereka kembali ke ruang dokter ortopedi. Dokter pun menjelaskan hasil rontgen.
"Sudah bagus ini, nanti satu minggu lagi sudah bisa dicoba untuk berdiri."
"Serius, dok?"
"Iya, ini merupakan keajaiban. Pemulihannya terbilang sangat cepat."
"Alhamdulillah, terima kasih dok."
"Iya, Sama-sama. Semoga sehat selalu."
"Aamiin... "
Akhirnya mereka keluar dari rumah sakit. Namun mereka tidak langsung pulang. Kali ini Saif ingin mengajak istrinya ke mall. Ia kasihan melihat Tania selalu di rumah. Jadi hari ini Saif mau mengajaknya untuk sekedar cuci mata dan belanja. Shasa menjadi pengikut setia mereka. Karena mau ke mall, untuk sementara kateter Tania dilepas.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah sampai di salah satu mall terbesar di Surabaya. Saif mendorong Tania masuk ke dalam lif yang langsung ke arah parkiran menuju lantai atas.
"Kita ke mana dulu nih, bang?"
"Kamu mau beli apa?"
"Ya ndak tahu bang, kan Shasa cuma ikut saja."
"Beli apa saja, nanti abang yang bayar."
"Wah, beneran ya?"
Saif mengangguk.
"Mbak, kita ke tempat kosmetik yuk. Mbak kan lip belm nya msh habis. Atau mbak beli lipstik saja sekalian. Sama parfum dan lotion juga. Ayo mbak."
Kali ini Shasa yang mendorong Tania. Tania hanya bisa pasrah. Saif mengikuti mereka dari belakang. Mereka masuk ke salah satu toko kosmetik terbesar di mall tersebut. Banyak sekali macam-macam kosmetik yang dijual. Shasa mengambil salah satu cushion.
"Merk ini bagus mbak."
"Untuk siapa? "
"Untuk kamu lah, mbak."
"Ndak usah."
"Ish, harus. Mbak itu sekarang bukan gadis lagi. Harus jaga penampilan biar suaminya tambah ehem ehem." Ujar Shasa sambil melirik abangnya.
"Kamu itu ada-ada saja."
"Ini mbak, lipstik mate. Ambil yang warna nude. Pasti cantik kalau dipakai mbak."
Shasa memanggil satu karyawan yang menjaga toko tersebut.
"Kak, yang ini ada untuk testernya?"
"Oh ada kak. Ini... "
Shasa mengambilnya dan memakaikannya di bibir Tania.
"MasyaAllah cantiknya. Lihat bang, mbak cantik kan? "
Saif mengangguk. Tania merasa malu.
"Kak, mau ini ya satu."
"Baik kak."
Lalu mereka ke tempat rak parfum. Banyak pilihan parfum mulai dari yang standart sampai yang mahal. Shasa mengambil salah satu yang biasa ia pakai. Ia juga mengambil varian lain u tuk Tania.
"Ini untuk aku, ini untuk mbak. Abang ndak mau beli?"
"Ndak, kalian saja. Punya abang masih banyak."
Selanjutnya Shasa mengambilkan lotion serum Tania yang wanginya sangat enak. Setelah selesai, mereka pun langsung ke kasir untuk membayarnya.
Kemudian mereka lanjut pergi ke food court yang ada di lantai paling atas. Mereka membeli minuman, kentang dan donat. Lalu mereka duduk di salah satu tempat duduk yang masih kosong.
"Bang, aku mau ke toilet dulu."
"Iya dek."
Shasa meninggalkan mereka berdua.
"Kamu sering ke mall bareng Shasa?" Tanya Saif kepada istrinya.
"Ndak sering juga, mas. Satu bulan sekali itu pun kadang-kadang."
"Di mall ngapain?"
"Jalan saja, makan kayak gini, atau nonton."
"Janjian?"
"Janjian sama siapa?"
"Ya, mungkin cowok."
Tania mengulum senyum.
"Kok cuma senyum?"
"Lha kamu lucu, mas. Mana mungkin kita janjian. Shasa dan aku itu ndak pernah punya cowok."
"Eza.... "
Tania sedikit terkejut mendengar nama Eza. Pikirnya apa suaminya tahu tentang Eza dan Shasa.
"Eza dan Shasa, apa mereka masih berhubungan?"
"Em... mereka tidak ada hubungan khusus, mas. Masih saling mengagumi saja. Dan iya Eza pernah menyatakan perasaannya kepada Shasa. Tapi Shasa belum menerimanya. Kan Shasa ndak mau pacaran. Itu setahuku sih, mas."
"Oh... "
"Mas, kejunya nyangkut."
"Mana?"
Tania membuang sisa keju yang nempel di ujung bibir suaminya. Sontak Saif memegang tangan Tania. Hal tersebut membuat keduanya tersenyum.
"Makasih."
"Sama-sama, mas."
Shasa dapat melihat mereka dari kejauhan.
"Ah so sweet sekali. Huh... sepertinya keberadaanku hanya akan mengganggu mereka." Gerutu Shasa.
Namun Shasa tidak bisa menghindar karena Tania sudah melihatnya. Akhirnya Shasa kembali kepada mereka.
"Mau ke mana lagi kita, bang?"
"Di sini ada toko perhiasan. Abang belum belikan cincin pernikahan."
"Oh iya. Ya Allah kenapa sampai lupa."
Akhirnya mereka pergi ke toko perhiasan satu-satunya di dalam mall tersebut. Shasa membantu Tania untuk memilih cincin yang simple dan elegan.
"Ini yang berlian, kak. "
"Iya, itu boleh."
"Sha, ini terlalu mahal. "
"Ndak pa-pa. Kan ini dari abang. Tuh lihat cantik banget dari jari kamu, mbak."
Tidak banyak bicara, Saif pun segera membayarnya.
Setelah itu, mereka langsung pulang ke rumah.
Bersambung...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...