"Si4l, apa yang wanita itu rencanakan?
Mengapa setelah surat cerai kutandatangani, dia justru ... berubah?”
...
Lyara Elvera, seorang gadis yang tak merasakan keadilan di keluarganya. Kedua orang tuanya hanya memusatkan kasih sayang pada kakaknya, sementara Lyara tumbuh dengan rasa iri dan keinginan untuk di cintai
Namun, takdir berkata lain. Sebelum kebahagiaan menyentuhnya, Lyara meregang nyawa setelah terjatuh dari lantai tiga sebuah gedung.
Ketika ia membuka mata, sosok misterius menawarkan satu hal mustahil, kesempatan kedua untuk hidup. Tiba-tiba, jiwanya terbangun di tubuh Elvera Lydora, seorang istri dari Theodore Lorenzo, sekaligus ibu dari dua anak.
Namun, hidup sebagai Elvera tak seindah yang terlihat. Lyara harus menghadapi masalah yang ditinggalkan pemilik tubuh aslinya.
“Dia meminjamkan raganya untukku agar aku menyelesaikan masalahnya? Benar-benar jiwa yang licik!”
Kini Lyara terjebak di antara masalah yang bukan miliknya dan kehidupan baru yang menuntut penebusan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilang
Setelah menempuh perjalanan panjang, Lyara akhirnya tiba di sebuah tempat yang begitu akrab di ingatannya. Tempat itu dulu menjadi saksi bagaimana dirinya tumbuh dan belajar tentang kehidupan.
Ia turun dari taksi yang membawanya, menggandeng tangan mungil Eira, bocah kecil yang kini menjadi pusat dunianya. Eira menatap sekeliling dengan bingung, rasa asing menyelip di matanya yang polos. Sementara Lyara, hanya mampu berdiri mematung, menatap ke depan dengan tatapan tak percaya.
“Kenapa jadi ... ruko?” gumamnya pelan, suara itu terdengar bagai angin yang patah di tengah udara.
Di hadapannya, berdiri lima bangunan ruko baru yang berjejer rapi, tampak megah dan modern. Tak ada lagi halaman kecil tempat ia dulu bermain. Semua hilang dan lenyap digantikan bangunan dingin tanpa kenangan. Lyara menatap sekeliling. Semua telah berubah.
Ya, memang sudah lima tahun berlalu sejak ia terakhir kali di tempat ini. Tapi siapa sangka, perubahan bisa sedrastis ini? Ia menekan pelipisnya yang terasa pening, bibirnya berdecak pelan.
“Astaga ... lima tahun. Aku tahu pasti banyak yang berubah, tapi ... bukan seperti ini. Sekarang, di mana aku harus mencari rumah mereka?” gumamnya getir.
Lyara datang bukan untuk melepas rindu pada keluarganya, bukan. Ia datang hanya ingin melihat dari kejauhan, seperti apa kehidupan orang tuanya dan kakaknya sekarang ... setelah kem4tiannya. Dan satu hal yang masih menghantui pikirannya, kenapa ia tak bisa kembali ke raganya sendiri? Apa yang sebenarnya terjadi?
“Mama mau buang Eilaaa?” tanya Eira tiba-tiba, suaranya lembut dan polos, namun cukup untuk menyadarkan Lyara dari lamunannya.
Lyara tertegun, lalu berlutut dan menatap mata anak itu dengan lembut. “Tentu saja tidak, Sayang. Mama cuma ingin ajak Eira bertemu seseorang. Tapi ... sepertinya tidak jadi.”
Ia tersenyum kecil, meski di balik senyum itu terselip luka yang tak terucap. “Ayo, kita pulang, ya?”
Keduanya pun kembali naik ke taksi. Tanpa Lyara sadari, dari dalam sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh, seorang pria memperhatikan mereka dengan tatapan heran.
“Elvera ... dan Eira?” gumam pria itu, keningnya berkerut. “Ngapain mereka di daerah ini? Apa Theo tahu?”
Ia segera mengeluarkan ponselnya, menempelkan ke telinga. Suara sambungan terdengar lama tak dijawab, hingga akhirnya seseorang mengangkat.
“Halo, Theo. Aku lihat istrimu di daerah Cempaka. Kamu tahu? Dia datang bawa Eira. Masalah kalian masih belum selesai, ya?”
.
.
.
.
.
Sebelum pulang, Lyara memutuskan mampir ke sebuah minimarket kecil. Ia ingin membeli sedikit camilan untuk Eira dan untung saja ia menemukan uang tunai di tas milik raga yang kini ia tempati. Tidak banyak, tapi cukup untuk membeli beberapa hal sederhana. Kartu lain yang ia temukan? Ia bahkan tak tahu PIN-nya.
“Eilaaaa mau ini,” ujar si kecil sambil menunjuk cokelat di etalase kasir, matanya berbinar.
“Ambil, ambil yang Eira mau,” ucap Lyara sambil mengelus lembut kepala anak itu. Ia tersenyum, untuk sesaat, dunia terasa normal.
Saat ia melangkah mundur, langkahnya tiba-tiba terhenti saat tanpa sengaja menabrak seseorang. “Aduh, maaf! Maaf sekali!” ujarnya panik, sementara orang itu hanya tertawa kecil.
“Tidak apa-apa, Kak.”
Tanpa Lyara sadari, tangan mungil Eira menggapai sesuatu di dekat kasir, benda kecil yang tak menarik perhatian siapa pun. Lalu, meletakkannya di meja kasir.
“Jadi totalnya tiga ratus lima puluh ribu, Kak,” ucap kasir sopan.
“Mahal amat,” gumam Lyara setengah kaget, tapi ia tetap membayar dengan uang yang ada. Mereka pun akhirnya pulang, membawa kantong belanjaan tanpa tahu bahwa ada sesuatu yang asing ikut terbawa di dalamnya.
Sesampainya di rumah, suasana terasa tegang. Theodore tampak mondar-mandir di teras, wajahnya pucat dan penuh kecemasan. Begitu melihat Lyara datang sambil menggendong Eira, lelaki itu langsung berlari, merebut anaknya dari pelukan Lyara dengan kasar.
“Kamu ngapain bawa Eira pergi jauh, hah?! Kamu mau apain putriku?!” pekiknya, emosi meledak begitu saja.
Lyara mengerutkan kening. “Aku kan udah bilang, cuma ajak Eira jalan-jalan. Apa kamu pikir aku mau jual anakku sendiri? Serius, Theo? Otakmu udah dicuci sama nenek peoooot itu, ya?”
“Setidaknya Zeya lebih baik dari kamu!” balas Theodore dingin sebelum melangkah pergi, meninggalkan Lyara yang membeku di tempat.
Jantung Lyara berdegup kencang, d4danya terasa sesak. Ada sesuatu yang berbeda, ini bukan hanya emosinya. Tubuh yang kini ia tempati, sedang bereaksi. Ia bisa merasakan amarah, sakit hati, dan kepedihan yang bukan miliknya.
Ia menghela napas pelan, mencoba menenangkan diri. “Tenang, Lyara ... tenang,” bisiknya pada diri sendiri. Lalu ia masuk ke dalam rumah sambil membawa kantong belanjaan itu.
“Belanja, Nyonya?” sapa Bi Nina, sambil mengelap meja makan.
Lyara tersenyum lemah. “Iya, aku membeli camilan. Aku lihat kulkas sepi, jadi aku beli beberapa.”
Bi Nina menghampiri dan melihat isi kantongnya. Begitu melihat mie instan dan soda kaleng, matanya langsung membulat.
“Ya ampun, sembunyiin cepat, Nyonya! Sembunyiin!” serunya panik.
“Lho, kenapa, Bi?” tanya Lyara heran.
“Kalau Tuan lihat, bisa marah besar! Di rumah ini nggak boleh ada makanan beracun kayak begini!”
Lyara berkedip, kebingungan. “Beracun apanya? Aku dari kecil sampai berhenti bernapas, makan beginian nggak pernah keracunan tuh.”
Bi Nina menatapnya aneh. Lyara langsung menyadari ucapannya keliru dan buru-buru menambal, “Maksudku, sampai sekarang aku tetap sehat-sehat aja!” ujarnya dengan senyum canggung.
Bi Nina hanya geleng-geleng kepala dan cepat-cepat menyembunyikan belanjaan itu ke dalam lemari dapur.
Lyara mengangkat bahu, lalu kembali memeriksa kantong plastik yang tersisa. Namun matanya tiba-tiba membulat begitu melihat sebuah benda di dalamnya, benda yang jelas-jelas tak ia beli.
Sebuah kotak kecil berwarna menc0l0k, bertuliskan merek terkenal, dan hanya digunakan oleh pasangan yang sudah menikah.
Wajah Lyara langsung memanas. “Ap—apa ini?! Kenapa ada lakban samurai di sini?!” serunya panik.
_____________________
terus misterinya adalah siapakah istri mike ?
kakakbya lyara kah..
wkwkwk
pusing sendiri
wis mendingam ikutin alurnya mbak Othor aja d... /Kiss/
penasaran dan nunggu lanjut
trs kalau el sdh lepas kB itu hamil Anak Bryan huhhhh kenapa rumit sekala hidupnya ara dan el ..
berharap Aja authornya kasih juga ara dan el mereka ketukar ara di raga el dan el di raga ara .. terus Si el nikah ma mike dan hamil muga gitu