Dinikahi Duda Kaya
Zara merasa seperti kehilangan napas. Saat Surat cerai di tangan suaminya sengaja di tujukan padanya, semua itu bagaikan pisau yang telah menusuk hati nya. "Aku tidak mencintaimu lagi," kata Jaka Suami Zara, suaranya kini telah membunuh harapannya. Zara terjatuh, air matanya mengalir tak terkendali. "Mengapa? Apakah yang telah aku lakukan salah?" tanya Zara, suaranya sempat terputus.
"Aku sudah muak denganmu, aku lelah dengan semua kepura-puraan ini!" jawab Jaka dengan entengnya, sepertinya hatinya sudah mati rasa ketika kata-kata menyakitkan itu iya lontarkan pada istri nya yang kini telah berubah menjadi mantan istri.
"Mas!" tubuh Zara jatuh terhuyung, ia mencoba mendekat dan melingkarkan kedua tangannya di salah satu kaki suaminya
"Lepas!" jawabnya dengan kasar, kakinya seolah tidak ingin Zara sentuh.
Hatinya Zara benar-benar terasa begitu sakit, bahkan dadanya menjadi sesak.
lalu Jaka berjongkok agar bisa sejajar dan mencoba mencengkram kuat tengkuk leher Zara.
"Selama satu tahun ini, aku hanya berpura-pura mencintaimu demi ibuku, sekarang setelah ibuku pergi dari dunia ini, dengan sangat senang hati aku menceraikan mu, apa kau tidak pernah tersadar atau tahu diri, mengapa selama kita menikah aku tidak pernah sedikitpun menyentuhmu?" bentak kembali Jaka
Zara hanya menggeleng sambil menangis terisak, ya memang Zara akui jika selama ini suaminya tidak pernah sedikitpun menyentuhnya, tapi sebulan terakhir ini sikapnya telah berubah menjadi jauh lebih baik serta begitu perhatian padanya, dan Zara sempat berpikir jika suaminya sudah mulai menerima kehadirannya sebagai istrinya. Akan tetapi pada kenyataannya, Zara dan Jaka telah menikah karena di jodohkan oleh ibu Rosita, yakni ibu kandung dari Jaka yang sudah sangat menyayangi Zara layaknya putrinya sendiri.
"Aku merasa jijik denganmu, kau memiliki seorang anak, tapi tidak jelas siapa Ayahnya, oh apakah kau sulit mendeteksi benih dari pria mana yang telah meniduri mu, hah!" bentak Jaka begitu menggema, perkataannya benar-benar seperti sebilah pisau yang telah menghujam jantungnya, sakit itu yang di rasakan Zara saat ini.
Plak..
"Aku sudah tidak tahan atas tuduhan serta fitnah yang telah kau tujukan padaku." kali ini Zara telah berani menampar mantan suaminya
"Kau berani menampar ku hah?" sungut Jaka dengan matanya yang melotot.
"Kau jahat, tidak ku sangka mulutmu begitu menyakitkan seperti ini Mas!" Zara terus menatap kedua bola mata suaminya yang nyalang, benar-benar telah di kuasai oleh amarahnya.
"Sudahlah, aku benar-benar tidak sudi melihatmu lagi, bawa sana anak haram mu itu keluar dari rumah ini, dasar wanita jal*ng yang tidak tahu di untung!" bentaknya kembali, sembari menunjuk oleh jari tangannya ke arah pintu keluar.
"Kau jahat Mas, kau tidak punya hati, aku akan memberitahu padamu kebenarannya bahwa Aqila adalah...!" perkataanya tiba-tiba saja di potong oleh Jaka.
"Alah, sudahlah! Aku tidak butuh penjelasan darimu, setelah aku bercerai darimu, aku akan segera menikahi Maya!"
Zara tercengang ketika Jaka yang saat ini telah menjadi mantan Suaminya, mengatakan kenyataan pahit untuknya, bagaimana tidak karena wanita yang iya sebutkan barusan adalah sahabat dekatnya sendiri dan ia benar-benar tidak menyangka hal itu.
"Kenapa harus Maya sahabatku Mas, kenapa harus dia?" tanya kembali Zara, karena masih belum bisa menerimanya.
"Ini sudah menjadi takdir, sebaiknya enyahlah kau dari hadapanku!" sungut Jaka kembali membentak
Kini Zara sudah tidak bisa mengendalikan emosinya akibat rasa kecewa dan sakit yang berkecamuk menjadi satu.
Aqila tiba-tiba saja telah keluar dari dalam kamarnya karena iya merasa terusik akibat pertengkaran ibu dan juga Ayah tirinya, iya mengucek kedua bola matanya karena baru saja terbangun dari tidurnya.
"Bunda, apa yang telah terjadi!" tanya Aqila dengan penglihatannya yang belum sempurna.
lalu Zara menghampiri putrinya."Ayo kita pergi dari rumah ini Lala!" ajak Zara yang sudah tidak tahan dengan kondisinya saat ini
"Loh kenapa Bunda?" tanya Aqila menatap heran wajah ibunya.
Sepertinya Zara sudah tidak ingin menjelaskan apa yang telah terjadi kepada Aqila, lebih baik ia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini.
'Maafkan Bundamu ini Aqila, Bunda janji setelah ini kita akan hidup jauh lebih bahagia, Ibu Rosita, tolong maafkan aku, karena aku tidak bisa mempertahankan pernikahan ini, semoga ibu tenang di sana!' batinnya seraya ingin menjerit.
......................
Kali ini Zara memutuskan untuk pergi ke Kota Jakarta, Iya berfikir untuk mencari peruntungan di sana, mengais Rezeki sesuai dengan kemampuan yang di milikinya.
"Semoga saja Dewi bisa membantuku, cuma dia harapanku satu-satunya, aku yang hidup hanya sebatang kara ini, sudah tidak memiliki arah tujuan untuk mencari tempat berlindung.
kenapa dunia begitu kejam?" Zara hanya bisa menangis dalam hati, iya tidak ingin sampai aqila melihat kesedihan nya dan melihat air matanya terjatuh, karena Zara sudah berjanji kepada mendiang kakak nya untuk selalu membahagiakan Aqila, dan selama ini Zara sudah merawat Aqila seperti layaknya anak sendiri, tidak ada yang tahu jika Aqila adalah anak dari mendiang kakaknya yang sudah meninggal saat melahirkan Putrinya.
Kini Aqila tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang cantik dan juga baik, persis seperti ibunya. Entah sampai kapan Zara akan menyimpan rahasia ini. Baginya Aqila adalah satu-satunya anggota keluarganya yang masih tersisa.
"Abi, Ummi dan juga Kak Bila, doakan Zara dan Aqila, semoga bisa melalui semua cobaan ini." ucap nya dalam hati
Dengan menggunakan angkutan Bus antar kota, zara dan Aqila akhirnya tiba di kota Jakarta, dimana pernah ada slogan jika ibu kota itu lebih kejam dari pada ibu tiri.
Ketika Zara dan Aqila keluar dari terminal Bus, mereka disambut oleh pemandangan yang menakjubkan.
Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, lampu-lampu neon berkedip-kedip seperti bintang di malam hari.Suara klakson, deru mesin, dan pejalan kaki yang berlalu-lalang menciptakan harmoni yang tak terlupakan.
Zara merasa seperti berada di dunia lain, jauh dari kesederhanaan kampung halamannya. Dan Kini Zara mencoba mengambil napasnya dalam-dalam, iya harus siap menghadapi tantangan baru di kota metropolitan ini. Ia kembali terpaku di depan terminal Bis, matanya terbelalak. Baginya Kota ini begitu berbeda dari yang Iya bayangkan.
"Bunda, aku takut berada di sini! " ucapnya sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Zara akhirnya berjongkok agar bisa sejajar dengan Aqila.
"Kenapa mesti takut Lala, kita akan memulai hidup baru di sini, dan semoga saja kehidupan kita bisa jauh lebih baik!" jawabnya berusaha meyakinkan Aqila.
"Bunda yakin kalau kita akan jauh lebih baik di sini?" tanya kembali Aqila, dirinya merasa ragu akan keputusan Ibunya.
"Sangat yakin Lala, karena kita punya Allah yang akan sellau melindungi dan menjaga kita, dan Bunda yakin jika Allah tidak akan pernah menutup pintu Rezeki untuk kita, selama kita mau berusaha dan terus memanjatkan doa, nah kebetulan ini sudah masuk waktu Isya, kita cari mushola yuk!" ajak Zara sembari mengandeng tangan Aqila.
Lalu Aqila pun mengangguk, senyum renyah telah terbit di bibirnya.
'Bismillah, semoga Engkau selalu meridhoi jalanku Yaa Robb, hanya kepadamu lah hamba memohon dan meminta.' doa Zara dalam hati.
Ada sesuatu yang membangkitkan semangatnya. Ia merasa ingin menjelajahi setiap sudut kota, merasakan denyut nadi kehidupan kota metropolitan yang begitu asing baginya.
Bersambung...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
꧁༒𝑨𝒇𝒚𝒂꧂™
Alhamdulillah cerita baru dari author kesayangan..
2025-02-15
3
Sugiharti Rusli
mampir thor, padahal uda terlewat notifnya tapi pas ga sengaja buka di Hana ko tertarik bacanya😊😊
2025-02-17
2
Ana
typo kak hehehe gadis harusnya
2025-02-14
3