Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15
Sempat terkejut dengan apa yang aku dengar, berita itu membuat hatiku bertambah sesak. Hancur rasanya, kenapa aku harus sampai hamil? Aku tidak tau bagaimana rasa sakitnya istri pertama suamiku nanti, jika dia mengetahui hal ini. Tapi aku harus bagaimana juga? Ini sudah bagian dari takdir yang Allah berikan padaku..
Tidak mungkin aku membuangnya, karena dia titipan dari Allah
--Ramiah
"Nama saya, Muhammad Al-Ikram, saya adalah seorang Gus yang memimpin di salah satu pondok pesantren yang ada di kota ini... Kita memang sudah mengenal dari sebulan lebih, tapi saya jamin, kamu sama sekali tidak mengenal saya.... Dan mungkin, kamu sama sekali tidak ingin tau tentang suami kamu ini" Gus Ikram terkekeh mengucapkan hal itu, lucu sekali bukan istri rahasianya ini, di saat seorang wanita pasti ingin mencari tau lebih tentang suaminya, bahkan secara diam-diam membuntuti, agar mengetahui apa yang di rahasiakan sang suami, tapi berbeda dengan Ramiah, gadis itu bahkan tidak peduli sama sekali dengan suaminya. Ramiah tampak acuh, tidak mau tau, bahkan Gus Ikram tidak sering mengunjunginya pun, Ramiah sama sekali tidak peduli, sekali pun Ramiah tidak bertanya.
Sedangkan Ramiah diam mendengarkan pria yang berstatus suaminya itu berbicara, Ramiah juga tidak pernah menyangka jika suaminya itu merupakan seorang Gus, pemimpin di salah satu pondok pesantren. Keduanya kini sedang ada di dalam apartemen, setelah keributan yang di perbuat oleh Gus Ikram dan Saizar tadi, keduanya, di usir oleh pihak rumah sakit karena sudah mengganggu ketenangan di rumah sakit itu. Saizar tidak ikut ke apartemen, karena tadi mendapatkan panggilan tiba-tiba dari seseorang dan hal itu membuat Saizar dengan terpaksa harus pergi dan merelakan Ramiah bersama dengan Gus Ikram..
"Kamu tau Ramiah, pada malam dimana saya melakukan hal itu dengan kamu, maaf, saya tidak akan bosan mengatakan maaf pada kamu, karena ini memang salah saya, andai saya tidak hadir pada acara itu, mungkin hal itu tidak akan terjadi. Malam itu, saya di jebak, saya di jebak oleh orang yang mengundang saya.." Gus Ikram bahkan sudah menyelidikinya, dan dia sudah tau siapa dalang di balik kejadian malam itu.
"Maaf Ramiah, saya tidak tau harus bagaimana lagi, tapi saya juga tidak menyesal dengan kehadiran kamu, mungkin ini terlalu jahat untuk istri pertama saya. Tapi, saya sangat bersyukur mengenal kamu, Mia.. Apalagi, Allah telah memberikan kepercayaan pada kita berdua untuk memiliki anak." Gus Ikram tak berhentinya mengulas senyum di bibirnya, rasa bahagia langsung menyeruak di dalam dirinya... Bohong, jika selama ini ia tidak mengharapkan kehadiran seorang anak, namun Gus Ikram diam karena ia tidak mau membebani Via. Gus Ikram masih berusaha sabar.
Ramiah tampak tertegun mendengarnya, ia tidak pernah percaya jika suaminya akan mengatakan hal ini padanya.
"Namanya Via, dia istri pertama saya. Sudah beberapa tahun saya menikah dengan Via, namun kami sama sekali belum di berikan keturunan..."
"Dan saya, hari ini sangat bersyukur untuk itu Mia, terimakasih, terimakasih banyak." Kata Gus Ikram.
Ramiah memejamkan matanya, rasanya seperti ada yang mengganjal di dalam hatinya sana. "Apa setelah anak ini lahir, kamu akan mengambilnya dan memberikannya pada istrimu? " Sungguh itu adalah sebuah kerisauan yang tiba-tiba muncul dalam hati Ramiah. Ramiah takut hal itu terjadi, dan sampai kapan pun ia tidak akan pernah rela anaknya di ambil oleh pria itu.
"Dan saya tidak akan pernah memberikan anak ini. Mau kamu itu suami saya ataupun ayah dari anak ini sekalipun, saya tidak akan pernah memberikannya sama kamu. Kalaupun kamu tidak menganggapnya juga, tidak apa-apa. Saya masih bisa mengurusnya seorang diri" belum anak yang ada di dalam kandungan Ramiah itu lahir, Ramiah sudah sangat menyayanginya dan ia tidak akan pernah mau di pisahkan dari anaknya nanti.
Gus Ikram menggelengkan kepalanya, tidak ada maksud seperti itu sedikitpun di dalam hatinya. "Saya tidak akan melakukan hal itu, Mia... Dia anak kita, dan kamu jangan pernah berbicara seperti itu Mia, kita berdua yang akan membesarkan anak kita bersama-sama." Rasanya hati Gus Ikram sakit mendengar tuduhan tersebut.
"Saya akan memberikan cinta dan kasih sayang saya yang penuh pada anak kita. Jadi tolong Mia, jangan pernah sedikitpun kamu berpikiran buruk seperti tadi. Saya tidak akan pernah tega memisahkan kamu dengan anak kita nanti."
Ramiah menggigit bibirnya, lalu menatap lekat wajah Gus Ikram. "Terus sampai kapan? Sampai kapan kamu mau menyembunyikan pernikahan kita? Anak ini kelak juga akan bertanya siapa nenek dan kakeknya."
Gus Ikram mengatupkan bibirnya rapat, ia bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan dari Ramiah..
Dan Ramiah langsung tersenyum kecut melihat keterdiaman suaminya itu. Karena mau seperti apa pun dirinya, selamanya status Ramiah hanya lah istri rahasia Gus Ikram...
*
"Ini, buah apel untuk bumil cantik, di petik langsung dari pohonnya, yang kebetulan rumah teman yang aku kunjungi tadi itu banyak banget pohon apelnya." Saizar memberikan satu keranjang penuh buah apel segar yang memang benar-benar habis dirinya petik dari rumah temannya, yang di belakang rumahnya ada perkebunan apel.. Saizar mengingat Ramlah yang pernah bilang kalau wanita itu sangat suka dengan buah apel. Saizar pun meminta sedikit buah apel milik temannya itu, bukannya Saizar tidak mampu membelinya, tapi memakan buah yang baru di petik dari pohonnya itu lebih segar.
Ramiah menatap berbinar keranjang berisi buah apel itu, tangannya terulur meraih keranjang itu, lalu memeluknya.. "terimakasih banyak.. his aku mau banget lah lihat pohonnya secara langsung, pasti buahnya banyak banget ya?"
Saizar mengangguk. "Besok, aku bawa deh ke sana. Tapi hari ini kita enggak jadi pergi dulu ya, kamu juga harus banyak istirahat kan?"
Ramiah mengangguk, ingat apa yang di katakan oleh dokter tadi.
"Yasudah kamu istirahat saja, jangan lupa di makan buah apelnya ya." Saizar mengedipkan sebelah matanya pada Ramiah membuat Ramiah meringis sambil tersenyum tipis.
Dan pada saat itu, Gus Ikram yang memang tidak pulang, langsung melotot melihat itu. Kakinya langsung melesat mendatangi keduanya.
Sreeet
Gus Ikram menarik tangan Ramiah, membuat Ramiah terkejut bukan main dengan gerakan tiba-tiba suaminya itu.
"Kamu-"
"Saya sudah peringatkan sama kamu!! Untuk kamu tidak datang ke apartemen ini lagi!! Dan tidak menemui istri saya lagi!" pekik Gus Ikram murka. Gus Ikram sampai menekankan kalimatnya.
Saizar tersenyum miring, mana peduli ia dengan pria yang berstatus suami dari Ramiah itu. Bahkan, ia sudah bertekad untuk merebut Ramiah dari pria itu.
"Saya tidak peduli, saya akan tetap-"
"Kenapa kamu tidak bisa di bilangin, apa kurang luka lebam di wajah kamu itu?!"
Saizar terkekeh kecil mendengarnya. Bahkan keduanya sama-sama memiliki luka lebam di wajah mereka. "Saya tidak peduli, karena saya akan tetap dekat dengan Ramiah."
Gus Ikram menggeram marah, langsung maju ingin menghajar Saizar, namun Ramiah langsung menahannya.
"Saizar, kamu pulang dulu ya, aku mau istirahat" kata Ramiah sambil menatap Saizar.
Saizar mengangguk. "Iya" setelah itu, Saizar pergi dari sana.
Gus Ikram langsung menoleh ke arah Ramiah, dan menatap tajam ke arah istri rahasianya itu...
"Saya sudah peringati kamu Mia, jangan dekat-dekat sama dia lagi."
Ramiah membalas tatapan itu tak kalah tajamnya. "Oke , saya akan menjauhinya. Tapi, asalkan kamu ceraikan saya"
Deg
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya