Ana terpaksa menikah dengan seorang pria lumpuh atas desakan ibu dan kakaknya demi mahar uang yang tak seberapa. Pria itu bernama Dave, ia juga terpaksa menikahi Ana sebab ibu tiri dan adiknya tidak sanggup lagi merawat dan mengurus Dave yang tidak bisa berjalan.
Meskipun terpaksa menjalani pernikahan, tapi Ana tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri dengan ikhlas dan sabar. Namun, apa yang didapat Ana setelah Dave sembuh? Pria itu justru mengabaikannya sebagai seorang istri hanya untuk mengejar kembali mantan kekasihnya yang sudah tega membatalkan pernikahan dengannya. Bagaimana hubungan pernikahan Ana dan Dave selanjutnya? Apakah Dave akan menyesal dan mencintai Ana? atau, Ana akan meninggalkan Dave?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Masalalu Dave
“Jangan pergi kalau tidak mendapatkan izin dariku. Lusi bukan lawanmu, dia sangat berbahaya,” ucap Dave memberitahu Ana.
Ana mengangguk pelan, rasa sakit di wajahnya cukuplah menjadi pertanda kalau ia harus berhati-hati pada ibu dan kakaknya sendiri. “Aku tidak mengerti kenapa nyonya Lusi melakukan tindakan seperti ini. Dia membayar ibuku agar aku menikah denganmu, aku pikir dia orang yang baik,” ucap Ana membuat Dave tertawa.
“Dave, kau harus segera melakukan sesuatu untuk Lusi,” saran Andre yang malam ini akan menginap di rumah Dave.
“Aku akan membalas perbuatan Lusi setelah aku bisa berjalan. Dia harus menderita, dan aku akan menyiksanya dengan tanganku sendiri!” kata Dave sembari mengepalkan kedua tangannya. “Andre, kau harus tahu tentang siapa Lusi sebenarnya.”
Dahi Andre berkerut, ekspresi wajahnya jelas menunjukan rasa penasaran. “Memangnya dia siapa selain ibu tirimu?” tanya Andre yang butuh jawaban sekarang.
Malam itu, hujan turun dengan deras, membasahi kaca jendela rumah Dave dengan titik-titik air yang jatuh beraturan. Di dalam ruang tamu, suasana terasa tegang. Dave membuang napas panjang, bercerita itu artinya ia sudah siap mengeluarkan luka lama.
Andre duduk berhadapan dengan Dave, ekspresinya serius. Ana duduk di samping Dave, wajahnya masih menunjukkan sisa luka dari insiden sebelumnya.
"Aku harus memberitahumu sekarang," ucap Dave akhirnya, suaranya berat.
Andre menatap sahabatnya dengan ekspresi wajah serius. "Bicara."
Andre menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Ini tentang Lusi."
Ana tersentak, sementara ekspresi Dave tetap tak berubah.
"Lusi bukan sekadar istri baru papaku," lanjut Dave. "Dia adalah mantan kekasih Tuan Hertawan atau papaku di masa muda."
Mata Andre sedikit menyipit, tetapi ia tetap diam, menunggu penjelasan lebih lanjut.
"Hubungan mereka dulu tidak direstui oleh kakekku, Tuan Irwan."
"Kenapa?" tanya Andre yang semakin penasaran.
Andre menghela napas. "Karena kakekku tahu siapa Lusi sebenarnya. Dia bukan perempuan baik-baik. Dia hanya mengincar kekayaan keluarga Hertawan."
Ana menelan ludah, perasaannya tidak enak mendengar semua ini.
"Kakekku akhirnya menjodohkan papaku dengan seorang perempuan bernama Andini. Dan kau tahu siapa dia, bukan?"
Andre mengangguk pelan. "Mama mu."
Dave mengangguk. "Ya. Pernikahan itu membuat Lusi marah besar. Dia menganggap Andini, mamaku sebagai perempuan perebut, meskipun sebenarnya bukan. Lusi tidak bisa menerima kenyataan bahwa papaku menikahi wanita lain."
Dave menggenggam erat sandaran kursi rodanya, matanya gelap dan perasaannya seolah berat untuk melanjutkan cerita ini.
"Lalu?" tanyanya Andre.
Dave melanjutkan, “Aku masih kecil saat itu. Aku mungkin tidak menyadari apa yang terjadi di sekitarku. Tapi mamaku sangat mencintai papaku dan berusaha menjadi istri yang baik. Hingga akhirnya, dia mengandung adikku."
Dave terdiam, pikirannya kembali ke masa lalu. Ia mengingat bagaimana ibunya selalu tersenyum, meskipun ia masih terlalu kecil untuk mengerti beban yang dipikulnya.
"Tapi nasib berkata lain..." suara Dave terdengar lebih pelan.
Ana menatap Andre dengan khawatir, melihat bagaimana ekspresi pria itu perlahan berubah.
"Saat usiaku 12 tahun, mamaku meninggal setelah melahirkan anak kedua. Aku ingat kejadian ini dan tidak akan pernah melupakannya.”
Dave menutup matanya sesaat sebelum membuka kembali. Tentu saja ia ingat.
Saat itu, ia berdiri di depan kamar rumah sakit, melihat tubuh ibunya yang terkulai lemah di ranjang, nafasnya melemah, sebelum akhirnya...
Tiada.
"Mamaku meninggal, dan belum genap setahun..." Dave menghentikan kalimatnya sejenak sebelum menatap Andre dan Ana dengan dalam secara bergantian.
"Papaku menikah dengan Lusi."
Hening.
Suasana terasa menyesakkan.
Dave tidak bereaksi, tapi matanya penuh dengan emosi yang terpendam.
Ana menyentuh lengan Dave pelan, memberinya sedikit ketenangan.
"Lusi rela menceraikan suaminya demi menikahi papaku. Bukan karena cinta."
Dave mengangkat kepalanya perlahan.
"Lalu karena apa?"
Andre menatapnya dengan tajam.
"Balas dendam."
Ana terkejut, sementara Andre mengangkat satu alisnya.
"Lusi ingin membalas dendam kepada mamaku, meskipun mamaku sudah meninggal."
"Itu tidak masuk akal," Andre akhirnya membuka suara.
"Masuk akal bagi Lusi," Dave berkata tegas. "Dia membenciku. Karena aku adalah anak dari perempuan yang merebut lelaki yang dia inginkan."
Dave terdiam lama.
Sekarang semua terasa masuk akal, sejak ia kecil, Lusi selalu bersikap dingin padanya dan lebih memanjakan Lisa dibanding dirinya.
Lusi membiarkan Dave tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu meskipun ia menggantikan posisi ibunya.
Kenapa Lusi sangat ingin menyingkirkannya.
"Jadi, selama ini..." suara Andre terdengar parau.
Andre mengangguk. "Ya, Dave. Dia ingin membuatku menderita."
Dave memejamkan matanya sesaat, sebelum akhirnya tertawa kecil—tawa penuh kepahitan. Ana melihatnya dengan hati yang sakit. Dave tertawa, tapi matanya kosong. Seolah-olah ia baru saja menyadari betapa menyedihkannya hidupnya selama ini.
“Dave, dari mana kau tahu tentang cerita ini?” tanya Andre penasaran karena selama ini yang ia tahu kalau Lusi hanyalah ibu tiri yang sangat membenci Dave hanya karena menginginkan hartanya.
“Pak Wen memberitahuku setelah aku bangun dari kecelakaan itu,” jawab Dave diiringi dengan tawa. “Kau tahu sendiri kalau Pak Wen sudah bekerja di keluargaku sebelum aku lahir.”
Andre menarik napas panjang, mendadak ia curiga pada satu hal. “Jangan-jangan kecelakaan yang kau dan papamu alami ada campur tangan Lusi?” tebak Andre.
“Kalau benar, sungguh dia perempuan yang kejam!” seru Ana yang pada akhirnya buka suara.
Tapi Dave hanya diam saja tidak menjawab, itu artinya tebakan Andre adalah benar. “Dave, kenapa kau diam saja dan tidak memberitahuku?”
“Aku pikir aku bisa sembuh dengan cepat, karena aku akan membalasnya dengan tanganku sendiri. Tapi ternyata, harus menahun seperti ini,” jawab Dave terdengar sangat menyedihkan.
Dari cerita ini, Ana dapat mengambil kesimpulan kalau sifat keras Dave terbentuk karena Dendam sebab sebelum ini Andre sudah memberitahu Ana kalau sifat Dave berubah sejak kecelakaan terjadi.
“Jangan mengasihani aku, aku tidak butuh empatimu!” ujar Dave pada Ana.
Ana tertawa mendengarnya, dengan perasaan jengkel ia membalas perkataan Dave. “Lebih baik aku mengasihani diriku sendiri dibandingkan dirimu. Walaupun kau menderita, tapi rumahmu mewah, hartamu banyak. Sedangkan aku tidak memiliki apa-apa selain diriku. Kalaupun aku sudah tidak menjadi istrimu lagi, kemungkinan besar aku akan hidup dijalanan sebab ibuku sudah pasti tidak akan menerimaku kembali.”
Ana memaksakan senyumnya, ia memandang kedua pria itu secara bergantian.
“Kau sakit seperti ini saja masih bisa menghamburkan uangmu membeli diriku dengan mengatasnamakan mahar. Kau bisa tidur di ranjang yang empuk, makan enak dan memerintah pelayan atau karyawanmu. Sedangkan aku, kalau mendapatkan masalah dan menderita hanya bisa menangis memeluk diriku sendiri.”
Sekali lagi Dave dan Andre hanya diam saja, kali ini Dave tidak bisa membalas perkataan Ana yang terdengar sangat menyedihkan dibandingkan dirinya.
eh.... ada lagi kak othor, dave kan lumpuh kenapa tiba² jalan😭
kalo aku jadi ana, pasti aku akan minta uang bulanan. taat boleh tapi kesejahteraan diri harus prioritas🤭🤣