HAPPY READING ~
Novel ini menceritakan tentang, lima saudara kembar cewek yang barbar, kompak, dan gak ada takut-takutnya! Ayesha, Aresha, Abila, Aurora, dan Arumi bukan cuma bikin heboh sekolah, tapi juga satu Cianjur! Dari nyolong mangga kepala sekolah, bolos ke Puncak, sampai ketahuan guru BK dan dihukum Babehnya, hidup mereka gak pernah sepi drama.
Tapi di balik kelakuan mereka yang selalu bikin geleng-geleng kepala, ada kisah persahabatan, keluarga, dan kenakalan khas remaja yang bikin ngakak sekaligus haru.
Siap ikut keseruan Mojang Cianjur dalam petualangan gokil mereka? Jangan lupa baca dan kasih vote!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Drama Hafalan yang Bikin Malu
Setelah "sukses" bikin santri baru jadi lebih rajin tahajud dan ngaji, Ustadz Ilyas ngasih tantangan baru ke lima kembar itu.
"Karena acara kalian kemarin ternyata bermanfaat, saya minta kalian bikin acara lagi."
Kelima kembar langsung pucat.
"Acara apa lagi, Ustadz?" tanya Abila, waspada.
"Lomba Hafalan Surat Pendek."
Mereka langsung terdiam.
Arumi ngelirik Aurora. "Lo hapal surat pendek nggak?"
Aurora ngelirik Aresha. "Lo?"
Aresha ngelirik Ayesha. "Lo?"
Ayesha ngelirik Abila. "Lo?"
Abila ngelirik lantai. "Gue hapal Al-Fatihah doang jirr."
Mereka semua tepok jidat.
"Ustadz, kita sih setuju... Tapi gimana kalau kita juga sekalian ikut lombanya?" usul Aresha, tiba-tiba.
Ustadz Ilyas menaikkan alis. "Maksudnya?"
"Biar adil, santri baru lomba hafalan, kita juga! Jadi mereka makin semangat!"
Aurora melotot ke Aresha. "LO NGGAK SALAH?!"
Tapi Ustadz Ilyas malah tersenyum puas. "Ide bagus. Kalian berlima juga ikut lomba. Saya tunggu hasilnya."
Lima kembar itu, langsung syok berat.
"ASTAGHFIRULLAH, INI MAH JADI BUMERANG ANJIR!"
Malam itu, di kamar mereka sendiri, lima kembar duduk melingkar.
Ayesha mukul jidat sendiri. "Bangsat lo, Aresha. Kenapa harus ngajak kita juga sih?!"
Aresha nyengir tanpa dosa. "Biar seru. Ntar kalau kita menang, kita bakal jadi legends!"
Arumi ngelirik tajam. "Kalau kalah?"
Semua hening.
Abila merangkul Aurora. "Lo hapal apa?"
Aurora menghela napas. "Paling surat Al-Ikhlas, An-Nas, Al-Falaq..."
Ayesha mikir keras. "Gue pernah hafal Al-Mulk... tapi lupa."
Aresha tepok dada. "Tenang, kita bisa! Malam ini kita belajar mati-matian!"
---
Hari lomba tiba. Aula penuh santri. Semuanya antusias.
"Baiklah, kita mulai dari santri baru dulu!" kata Ustaz Ilyas.
Santri baru maju satu per satu. Hafalan mereka lancar.
Lalu… tibalah giliran lima kembar.
Aurora maju pertama. Dia sangat tegang.
"Baik, Aurora. Coba bacakan surat Al-Fatihah!"
Aurora menarik napas. "Bismillahirrahmanirrahim…"
Lancar.
Sampai ayat terakhir…
"Waladdhaa... waladdhaa…"
Otaknya ngeblank.
Seluruh asrama nahan napas.
Abila nutup muka. "ANJIR, DIA LUPA AYAT TERAKHIR!"
Aurora panik.
"Waladdhaaa…"
Aresha bisik-bisik. "Amin. Ayo, bilang amin!"
Aurora mikir keras. "Eh… amin?"
Satu asrama langsung ngakak.
"HAHAHAHAHA ASTAGHFIRULLAH, DIA LUPA!"
Ustaz Ilyas geleng-geleng. "Baik, Aurora diskualifikasi."
Aurora langsung ngerasa pengen kabur ke dimensi lain karena malu.
"Oke, berikutnya… Ayesha!"
Ayesha maju. Percaya diri.
"Baik, bacakan surat Al-kafirun."
Ayesha senyum lebar. "Kul ya ayyuhal kafirun…"
Lancar. Sampai di tengah…
Otaknya nge-freeze.
"Eh… apa lagi?"
Abila muka horor. "YA ALLAH, KENAPA OTAK KITA KAYA DISK ERROR?!"
Ayesha mikir keras.
Lalu, tanpa sadar…
"Kul ya ayyuhal… hmm… ya… ayyuhal…"
Ustadz Ilyas menahan tawanya.
"Ayesha diskualifikasi."
Mereka berdua sudah tumbang.
Tinggal Aresha, Arumi, dan Abila.
____
Setelah Ayesha dan Aurora tumbang, tinggal Aresha, Arumi, dan Abila yang harus menyelamatkan harga diri mereka.
"Baik, berikutnya Aresha!" kata Ustaz Ilyas.
Aresha melangkah ke depan dengan penuh percaya diri.
"Bacakan surat Al-Ikhlas!"
Aresha tersenyum. Ini gampang.
"Bismillahirrahmanirrahim. Qul huwallahu ahad…"
Lancar.
"Allahush-shamad…"
Masih lancar.
"Lam yalid wa lam yulad…"
Bagus.
Tapi pas masuk ayat terakhir…
Otaknya nge-lag.
"Walam yakullahu… hmm… hmm… hmm…"
Satu asrama mulai berbisik-bisik.
"Eh, kok dia diem?"
Arumi nutup muka malu. "Anjir, dia lupa lagi!"
Aresha panik.
"Walam yakullahu... hmm... lahu... hmm..."
Dia ngelirik ke arah Ustadz Ilyas, berharap ada bantuan.
Tapi Ustadz Ilyas cuma balas dengan tatapan datar.
"Aresha, diskualifikasi."
Satu asrama tertawa lagi.
"HAHAHAHAHA INI LOMBA HAFALAN APA AJANG MALU-MALUIN?!"
Aurora, Ayesha, dan Aresha sudah tumbang.
Sekarang giliran Arumi.
Arumi melangkah maju.
"Baik, bacakan surat Al-Falaq!"
Arumi menarik napas.
"Bismillahirrahmanirrahim. Qul a’udzu bi rabbil-falaq…"
Lancar.
"Min syarri maa khalaq…"
Masih oke.
Tapi pas masuk ke ayat keempat…
"Wa min syarri ghasiqin idza… idza… hmm…"
Otaknya nge-freeze.
Aresha nutup muka malu. "Astaghfirullah, satu lagi kena!"
Abila udah siap mental.
Dan benar saja.
"Arumi, diskualifikasi."
Satu asrama geger lagi.
"HAHAHAHAHA KENAPA SEMUA KEMBAR LUPA DI AYAT TERAKHIR?!"
Ustaz Ilyas mijit pelipis.
"Ini kenapa semua jadi kayak gini?!"
Sekarang, tinggal Abila.
Dia menatap seluruh aula dengan tegang.
Harapan terakhir keluarga ini ada di tangannya.
"Baik, Abila. Bacakan surat An-Nas."
Abila menarik napas.
"Bismillahirrahmanirrahim. Qul a’udzu bi rabbin-naas…"
Lancar.
"Malikin-naas…"
Masih aman.
"Ilahin-naas…"
Semua mulai berharap.
"Min syarril waswasil khannas…"
Oke, tinggal dua ayat lagi.
Ayesha, Aresha, Aurora, dan Arumi berdoa dalam hati.
Tolonglah, Abila. Minimal lo satu aja yang menang!
Dan akhirnya…
"Alladzi yuwaswisu fii sudurin-naas…"
Tinggal satu ayat lagi!
Seluruh aula menahan napas.
"Minal… minal… minal…"
Abila diem.
Otaknya nge-lag.
Aresha langsung nunduk.
"Ya Allah, jangan sekarang, Bil!"
Abila mencoba mikir keras.
Tapi…
"Minal… hmm… minal…"
BLANK.
Satu aula langsung kembali geger.
"HAHAHAHAHAHA INI MAH FIX MEMALUKAN!"
Ustadz Ilyas geleng-geleng kepala.
"Abila, diskualifikasi."
Kelima kembar langsung lemes di tempat.
Mereka lima-limanya gagal.
Santri baru lebih jago hafalannya.
Ustadz Ilyas tatap mereka dengan datar.
"Jadi mentor santri baru, tapi kalah hafalan dari mereka. Bagus, bagus. Saya harus kasih penghargaan nih."
Aresha mendesah panjang. "Penghargaan atau hukuman, Ustaz?"
"Tentu saja… hukumannya adalah ikut program hafalan selama satu bulan penuh."
Kelima kembar langsung syok.
"SATU BULAN?!"
"Kalian harus bisa menebus rasa malu ini."
Kelima kembar itu cuma bisa pasrah.
Dan begitulah, mereka akhirnya harus ikut program hafalan spesial.