Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Minggu
Sejak pembicaraannya dengan para tetangga kini Arin merasa ada yang tidak beres dengan hatinya, Arin mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi antara ia dan Sonny.
Benarkah Arin akan jatuh cinta? Tapi ia masih merasa biasa saja ketika berdekatan dengan pria itu. Hanya saja ketika tetangga-tetangganya men jodoh-jodohkan dirinya membuat Arin mendadak gusar tak karuan.
Hingga sore pun Arin lebih banyak melamun, kini Arin sedang duduk di ruang keluarga sambil mengingat-ingat perkataan Ibu-ibu rumpi siang tadi.
Ting Tong! Ting Tong!
Tok! Tok! Tok!
Arin terlonjak, ia menoleh ke arah pintu utama ketika mendengar suara bel dan ketikan pintu.
"Tante, itu pasti papah" Seru Meimei berucap.
Seketika jantung Arin berdebar, kakinya seakan membeku sulit untuk melangkah membuka pintu tersebut. Mendadak Arin tak siap bertemu Sonny.
"Bunda kok gak bukain pintu?" Tanya Noval bingung.
"Hah??! O-oh... Iya ini bunda baru mau buka kok" Mau tidak mau Arin pun bangkit dan berjalan ke arah pintu rumahnya.
Perlahan Arin memutar kunci pintu kemudian membuka penghalang kayu tersebut hingga wajah Sonny pun terpampang nyata didepannya.
"Mas Sonny?!"
Sonny terperanjat ketika melihat Arin yang terkejut mendapati dirinya.
"Ada apa? Kelihatan kamu kaget?" Tanya Sonny bingung.
Arin jadi tergagap-gagap, ia juga bingung kenapa dirinya merasa terkejut ketika melihat keberadaan Sonny.
"T-tidak apa-apa, mas" Bantah Arin.
Arin dan Sonny kemudian masuk ke dalam rumah, hal yang biasa dilakukan ketika masuk, mendapat sambutan dari Meimei lalu menyalurkan rasa rindu antara anak dan Ayah itu.
Tetapi Arin tak banyak bicara, ia justru sibuk memerhatikan Sonny sambil mengingat perkataan salah satu tetangga.
"Memangnya mbak Arin kalau ngomong sama mas Sonny gak pernah merasa dag-dig-dug gitu?"
"Tapi hati-hati loh mbak Arin bisa jatuh cinta lama kelamaan, mas Sonny kan ganteng, kaya raya, baik lagi. Siapa sih yang enggak mengagumi sosok mas Sonny"
Lamunan Arin buyar tatkala Sonny mengeluarkan suara dan mengajak bicara wanita itu.
"Kamu bisa kan Rin?"
"Hah?? A-apa??? O-oh.. Maaf tadi mas Sonny ngomong apa? Boleh diulangi?" Pinta Arin memulihkan kembali kesadarannya.
"Malam ini kan malam minggu, saya mau ajak Meimei jalan-jalan nanti malam. Tapi rasanya kurang seru jika cuma berdua saja, jadi kami mau mengajak kamu dan Noval untuk ikut. Kalian bisa kan??" Tutur Sonny mengulang.
Arin tak langsung menjawab, ia menimang-nimang terlebih dahulu, haruskah ia ikut? Tapi Arin khawatir ia malah jadi tidak fokus jika terlalu lama berada di samping lelaki ini.
"Emm.... Sepertinya, kami tidak bisa ikut. Mungkin lain kali ya" Tolak Arin halus.
"Oh begitu ya... " gumam Sonny memaklumi.
"Ihhh.... Kok tante gak bisa ikut?? Meimei mau sama tante! Mau sama kak Noval juga" Seru Meimei tak terima.
"Meimei, mungkin tante Arin lagi ada urusan penting. Tante Arin kan sudah bilang kita bisa jalan-jalan lain kali" Bujuk Sonny meredam amarah putrinya.
Tetapi meimei menggeleng cepat, ia ingin arin ikut bersamanya nanti malam. "Gak mau! Tante Arin harus ikut.... " Wajah Meimei sudah memerah, dan bisa dipastikan jika gadis itu akan menangis sebentar lagi.
"Ya udah iya, tante ikut ya. Meimei jangan nangis, nanti malem kita jalan-jalan oke" Cetus Arin mencegah anak perempuan tersebut menangis.
"Tante jangan bohong!" Ucap Meimei dengan suara bergetar.
"Iya enggak kok, sini sini.... " Ujar Arin sembari menepuk-nepuk pahanya, mengisyaratkan agar Meimei duduk di pangkuan Arin.
Meimei lantas berpindah dan duduk di pangkuan wanita tersebut, Arin lalu menghapus air mata bocah manis itu sembari mencium pipinya beberapa kali.
"Udah, jangan nangis ya sayang"
Perhatian Arin pada Meimei diam-diam membuat hati Sonny terenyuh, rasa tulus yang diberikan Arin seperti rasa kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya. Sonny bisa melihat betapa Arin sangat menyayangi Meimei begitupun sebaliknya.
Meimei kini lebih sering merajuk kepada Arin dibanding padanya, Meimei juga sudah tidak lagi mengeluh bosan pada Sonny. Keberadaan Arin dan Noval berhasil membuat Meimei terhibur.
***
Pukul tujuh malam Sonny dan Meimei sudah bersiap, keduanya sudah rapi dengan pakaian masing-masing. Sonny tampak gagah dan keren sedangkan Meimei semakin lucu menggunakan dress berwarna pink.
Kini mereka hanya tinggal menunggu Arin keluar, sonny terlebih dulu memanaskan mesin mobil.
Meimei yang tak sabar akhirnya masuk ke dalam rumah Arin untuk menjemput Ibu serta anak lelaki yang masih bersiap-siap didalam.
Tak lama ketiganya muncul bersamaan, Sonny yang sedang memainkan ponsel sambil bersandar di badan mobil belum menyadari kehadiran orang-orang tersebut.
"Mas?" Seru Arin.
Kepala Sonny yang tadinya menunduk seketika terangkat dan menatap ke arah sumber suara.
Deg!
Sonny dibuat terpana melihat Arin yang berdiri di depannya, Arin sangat cantik malam ini! Dress hitam dengan ikat pinggang dan rambut yang dibiarkan tergerai indah membuat wanita itu bak malaikat dari surga.
Degup jantung Sonny berdetak cepat, jakunnya naik turun melihat kecantikan Arin.
Ia membeku beberapa saat, mengagumi sosok wanita didepannya yang tersenyum begitu manis.
"Kita berangkat sekarang mas?" Seru Arin membuyarkan lamunan Sonny.
Sonny tersentak lalu sadar jika dirinya tengah mengagumi sosok Arin.
"I-iya, kita berangkat sekarang" Jawab Sonny tergugup-gugup.
Mereka pun masuk ke dalam mobil milik Sonny, dengan Meimei dan Noval yang duduk di kursi penumpang sedangkan kedua orang tuanya duduk di bangku depan.
"Sudah siap?"
"Siapppp..... " Teriak Meimei dan Noval bersemangat.
Kendaraan beroda empat itu pun melaju meninggalkan kawasan tempat tinggal mereka.
Diperjalanan suasana mobil nampak hening, hanya anak-anak yang sesekali berbicara ketika melihat sesuatu yang unik di jalanan.
"Kak Noval liat itu patungnya bergerak!!!" tunjuk Meimei kala melihat patung di depan sebuah restoran yang bergoyang sambil berputar-putar.
"Yang mana??" Tanya Noval mencari-cari.
"Yahhh.... Udah kelewat, kak Noval telat sih liatnya"
Kebisingan dibelakang tak sama dengan keadaan di kursi depan, kedua orang tersebut saling diam, Arin sibuk memandang ke arah luar jendela sedangkan sonny sibuk mengemudi.
Hening...
Hening...
Hening...
Kecanggungan melanda kedua orang itu, Sonny beberapa kali melirik ke arah Arin, mencari bahan obrolan untuk mencairkan suasana.
"Maaf ya, Meimei memaksa kamu untuk ikut" Seru Sonny berbicara.
Arin langsung menoleh, sedikit canggung ketika bersisitatap dengan pria disampingnya.
"Gapapa mas" Jawab Arin singkat.
"Mungkin kamu punya urusan lain, maaf kalau kamu harus menundanya karena Meimei"
Perkataan Sonny langsung disambut gelengan oleh Arin, "Enggak kok mas, tadi itu saya hanya tidak mau menganggu waktu kalian berdua. Makanya.... Tadi saya menolak" Ujar Arin berbohong.
Sonny tersenyum simpul sambil tetap melihat ke arah depan, "Syukurlah kalau kamu tidak keberatan, saya hanya khawatir karena selalu mengganggu kamu"
"Tidak kok mas, saya selalu siap jika itu untuk Meimei" Ujar Arin jujur.
"Benarkah? Lalu bagaimana jika denganku?"