My Princess

Dua orang laki laki berseragam pengawal menyambut kedatangan keduanya dari heli sambil menunduk hormat.

Mereka berjalan di belakang Malik dan Cassie. Saat tiba di depan pintu lift, salah satu pengawalnya menekan tombol open dan menunduk hormat saat Malik dan Cassie masuk ke dalamnya.

"Tenang aja, jangan gugup," senyum Malik ketika melihat kegelisahan Cassie saat mereka sudah berdua aja berada di dalam lift.

Cassie tersenyum tapi wajahnya tetap terlihat ngga tenang.

Dia akan berada di keramaian yang mungkin seharusnya dia hindari.

Juga bertemu keluarga besar Malik yang kata pengawalnya jangan dia dekati.

Tapi hari ini dia melanggar semua larangan.

Ini akan aman baginya? Pikiran Cassie jadi kalut sendiri dengan semua kekhawatiran yang memenuhi pikirannya.

Dia menoleh ketika merasakan genggaman Malik kian erat.

Laki laki dingin itu sedang menetapnya lekat, seakan sedang mencari hal aneh di wajahnya.

Tapi kemudian Malik mengalihkan tatapnya ketika pintu lift yang terbuka.

Lift hotel membawa mereka ke lantai hotel tempat pesta berlangsung.

Hotelnya ternyata sangat mewah.

Tapi Cassie merasa dia pernah berada di hotel ini.

"Dulu Liliana Aldrin pernah mengadakan fashion show di hotel ini," jelas Malik dengan sorot mata penuh makna.

'Ohya...?"

"Karya karyanya sangat diinginkan banyak orang. Dia sangat terkenal." Malik menghela nafas sambil mengenang masa lalu.

"Kamu sepertinya kenal dia dengan sangat baik?" Cassie menatap wajah laki laki yang tiba tiba nampak murung.

Anehnya dia merasa ngga suka.

Siapa, sih, Liliana Aldrin? batinnya penasaran.

"Ya." Kali ini Malik menatap dalam bola mata hijau yang berpendar itu.

Ada yang berdesir di hati Cassie.

Tapi Malik sepertinya ngga ingin membahasnya lagi. Dia menarik tangan Cassie, kembali melangkah memasuki ruangan pesta.

Banyak tatap mata mulai terfokus padanya.

Beberapa diantaranya menghampirinya dengan senyum lebar di wajahnya

Deva, Ziyan dan Sean.

"Ini toh," kekeh Deva sambil mengulurkan tangannya pada Cassie.

"Deva, abang sepupu Malik," ucapnya dengan senyum yang dia buat semanis mungkin.

Cassie agak ragu mau menyambut uluran tangannya.

PLAK

Malik menepis tangan Deva membuat tawa ketiga laki laki yang katanya lebih tua darinya itu berderai.

"Namanya Cassey."

Sialan, ini beneran demenanmu, ya? kekeh Sean, teringat dulu Malik yang sempat membuatnya terbakar karena sok akrab dengan Ariella.

"Ini Ziyan, dan yang ini Sean," sambung Malik cuek mengenalkan mereka berdua pada Cassie.

"Biasanya aku memanggilnya abang, karena mereka lebih tua," lanjut Malik lagi tetap cuek.

Cassie tersenyum ramah sambil menganggukkan kepalanya.

"Ayo, oma udah nungguin," tukas Ziyan sambil melangkah duluan.

"Matanya sama sama ijo," bisik Deva di dekat Malik.

"Hemm...."

"Karena itu, ya?" ejek Deva.

"Hemm...."

Deva tergelak lagi sambil pergi menyusul Sean dan Ziyan yang berjalan lebih dulu.

"Yakin mereka lebih tua?" tanya Cassie lirih setelah Deva menjauh dari Malik.

"Malah mirip bocil, ya?" senyum Malik membuat Cassie juga mengembangkan senyumnya.

Iya, batinnya dalam hati. Kegugupannya mulai sedikit mencair.

Mereka keluarga yang hangat, batinnya lagi.

"Haii....," sapa Ziza yang datang bersama Ruby. Di belakang mereka ada suami suami mereka, Khalid dan Theo.

Kali ini Malik ngga menepis tangan Ziza dan Ruby yang terulur pada Cassie.

"Kita masih sepupunya juga. Aku Ziza. Ini suamiku Khalid," ucap Ziza lembut saat kekasih Malik menyambut uluran tangannya.

Dia sangat surprise begitu tau kalo Malik akan datang dengan kekasihnya.

Ziza ngga mau menyesal seperti dulu karena ngga sempat mengenal mendiang Liliana lebih akrab.

Khalid tersenyum sambil mengangguk pada Cassie dan Malik.

"Aku Ruby. Itu suamiku Theo. Kita akan bisa jadi teman akrab. Di sana juga ada yang lainnya yang udah nunggu kamu," tukas Ruby ngga kalah ramahnya.

Perasaan asing perlahan hilang dari hati dan pikiran Cassie. Hatinya menghangat mendapat sambutan yang sangat terasa tulusnya.

Theo pun mengangguk sambil tersenyum pada Cassie dan Malik.

Mereka tadi sempat melihat tepisan tangan Malik pada Deva, jadi Ziza langsung mengubah inisiatif perkenalan mereka.

Theo memperhatikan Malik yang nampak protektif.

Dia dan Khalid sempat tertawa pelan melihat tepisan Malik tadi.

Mereka pun tiba di circle keluarga besar.

Mama Malik-Vanda dan omanya-Zayra langsung merangkul Cassie.

Kendra tersenyum.

"Sudahlah, Fazza. Biarkan saja Malik," ucapnya sambil menepuk bahu Fazza.

"Iya, dad."

"Dia Liliana atau bukan, asal gadis itu baik dan mencintai Malik, kita dukung aja," ujar Kendra lagi

"Aku setuju," sahut Kalil-daddy Nathan menimpali.

"Malik juga sangat mencintai gadis itu," sela Jeff.

"Bukan gadis itu, tapi Liliana," balas Eriel membantah.

TUK

"Sakit, dad," ringis Eriel ketika daddynya-Rakha menoyor agak keras keningnya.

"Ini juga gara gara kamu," gemas Rakha. Kalo saja putranya dan juga asistennya ngga melakukan yang aneh aneh dengan Eleanor, benang kusut ini ngga akan terjadi.

"Bara, 'kali, dad," ngeles Eriel.

"Kalo kamu ngga ngomporin Bara, anak itu ngga mungkin lakuin itu." Toyor Rakha lagi tambah keras.

Udah tua, masih ngga sadar sadar, omelnya dalam hati.

Bara ikut meringis.

Untung bukan dia yang dimarahi, batinnya penuh syukur.

Edna-istri Eriel dan Moana-istri Bara saling pandang kemudian tersenyum rikuh.

"Kita udah ngga sabar nunggu kamu loh," ucap Oma Khanza saat Vanda dan Zayra membawa Cassie ke arahnya.

Oma Cyra-istri opa Aqil dan oma Fika-istri opa Rakha juga menyambut dengan senyum lebar.

"Kamu cantik banget, sayang," puji Oma Cyra lembut.

"Malik beruntung ketemu kamu," tambah Oma Fika yang diiya-in para wanita cantik beda generasi di sana.

"Kamu memang sangat cantik dan baik," puji Cleora dengan mata yang berkaca kaca.

Pujian itu sebenarnya buat mendiang Liliana yang sempat ngga dia sukai, hingga berakhir dengan kepergian gadis itu.

"Kami bahagia untukmu," tambah Zoya dengan senyum teduhnya.

Edna dan Moana mengangguk. Mereka ikut bahagia menatap Cassie.

Cantik dan anggun. Sekilas mengingatkan mereka akan penampilan Liliana.

Sepasang mata Cassie berkaca kaca. Hatinya pun menghangat.

Dia selalu sendiri. Tapi kini dikelilingi banyak orang yang menerima kehadirannya.

"Jangan menangis. Kami sangat bahagia melihatmu," ucap Edna sambil menggenggam lembut tangan Cassie.

Sandra-mama Ziyan juga mengusap lembut bahu Cassie.

Cassie mengusap matanya dengan punggung tangannya.

"Maaf, oma, tante," ucap Cassie pelan.

"Ngga apa apa. Jangan menangis, nanti make upnya luntur," ucap Cleora sambil merangkul bahu Cassie.

"Ngga apa apa. Nanti tante rapikan lagi make upnya," ucap Vanda.

"Oma akan bantuin," timbrung Cyra.

"Biar oma saja," sela Khanza.

"Memangnya kamu bisa, Khanza?" ledek Zayra.

Oh iya. Dia paling hanya pake lipstik saja, batin Khanza teringat akan kebiasaannya.

"Sudah, biar mereka saja?" tawa Fika membuat yang lainnya sama sama berderai tawa.

Cassie melirik Malik yang tersenyum hangat padanya.

Terima kasih, ya, Malik.....