NovelToon NovelToon
Takdir Alina

Takdir Alina

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Beda Usia / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Alin26

Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.

Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.

"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.

"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.

"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"

Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

part 19

Mendengarnya Alin dibuat panik dan ketakutan. Sekuat tenaga Alin memberontak untuk melepaskan diri dari pria yang sedang mabuk itu, tapi usahanya nihil.

"Pak Al, sadar, Pak, saya bukan Mbak Bella," ucap Alin yang berusaha melepaskan tubuhnya dari pelukan Al.

"Malam ini kita akan bersenang-senang," ucap Al yang langsung menidurkan Alin di sampingnya lalu melepaskan semua pakaiannya dan juga pakaian Alin.

"Hiks ... Pak Al, jangan, Pak, saya mohon." Tangis Alin pecah saat Al menindih tubuhnya dan terjadilah hubungan suami istri antara Alin dan Al malam itu.

***

  Keesokan paginya matahari bersinar dengan cerah. Cahayanya yang terang berhasil membangunkan seorang pria yang tampak terlelap di atas tempat tidurnya, pria itu adalah Alexander Graham.

"Awh!" ringis Al yang merasakan sakit pada kepalanya saat membuka mata.

  Saat akan bangun dari tempat tidurnya, Al tak sengaja melihat bercak darah di atas tempat tidurnya.

"Darah?" gumamnya lalu mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.

  Setelah mengingat semuanya, rasa bersalah pun muncul di hatinya. Dia pun segera memakai pakaiannya kemudian keluar dari kamar dan langsung berlari ke kamar Alin yang ada di lantai bawah.

  Setelah sampai di kamar Alin, Al tidak menemukan siapapun di sana.

"Dimana dia? Apa dia udah kabur? Kalau benar, gue nggak akan biarin itu terjadi."

Kemudian Al berjalan ke arah lemari pakaian milik Alin dan membukanya. Didapatinya isi lemari itu masih utuh begitu juga dengan barang-barangnya.

"Baju-bajunya masih ada, lalu dia ke mana?" tanya Al pada dirinya sendiri.

  Lalu Al pun kembali mencari keberadaan Alin di taman belakang maupun di sekitar rumah, tapi dia belum juga menemukan orang yang dia cari. Hingga akhirnya dia merasa haus dan memilih mencari minuman di dapur.

  Setelah selesai minum, Al memutuskan untuk mencari Alin lagi. Saat akan keluar dari dapur, samar-samar Al mendengar suara tangisan dari arah kamar mandi. Dia pun segera berjalan mendekati kamar mandi tersebut dan membukanya perlahan.

  Setelah pintu kamar mandinya terbuka, terlihat Alin di sana sedang meringkuk dengan pakaiannya semalam yang sudah basah kuyup. Tak lupa dengan isak tangisnya yang kini terdengar jelas di indra pendengaran Al, membuat pria itu berjalan ke arah Alin.

"Udahlah, nggak usah cengeng kayak gitu. Lagian saya melakukannya tanpa sadar dan kita juga sudah menikah, kan? Jadi, apa yang salah sama kejadian semalam? Toh saya suami kamu dan kamu juga istri saya. Jadi, saya berhak atas kamu," ucap Al yang berusaha santai tapi sebenarnya dalam hatinya dia merasa bersalah melihat keadaan Alin yang tampak acak-acakan dengan pakaiannya yang basah.

  Mendengar ucapan Al, Alin pun berdiri lalu mengusap air matanya dengan kasar dan menatap Al dengan sorot mata tajamnya. Jika dulu dia selalu takut menatap Al, kini entah keberanian dari mana yang dia dapatkan sehingga dengan tanpa rasa takut Alin menatap Al.

"Apa Bapak bilang? Istri? Sejak kapan Anda anggap saya istri Anda, sejak kapan, Pak? Bukankah Anda sendiri yang bilang, kalau saya dinikahi hanya untuk balas dendam? Lalu kenapa Anda bilang saya istri Anda? Saya tau bagi Anda, saya hanya pelampiasan dendam Anda, Ayah saya yang udah bunuh adik Bapak, kan? Tapi, kenapa saya yang harus nanggung semuanya, kenapa?" teriak Alin sambil menangis.

"Karena saya benci sama ayah kamu, saya ingin dia bisa merasakan apa yang saya rasakan saat melihat orang yang paling dia sayangi menderita!" bentak Al dengan suara yang meninggi

  Alin lalu tersenyum kecut menatap Al. "Bapak ingin balas dendam, kan? Baik, kalau itu yang Bapak mau."

Alin kemudian berjalan keluar dari dalam kamar mandi, meninggalkan Al yang tampak kebingungan.

"Mau apa lagi dia," gumam Al.

  Tak lama kemudian, Alin kembali dengan sebuah pisau di tangannya, membuat Al menatapnya bingung sekaligus terkejut.

"Mau ngapain kamu?" tanya Al mendekat pada Alin.

"Bapa tenang aja, saya nggak akan bunuh Bapak kok."

"Ambil, Pak." Alin menyodorkan pisau tersebut pada Al.

"Ambil!" teriak Alin saat Al enggan mengambilnya.

"Saya udah lelah sama semua ini, Pak. Pertama Anda membunuh ayah saya, setelah itu, Anda juga menikahi saya dengan paksa. Dan sekarang, Anda udah ngambil kesucian saya dengan paksa juga. Sekarang akhiri semua dendam ini dan bunuh saya sekarang biar saya bisa pergi nemuin bunda sama ayah di surga," ucap Alin yang sudah menangis sesenggukan.

Al menatap pisau di tangannya kemudian beralih menatap Alin. Wanita di depannya terlihat begitu hancur dan menyedihkan. Rasa bersalahnya membuat Al ingin sekali memeluk wanita itu dan rasanya hatinya terasa nyeri melihat Alin menangis.

Bukan hanya sekarang Al merasa seakan terluka jika melihat Alin menangis, setiap kali dia melakukan kekerasan pada Alin, maka perasaan aneh itu selalu menyelimuti relung jiwanya.

"Ambil Pak Al, ambil sekarang!" teriak Alin lagi. Sedangkan Al hanya diam membisu.

"Baik, kalau Bapak nggak mau, biar saya aja yang akhiri semua ini sekarang juga," ucap Alin seraya tersenyum lebar.

Ia hendak menusukkan pisau itu ke perutnya. Namun, Al segera menahan pergelangan tangannya.

"Jangan gila kamu!" sentak Al.

"Lepasin, Pak! Biarin saya mati sekarang, biar Pak Al puas dan lupain dendam Bapak," lirih Alin dengan tatapan mata yang hampa.

  Alin terus saja berusaha menusuk perutnya dengan pisau, sementara Al berusaha melepaskan pisau itu. Namun, usahanya gagal karena Alin menggenggam pisau itu cukup kuat.

"Alin!"

Plak!

  Satu tamparan keras dari Al membuat Alin memegangi pipinya yang terasa perih. Tak mau kehilangan kesempatan tersebut, Al langsung merampas pisau tersebut lalu membuangnya ke sembarang arah.

  Al menatap Alin yang menangis sambil memegang pipinya lalu membawanya ke dalam pelukannya.

"Kenapa Bapak nggak biarin aja saya mati, saya udah nggak mau hidup lagi. Lepasin saya, Pak, lepasin, saya mau mati aja," tangis Alin sambil memukul dada bidang Al.

"Ssttt!" Al meletakkan jarinya di bibir Alin yang ada dalam pelukannya tersebut.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
Geby Baheo
bagus banget 👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!