NovelToon NovelToon
Ellisa Mentari Salsabila

Ellisa Mentari Salsabila

Status: tamat
Genre:Tamat / Dikelilingi wanita cantik / Pengganti / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

PLEASE, ATTENTION!! Dulu yaa...
Novel ini genre dewasa ***

Harap pahami alur dan karakternya. Karena ini novel hanya drama ringan penuh romansa indah dan tidak bermaksud merendahkan siapapun.

_____Selamat membaca______

Tiga tahun sudah Ellisa menahan 'beban' di tubuhnya yang masih remaja. Ia tidak mengerti, kenapa Tuhan memilihnya.

"Ini anugrah? Atau kutukan sih?!"

Gadis yang seharusnya menikmati masa remajanya harus terjebak di panti asuhan untuk menyusui para bayi di sana. Ya, gadis 18 tahun ini bisa mengeluarkan ASI !!

Karena menghindari pertengkaran kecil, dia harus keluar panti padahal itu larangan keras untuk dirinya. Pemilik panti, sangat melindunginya.

Namun, insiden kecil itu, siapa sangka mempertemukannya pada seorang pria yang tidak ia kenal, hingga membawa mereka pada hubungan yang cukup rumit.

Bisakah Ellisa menghadapi ini semua? Dan pria itu ternyata punya ikatan yang cukup dalam di masa lalunya. Happy reading semua 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ellisa dan Alana

"Nona Alana, makanan sudah siap," suara lembut nyonya koki terdengar dari arah dapur, membuat suasana di ruang tamu sedikit lebih hangat.

Alana mengangguk malas, lalu menatapnya, "Suruh Ellisa buat nemenin gue makan," perintahnya dengan nada yang tak bisa ditawar.

"Eh?" Nyonya koki terkejut.

"Kenapa? Musti gue ulangin lagi perintahnya?"

"Baik, Nona." sahut Nyonya Koki.

Beberapa saat kemudian.

Ellisa dan Alana. Mereka berdua duduk berhadapan, terpisah oleh panjang meja makan yang membuat suasana semakin canggung.

Alana mengambil sendok dengan anggun, sementara Ellisa tampak bingung harus memulai dari mana.

"Bobo," suara Alana memecah keheningan. Tatapannya malas, seperti sudah lelah menghadapi semuanya. "Elo ngapain berdiri di situ?"

Bobo berdiri tegak di sudut ruangan, matanya waspada seolah mengawasi setiap gerakan. "Saya hanya memastikan kalian berdua bisa rukun, Nona," jawabnya tenang, tapi penuh makna.

Alana mendengus, meletakkan sendoknya. "Gue bisa rukun sama dia. Elo nggak perlu khawatir. Dah, sana pergi!" Suaranya tegas, tak menerima bantahan.

Bobo membungkukkan tubuhnya sedikit. "Baik, Nona." Dengan langkah tenang, ia meninggalkan ruangan, memberikan mereka privasi.

Keheningan kembali menyelimuti meja makan. Ellisa mencoba membaca ekspresi Alana, tapi wajahnya sulit ditebak. Dia tampak dingin, tapi ada kilatan kesepian di matanya yang tak bisa disembunyikan.

"Kamu nggak makan?" tanya Alana tiba-tiba, memecah keheningan lagi.

Ellisa tersentak, lalu buru-buru mengambil sendok. "Oh, iya. Maaf," jawabnya dengan gugup.

Dia mulai mengambil sedikit makanan dari piring, berusaha tak terlihat canggung.

Alana memperhatikan Ellisa sejenak, lalu mendengus pelan. "Santai aja. Gue nggak bakal makan lo kok."

Ellisa terdiam, lalu memberanikan diri bertanya, "Kenapa tiba-tiba ngajak saya makan bareng?"

Alana mengangkat bahu, ekspresinya datar. "Gue cuma pengen aja. Rumah ini terlalu sepi. Lo tau kan rasanya makan sendirian di meja sebesar ini?"

Ellisa terkejut dengan kejujuran Alana. Dia tak menyangka di balik sikap buruknya, ada sisi rapuh yang jarang terlihat. "Saya... mengerti, Nona."

Alana mengangkat wajahnya, memandang Ellisa dengan tatapan lembut yang jarang muncul. "Lo nggak perlu panggil gue 'Nona' terus. Cukup Alana aja."

Ellisa mengangguk pelan, merasa sedikit lebih nyaman. "Baik... Alana."

Senyum tipis tersungging di bibir Alana. "Bagus. Sekarang makan yang banyak. Gue nggak suka buang-buang makanan."

Ellisa hanya bisa melirik.

"Umur lo berapa sih?" tanya Alana.

"Eh?"

"Elo kayak seumuran gue tapi elo juga udah kayak ibu-ibu. Elo nikah dini ya?"

"Usiaku 18 tahun, tapi aku belum menikah."

"Tapi kenapa elo--" Alana hampir naik emosi lagi, tapi segera meredamnya. "Ah! Sudahlah. Gue anggap elo jujur, gitu aja."

"Te- terima kasih, Alana."

"Gue ini udah kelas 3 SMA, tapi sepertinya gue bakal gagal ujian dan nggak akan bisa lulus."

"Kenapa kamu bilang gitu?" Ellisa penasaran.

"Yaah... Gue sekolah cuma ingin seneng-seneng doank. Nggak suka memperhatikan pelajaran dan selalu happy-happy dengan temen-temen gue."

"Tapi, kamu juga harus giat belajar. Akan lebih menyenangkan kalo kamu dan temen-temen kamu juga belajar bareng, nggak sekedar senang-senang aja." tanpa Sadar Ellisa kelepasan.

Sendok di tangan Alana bergerak malas menuju mulutnya. "Elo tau, Ellisa, Kak Sam itu orang yang sangat sibuk. Dia aja nggak peduli sama gue. Elo juga jangan mengharap apapun darinya. Kalau elo butuh uang, bilang aja. Abis itu, pergi dari sini."

Ellisa terdiam, merasa dadanya sesak. "Aku hanya..." Kalimatnya terhenti, pikirannya melayang. Dalam hatinya, dia ingin mengatakan, "kita bisa hidup bersama." Tapi dia memilih kata lain, "Aku hanya ingin menjaga Elmira."

Alana mendongak, tatapannya penuh rasa ingin tahu. Dia menyuap lagi makanan sebelum menjawab dengan datar, "Kalau elo bisa bertahan dengan yang namanya kesepian, itu terserah elo."

"Em," Ellisa merespons getir.

Alana meletakkan sendoknya, matanya menatap tajam ke arah Ellisa. "Keluarga gue udah cukup berantakan, tau nggak?! Nyokap-bokap gue cerai. Kakak tertua gue meninggal. Kak Sam sibuk kerja, dan gue... gue benci sendirian."

Ellisa berkata pelan, "Tapi, mereka masih ada." Yang dia maksud adalah para asisten dan pelayan yang setia melayani keluarga Alana.

Alana tertawa kecil, tapi tidak ada kebahagiaan dalam tawanya. "Mereka bukan keluarga gue. Mereka cuma kerja buat duit. Tapi ya, seenggaknya gue punya temen banyak di sekolah. Gue rela habisin uang gue buat seneng-seneng sama mereka."

Ellisa menundukkan kepala, menatap sendok di tangannya yang kini terhenti. Dengan suara kecil, dia berkata, "Aku bahkan nggak tahu siapa keluargaku."

Alana menatap Ellisa dengan dahi berkerut. "Sungguh? Elo juga nggak punya keluarga?"

Ellisa mengangguk pelan. "Entahlah. Selama ini, aku cuma tinggal di panti. Aku nggak ingat apa-apa soal masa sebelum aku di panti."

Alana terdiam sesaat, lalu bersandar pada kursinya, ekspresinya sedikit melunak. "Wah, elo juga menderita kayak gue, ya, berarti." Nada suaranya lebih rendah, nyaris seperti gumaman.

Ellisa mengangkat wajahnya, "Mungkin... kita nggak harus selalu merasa sendirian, Alana," katanya dengan lembut.

Alana menatap Ellisa, bibirnya sedikit terbuka seperti ingin membalas, tapi dia memilih untuk kembali makan.

Keheningan di antara mereka terasa berat, namun penuh pengertian. Meski tanpa kata, ada sesuatu yang berubah dalam hubungan mereka. Dua jiwa yang terluka mulai memahami satu sama lain.

Dua dunia yang kontras ini, Alana yang dikelilingi kemewahan tetapi merasa hampa, dan Ellisa yang hidup sederhana tetapi merasa cukup. Menunjukkan bahwa kebahagiaan sejati bukan soal berapa banyak yang kita miliki, melainkan bagaimana kita menghargai apa yang ada.

Pada akhirnya, kebahagiaan tidak ditemukan dalam barang-barang mahal atau pertemanan semu, melainkan dalam hubungan yang tulus dan cinta yang tanpa pamrih.

Alana meletakkan garpu di atas piring, "Gue udah selesai makan. Bilangin ke Kak Sam untuk isi saldo rekening gue lagi," katanya dengan nada datar.

Ellisa yang masih menunduk menyantap makanannya, mendongak perlahan. "Alana, memangnya kamu mau pergi kemana?"

"Pergi donk. Temen-temen gue udah nunggu. Nih," katanya sambil menunjuk layar ponsel yang memperlihatkan grup WhatsApp yang penuh dengan pesan tentang rencana perkumpulan mereka.

Sebelum melangkah pergi, Alana sempat berhenti sejenak. Meski dengan sikap dingin, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil. "Gue suka ngobrol sama lo, Ellisa."

"E-eh?" Ellisa terpaku, tak menyangka akan ucapan itu.

Tapi sebelum ia sempat merespons, Alana sudah melangkah keluar rumah dengan langkah santai namun cepat.

Ellisa memandang meja makan yang kini hanya menyisakan piring-piring kosong. Dengan hati-hati, ia mulai mengumpulkan piring untuk dibereskan.

Namun langkahnya terhenti saat Nyonya Koki datang menghampiri. "Biar saya saja, Nona Ellisa," kata Nyonya Koki dengan senyum tulus.

Ellisa menatapnya, merasa hatinya bergetar oleh kebaikan sederhana itu. "Aku bersyukur selalu dikelilingi oleh orang-orang baik," pikirnya.

"Tapi... kenapa hatiku malah terasa sakit? Kenapa aku merasa sangat sedih?"

1
InggitAnjni
Aku terharu bacanya..
kisahnya menarik dan dengan ending yang bahagia

salam cinta akibat perjodohan
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Miu Nh.: woyay~ telimakasyihhh~
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
semangat Ellisa 🥰
Elisabeth Ratna Susanti
nah lho bingung sendiri kan
Elisabeth Ratna Susanti
pasti cantik bayinya secantik namanya
Miu Nh.: balu kali ini Elmira dibilang tantik dari leadels nan baik ati kyk kak Elicabenth, lope yu onchi~ ❤

nanti ketemu Elmira di troublemaker Amika ya, ucia El udh 5 tawun~
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
maaf bacanya nyicil 🙏
Miu Nh.: siaapp 💪
total 1 replies
Drawumy Chan
Ya ampun,, tahan bener Ellie,, Marah kek 😫
mama Al
ini POV 1 apa POV 3?
mama Al: di awal kan POV nya ellisa kan kok di tengah sampai akhir jadi POV 3 alias versi author.
kalau misalkan di campur di kasih tanda POV ellisa biar engga bingung
Miu Nh.: maksudny gimana kak? 🤔
total 2 replies
mama Al
hahaha nyusuin bayi
apa Ellis sudah menikah?
Miu Nh.: cek kelanjutannya kak ☺☺ ,, jgn lupa jadi pembaca tetap akyuuu....
total 1 replies
Yuliana Purnomo
Alhamdulillah happy ending,, trimakasih kak Author,,,, happy eid Mubarak 🙏
Yuliana Purnomo: ditunggu karya berikut nya,,kak🥰
Miu Nh.: sama2... aku juga mau ucapin terima kasih udah setia membersamai kisah Ellisa dan Sam sampai tamat, kak Yuliana 😊❤

semoga kita bisa 'berjumpa kembali' 🤗👋
total 2 replies
Yuliana Purnomo
selamat yaaa untuk kalian berdua,, Akir nya sah juga
Yuliana Purnomo
ampun Delisa gak nyerah ngerecoki hubungan Sam Eli
Elisabeth Ratna Susanti
penasaran sama Elisa nih si Sam
Elisabeth Ratna Susanti
mampir juga di sini. like plus subscribe👍
Miu Nh.: ayayay~ terima kasih akak...
sampai tamat ya bacanya 😗😗 jgn kabur!!
total 1 replies
Yuliana Purnomo
sesayang itu Sam PD Elis,,cuma dedikasi terhadap pekerjaan yang dijunjung tinggi membuat nya lupa waktu kebersamaan dgn Eli bgt terbatas
Pitik Cilik
astaga 😱😱😱😱 dari 2 tahun, 4 tahun, 8 tahun Sam harus menungguuuuu.... berhasil cuma nunggu 2 Minggu ajaaaa, wkwkwkwk 😂😂😂😂😂
Pitik Cilik
astagaaaa..... Elliieee ternyata udah suka Sam Saaammmm sejak msh SMP,, tapi Sam belum kenal sama Elliieee......
Pitik Cilik
Esa sayang ke Ellie sebagai adik kecilnya,, pun Sam sayang sama Ellie sebagai wanitanyaaaa.... aaaaaaa lopeeee 🥰🥰🥰🥰🥰
Pitik Cilik
Eellliiieee ternyata kamu punya pesona mirip kayak kakakmuuuu... astaga,,,, kalian berdua kiyowo dari mana siiiiihhhh....
Pitik Cilik
salting salting salting salting salting brutaallll hahahaha..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!