"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Sejak hari itu Emilia kembali bekerja. Namun dia tidak bekerja di hotel atau di tempat lain kecuali di perusahan Arthur yang selama ini dikelola oleh Erdogan.
Awalnya dia terus menolak, tapi Erdogan tidak patah semangat dia pun ditempatkan di resepsionis kantor tersebut.
Emilia akan pulang diantar oleh sopir atau Erdogan sendiri yang mengantarnya pulang ke rumah dengan selamat.
Sementara anak-anak kadang Emilia bawa karena ada ruang bermain dan istirahat untuk anak-anak yang Erdogan siapkan jadi pria itu bisa bekerja sekaligus menjaga orang-orang yang sangat Arthur cintai. Meskipun saat ini pemilik cinta itu tengah berkelana di luar sana.
Emilia pun merasa sedikit lega setidaknya anaknya bisa ia pantau secara langsung meskipun tidak sedikit yang mempertanyakan tentang hubungan dirinya dan atasannya itu.
Sementara hasil tes DNA menunjukkan bahwa Alex adalah Arthur dan laporan tersebut sudah diterima oleh Erdogan dan Austin yang kini tengah merencanakan sesuatu.
Sementara untuk Emilia dia tidak diberitahu apapun soal tes DNA tersebut karena tanpa itupun wanita itu sudah sangat yakin bahwa pria yang selama ini ia temui adalah Arthur.
Hanya saja yang menjadi misteri saat ini adalah. Bisakah orang yang sudah mati dan sudah berada di dalam kubur hidup lagi. Jika tidak, lalu siapa pria yang ia mandikan dengan kondisi tubuh penuh luka dan keadaannya sudah tidak lagi memiliki harapan hidup bahkan tidak ada nafas sedikit pun yang berhembus dari hidung dan mulutnya itu.
Dan untuk apa orang-orang itu membawa jenazah yang dikira sebagai Arthur dari pulau tersebut.
Emilia tidak ingin memusingkan hal itu, fokusnya saat ini adalah pekerjaan dan anak-anak nya.
Di hari minggu yang cerah, Emilia dan kedua anaknya sedang berjalan-jalan di taman kota bersama dengan bibi pengasuh yang kebetulan masih bekerja sampai sore hari.
Emilia sedang menunggu antrian karena kedua anaknya meminta ice cream yang tidak jauh dari tempat mereka berada.
Emilia masih fokus pada layar handphone nya karena antrian masih panjang hingga saat seseorang datang menerobos antrian tersebut sambil membawa putrinya mendekat ke arah kedai ice cream tersebut.
Semua orang protes tidak terkecuali Emilia sampai saat dia melihat siapa yang menyerobot antrian dengan membawa banyak bodyguard itu.
Emilia langsung mendengus kesal karena kebiasaan pria bangkai itu selalu merebut hak orang tanpa mau bersabar untuk sekedar menunggu beberapa menit saja.
Emilia langsung pergi dari tempat itu meninggalkan orang-orang yang kini terpaksa mengalah dengan keadaan itu.
Sementara ibu dari dua anak itu, terpaksa meminta bantuan anak buah asisten pribadi Erdogan untuk mencari eskrim satu book full dan dia tidak ingin anaknya menunggu lama.
"Nyonya ini Ice cream nya."ucap seseorang yang datang membawa satu book penuh ice cream seperti yang Emilia minta sebelumnya.
Emilia pun tersenyum manis pada orang itu dan mengucapkan banyak terimakasih, dia langsung membagi ice cream tersebut pada kedua anak dan bibi pengasuh yang kini duduk di samping mereka yang tengah duduk lesehan karena sedang piknik.
Emilia pun berbaring di atas tikar yang digelar sambil menatap langit cerah.
Sementara bibi pengasuh sedang sibuk mengawasi anak-anak nya yang tengah makan ice cream, sampai saat beberapa orang datang menghampiri mereka dan berkata bahwa mereka ingin bergabung di sana.
Emilia menatap kearah orang-orang itu lalu kemudian bangkit dari duduknya dan meminta bibi pengasuh untuk bersiap pulang sementara dirinya menggendong Gerald dengan cepat dan juga Zabella lalu pergi meninggalkan wanita yang kini membawa barang-barang nya menuju mobil yang digunakan oleh Emilia dan mereka tadi.
Sementara Alex yang melihat kepergian wanita itu dia langsung mengepalkan tangannya dia tidak sabar untuk membuat Emilia bertekuk lutut di hadapannya.
Alex tidak bisa tidak bertemu dengan Emilia meskipun hanya satu hari saja. apalagi sudah beberapa hari tidak melihat Emilia meskipun dari jauh seperti beberapa waktu lalu.
Pria itu semakin menyadari bahwa dirinya tertarik pada wanita cantik yang merupakan ibu dari dua anak itu.
Dia tidak peduli jika Emilia adalah seorang kekasih dari ketua mafia yang paling disegani di kota itu, yang jelas dia jatuh hati pada wanita cantik itu dan ingin memeluknya.
Keesokan harinya saat Emilia sudah bersiap untuk bekerja wanita itu dikagetkan dengan suara bel pintu yang tidak kunjung berhenti.
Wanita itu bahkan masih mempersiapkan bekal untuk anak-anaknya yang akan ikut pergi bersamanya. Emilia pun langsung bergegas pergi untuk membuka pintu.
Sesampainya di sana dia melihat Alex sudah berdiri di hadapannya.
"Ada apa tuan Alex, saya rasa kita tidak punya urusan."ucap Emilia datar.
"Hmm... Kata siapa kita tidak punya urusan, kontrak kerja mu dengan pihak hotel belum berakhir tapi kau tidak kunjung datang untuk bekerja."ucap pria itu.
"Hmm... bagaimana mungkin, saya kan sudah dipecat dari pekerjaan saya tidak ada lagi hubungannya dengan itu permisi."ucap Emilia yang langsung menutup pintu tapi tangan kekar itu langsung menahan pintu itu hingga dia berhasil masuk kedalam.
"Saya akan berangkat bekerja sebenar lagi tolong keluar."ucap Emilia.
"Kau hanya akan bekerja di hotel ku saja."ucap Arthur.
"Maaf tidak bisa."ucap Emilia.
"Tidak ada penolakan atau."ucapan Arthur langsung terhenti bersamaan dengan dirinya yang kini memeluk erat Emilia dari belakang.
Emilia hanya bisa memejamkan mata sejenak kemudian dia langsung melepaskan pelukan itu.
"Kau adalah pria yang aneh tuan, sudah memfitnah orang dengan sembarangan dan sekarang kau datang meminta orang yang telah kau fitnah untuk kembali bekerja di tempat mu."ucap Emilia.
Emilia pun bergegas menghampiri anak-anak dan berkata."Tunggu mommy sebentar sayang, tadi ada sedikit gangguan dari orang itu."ucap Emilia.
"Daddy."ucap Zabella yang ternyata mengenali wajah tampan sang daddy dari foto yang sama yang sering ia lihat.
"No honey itu bukan daddy."ucap Emilia yang membuat hati Alex tiba-tiba terenyuh.
"Dimana ayah mereka?"ucap Alex tiba-tiba.
"Bukan urusanmu."ucap Emilia.
"Aku hanya bertanya tapi baiklah ayo bersiap sebentar lagi kau akan masuk kerja."ucap Alex yang kini duduk di sofa tanpa dipersilahkan.
Dan Emilia hanya terdiam tanpa kata , setelah itu ia kembali bersiap sambil diam-diam mengirim pesan terhadap Erdogan memberitahu tentang apa yang terjadi saat ini.
Erdogan yang sudah bersiap untuk berangkat ke perusahan pun langsung bergegas menuju rumah Emilia.
Emilia tengah menyuapi Gerald makan sarapan paginya, sampai saat Erdogan datang dan langsung masuk kedalam tanpa menunggu di buka kan pintu.
Terlihat wajah Alex berubah tidak suka seakan tengah cemburu dan Erdogan menghampiri Emilia merangkul pinggang wanita cantik yang kini melirik ke arahnya.
Wajah Alex terlihat memerah menahan marah hingga dia berkata."Emilia cepat ikut dengan saya sebentar lagi kamu terlambat masuk kerja."ucap Alex.
"Dia bekerja di perusahan ku."ucap Erdogan tegas.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Alex tidak mau mengalah seperti layaknya dia yang menjadi Arthur. Hingga Emilia berkata."Hentikan perdebatan kalian, dan kau tuan Alex yang arogan silahkan tinggalkan tempat ini saya akan membayar denda dari kontrak kerja itu sebagian dan sebagian lagi kau yang akan membayarnya karena kau yang membuat ku berhenti bekerja."ucap Emilia tegas.
Sementara Erdogan diam-diam memalingkan wajahnya menahan tawa karena keduanya masih sama-sama keras kepala seperti dulu selain itu mereka selalu membuat orang di sekitarnya geregetan.
"Bagaimana mungkin?"ucap Alex yang masih tidak bisa terima.
"Kau yang menuduh ku sebagai wanita jal*ng waktu itu jadi kau secara tidak langsung telah memecat ku dan denda itu tidak berlaku lagi."ucap Emilia tegas.
"Ayo Emilia."ucap Erdogan yang telah menggendong kedua anak dari Arthur itu.
Emilia pun meraih tas miliknya dan tas perbekalan milik anak-anak hingga akhirnya Alex pergi dengan kemarahan nya.
Sementara Erdogan berkata."Good job Emilia."ucapnya lirih.
Erdogan yakin virus penghapus ingatan itu sebentar lagi akan lenyap oleh kekuatan cinta.
Emilia pun berangkat bersama dengan Erdogan dan kedua anaknya yang kini terlihat sangat bahagia karena bisa berada di dalam dekapan sang paman yang selama ini selalu menyayangi mereka seperti putra-putrinya sendiri.
Zabella diantar ke sekolah nya terlebih dahulu, tempat itu tidak terlalu jauh dari perusahan Arthur, Zabella dijaga oleh salah satu asisten Erdogan yang lainnya hingga ia kembali dari sekolah nanti akan diantar ke perusahan.
Sementara Gerald akan tinggal bersama dengan Emilia di tempat kerja nya sebelum Zabella pulang sekolah, bayi berusia lima belas bulan itu hanya akan bermain di tempat yang disediakan untuk dirinya.
Emilia akan memeriksa nya sesekali dan kembali fokus bekerja.
Sementara itu di kediaman Alex pria itu sedang dalam kondisi yang kurang baik hingga membuat anak buahnya kalang kabut.
Salah satu dari mereka ada yang berpulang ke pangkuan tuhan. Alex kesal karena wanita yang ia sukai justru memilih pergi dengan pria lain ketimbang bersama dengan dirinya.
Hari pun berlalu begitu lambat bagi pria yang terus mengingat wajah cantik Emilia yang kian hari kian membuat dia tergila-gila.
Alex pun merencanakan sesuatu untuk menjebak Emilia agar wanita itu segera jatuh kedalam pelukannya.
Alex meminta bantuan pada teman mantan kerja Emilia yang saat ini masih bekerja di tempatnya.
Alex pun tersenyum licik, dia benar-benar yakin bahwa rencananya akan berhasil tanpa dia tau bahwa semua itu telah diketahui oleh Erdogan yang meminta Emilia untuk mengikuti alur ceritanya.
Lagi-lagi wanita itu harus mengorbankan diri untuk bisa membuat gembala mesum nya kembali ke kawanannya setelah itu tugas Emilia selesai, dan dia benar-benar akan pergi meninggalkan mereka semua.
Tepat pukul sepuluh malam Emilia mendapatkan telfon dari sahabatnya bawa saat ini dia sedang berada dalam bahaya setelah mengikuti sahabatnya yang lain masuk kedalam club malam tersebut.
Emilia melihat sahabatnya tengah terjebak di dalam toilet dan diluar pintu terdengar gedoran pintu yang semakin keras dari para pria yang bisa diperkirakan lebih dari satu.
Emilia pun langsung menghubungi seseorang untuk menjaga anak-anak nya, dan dia terburu-buru pergi meninggalkan rumah bahkan masih menggunakan piyama tidurnya dengan Hoodie yang kini ia kenakan tapi ada tongkat baseball di tangannya.
Emilia pergi dengan mobilnya hingga tiba di depan pintu club malam wanita itu sempat dihentikan oleh beberapa bodyguard yang tidak sanggup menahan amukan seorang Emilia yang terus masuk kedalam hingga tujuannya pindah toilet yang kini terdapat keributan dimana sahabat Emilia tengah kewalahan melawan mereka yang tengah menggerayangi tubuh wanita cantik itu.
Bugh...
Bugh...
Tidak butuh waktu lama tongkat baseball tersebut telah mendarat di kepala yang kini mengeluarkan banyak darah.
Suasana terlihat begitu mencekam, sahabat Emilia terlihat gemetar ketakutan saat melihat kesadisan yang dilakukan oleh Emilia yang seakan tak punya hati itu.
"Cepat pergi tinggalkan tempat ini."ucap Emilia yang kini menarik tangan wanita itu.
Sesampainya di depan club malam terlihat beberapa anggota polisi telah mengepung tempat tersebut, dan Emilia langsung membawa sahabatnya itu menuju jalan lain yang dia tau di setiap club malam terdapat jalan pintas apalagi club tersebut pernah Emilia datangi saat dirinya melamar pekerjaan.
Namun sahabatnya langsung menarik Emilia kedalam sebuah ruang VVIP yang terlihat hening, dia bilang polisi tidak akan memeriksa mereka hingga sampai di sana.
Suasana di sana terlihat sangat sepi hingga mereka tiba lebih dalam lagi terlihat pria yang tidak asing itu berada di sofa panjang sedang memegang satu gelas wine yang kini terlihat di goyang-goyang kan olehnya sambil menatap kearah wanita bugil yang sedang meliuk-liukkan tubuhnya di atas panggung mini tersebut.
Dia adalah Alex, dan Emilia pun langsung duduk di samping Alex bersama sahabatnya seakan benar-benar mengikuti alur cerita yang disusun oleh mereka saat ini.
Sampai beberapa orang bodyguard datang dan berkata bahwa didalam club miliknya terdapat pembunuhan yang dilakukan oleh salah seorang wanita dan polisi ingin memeriksa seluruh ruangan yang ada di sana.
"Katakan pada mereka bahwa mereka boleh memeriksa ruangan manapun kecuali ruangan ini."ucap Alex tegas.
"Baik tuan muda."ucap salah satu dari bodyguard tersebut.
"Berapa orang yang telah kau habisi nona?"ucap Alex yang kini melirik kearah Emilia yang masih menggunakan Hoodie dan masker juga kacamata.
Emilia pun hanya menatap sekilas kemudian memalingkan pandangannya."Baiklah jika tidak ingin menjawab."ucap Alex yang meraih ponselnya.
"Tidak ada urusannya dengan mu."ucap Emilia yang kini bangkit dan berjalan meninggalkan keduanya.
"Tunggu kau mau kemana diluar masih ada polisi."ucap Alex yang kini mengikuti langkah Emilia.
"Bukan urusanmu."ucap Emilia yang kini pergi melewati para bodyguard yang berjaga di luar ruangan tersebut.
Emilia keluar lewat tangga darurat dan pergi begitu saja di luar sudah ada seseorang yang kini bersiap untuk menjemput nya.
Jelas Alex merasa bahwa rencananya berjalan sia-sia, ternyata Emilia bukan wanita yang mudah ditaklukkan dengan cara seperti itu dan Erdogan tertawa lepas di ruangan nya saat ini saat melihat ekspresi wajah Alex yang tersiksa karena Emilia memilih untuk pergi.