NovelToon NovelToon
Satria Lapangan

Satria Lapangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: renl

Sinopsis Satria Lapangan
Pahlawan Lapangan adalah kisah tentang perjalanan Bagas, seorang remaja yang penuh semangat dan berbakat dalam basket, menuju mimpi besar untuk membawa timnya dari SMA Pelita Bangsa ke Proliga tingkat SMA. Dengan dukungan teman-temannya yang setia, termasuk April, Rendi, dan Cila, Bagas harus menghadapi persaingan sengit, baik dari dalam tim maupun dari tim-tim lawan yang tak kalah hebat. Selain menghadapi tekanan dari kompetisi yang semakin ketat, Bagas juga mulai menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Stela, seorang siswi cerdas yang mendukungnya secara emosional.

Namun, perjuangan Bagas tidak mudah. Ketika berbagai konflik muncul di lapangan, ego antar pemain seringkali mengancam keharmonisan tim. Bagas harus berjuang untuk mengatasi ketidakpastian dalam dirinya, mengelola perasaan cemas, dan menemukan kembali semangat juangnya, sembari menjaga kesetiaan dan persahabatan di antara para anggota tim. Dengan persiapan yang matang dan strategi yang tajam,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 19

Stela

Bagas dan April meninggalkan SMA Setia Bangsa, mobil melaju santai meninggalkan area sekolah yang megah. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya suara mesin mobil yang terdengar. Bagas memecah keheningan dengan bertanya, “Pril, tadi SMA-nya Cila, ya?”

“Iya, Gas. Kenapa, lo ketemu dia?” jawab April singkat, tampak tidak terlalu tertarik.

Bagas mengernyitkan dahi. “Tapi dari mana lo tahu kalau Cila adik gue?” tanya Bagas agak bingung.

April terlihat sedikit terkejut, kemudian tersenyum canggung. “Oh, iya, gue lupa cerita ke lo, Gas.” Suara April terdengar agak malu. Bagas hanya tersenyum sambil mengangguk, merasa sedikit canggung dengan situasi tersebut.

“Lo semalam manggil adik lo Cila, kan?” Bagas mencoba memberikan alasan agar percakapan ini tak terlalu membingungkan.

“Oh, iya… gue lupa, Gas. Maaf, gue sedikit kelupaan,” jawab April dengan sedikit tertawa.

Bagas hanya membalas dengan senyuman kecil, tidak ingin memperpanjang pembicaraan. Namun, April yang tidak ingin membiarkan suasana jadi terlalu sunyi melanjutkan percakapan.

“Gas,” kata April memulai lagi.

“Iya, Pril, kenapa?” jawab Bagas, menatap April yang tampaknya ingin berbicara lebih lanjut.

“Masalah semalam, maaf ya. Adik gue memang rada-rada lain,” ujar April, terlihat sedikit khawatir.

Bagas tersenyum santai. “Santai aja, Pril. Kami cuma berpapasan kok. Gak ada masalah apa-apa,” jawab Bagas, mencoba meyakinkan April.

Namun kenyataannya, kedua mereka tidak hanya berpapasan, tapi juga sempat saling bertabrakan dan berinteraksi langsung. Bagas memilih untuk tidak memberitahu April tentang insiden tersebut. Biarlah itu menjadi rahasia dirinya saja.

Bagas mencoba untuk mengganti topik. “Gas, lu udah lihat grup klub belum?” tanya April tiba-tiba.

“Udah, gue liat jadwalnya padat banget. Selain pertandingan uji coba dengan tiga tim kuat, ada latihan intens juga,” jawab Bagas, mencoba menjelaskan apa yang dia pahami dari jadwal latihan.

“Bener, Gas. Dan satu hal lagi yang harus lo tahu,” kata April, suara serius.

“Apa itu?” tanya Bagas, merasa semakin penasaran.

“Selain latihan yang intens, ada pertandingan uji coba. Di situ pelatih akan memilih pemain inti untuk tim. Tim utama dan cadangan. Gue dan pelatih sudah menyusun semua,” ujar April, mencoba menjelaskan.

Bagas terdiam sejenak, merasa sedikit terkejut. “Lo kenapa jelasin semua ini ke gue? Harusnya kan itu rahasia tim, rahasia perusahaan,” ujar Bagas, sedikit bingung dengan apa yang didengar.

April tersenyum tipis. “Iya, memang sengaja gue kasih tahu ke lo. Gue harap lo bisa sedikit berusaha lagi buat menembus tim utama. Di dalam tim ada nama-nama besar yang lebih mumpuni daripada lo, jadi lo harus lebih keras lagi berusaha,” ujar April, menatap Bagas dengan serius.

“Dan juga, lo kan nggak mau jadi pemain cadangan selama tiga tahun, kan?” tambah April dengan nada yang lebih mendalam.

Bagas terdiam mendengarnya. Kata-kata April menusuk ke dalam hati. Dia tahu bahwa selama ini, meskipun dia bermain cukup baik, masih ada banyak kekurangan dalam permainannya. Namun, perasaan kecewa itu hanya bertahan sesaat, karena dia tahu ini adalah tantangan besar yang harus dia hadapi jika ingin menjadi lebih baik.

Setelah beberapa saat hening, Bagas akhirnya berkata, “Iya, gue ngerti, Pril. Gue akan coba lebih keras lagi.” Bagas menatap jalanan di depan mobil, berusaha mempersiapkan diri untuk apa yang akan datang.

April hanya mengangguk, merasa lega Bagas mengerti pesan yang ingin dia sampaikan. Mereka melanjutkan perjalanan pulang, namun pikiran Bagas sudah terfokus pada tantangan yang menantinya—pertandingan uji coba, pemilihan tim utama, dan bagaimana dia bisa membuktikan dirinya.

Namun, di dalam hati, Bagas juga tahu, ada banyak hal yang harus dia perbaiki, dan ini hanya awal dari perjalanan panjang yang penuh dengan perjuangan.

Bagas dan April akhirnya sampai di depan SMA Pelita Bangsa. April memarkirkan mobilnya dengan tenang, lalu melihat sekeliling. Suasana sudah mulai sepi, hanya beberapa siswa yang masih terlihat berjalan pulang setelah hari yang panjang.

"Lama banget sih, sayang," terdengar suara seseorang dari belakang. April langsung menoleh, dan tanpa basa-basi, melemparkan kunci mobil ke wanita yang baru saja menyapanya.

“Kenalin, Gas, cewek gue, namanya Anggun,” kata April sambil tersenyum, memandang Bagas dengan bangga.

Bagas pun membalas dengan melambaikan tangan. Anggun, yang terlihat anggun dengan gaya santai, hanya tersenyum tipis.

April kemudian berbisik dengan nada penasaran, “Siapa dia, yang?”

“Oh, dia Bagas. Anak kelas satu. Dia satu tim sama aku, sayang,” jawab April sambil menarik sedikit hidung kekasihnya, seolah ingin menggoda.

“Oh, kelas satu ya,” ujar Anggun singkat, sambil tersenyum kecil.

“Iya, udah ya, Anggun. Pulang duluan ya,” ujar April, berpamitan dengan lembut. Anggun membalasnya dengan sebuah ciuman di kening kekasihnya itu. Sebelum masuk ke dalam mobil, Anggun membunyikan klakson mobilnya, memberi tanda perpisahan. April melambaikan tangan, menyaksikan mobil kekasihnya pergi.

Bagas yang melihat itu hanya tersenyum, merasa sedikit canggung tapi tidak ingin memperlihatkannya. Setelah itu, dia merogoh tas dan mengambil sesuatu.

“Ngapain lo, Gas?” tanya April dengan penasaran.

Bagas langsung melemparkan botol air ke arah April, yang dengan cepat menangkapnya. “Tahu aja lo gue lagi haus,” kata April sambil membuka tutup botol dan langsung meneguk airnya.

Bagas hanya tersenyum. “Udah, ayo ke lapangan,” jawabnya singkat, memberi isyarat agar April mengikuti langkahnya.

Mereka pun berjalan menuju gedung olahraga yang sudah mulai sepi. Semua siswa sudah pulang, dan aktivitas belajar telah berakhir. Gedung olahraga itu hanya diisi oleh beberapa orang yang sedang bersiap untuk pulang setelah kegiatan ekstrakurikuler mereka.

Sejak pengumuman tentang siapa saja yang diterima dalam klub-klub sekolah, banyak siswa yang semakin antusias untuk mengejar prestasi di berbagai cabang, mulai dari basket, futsal, sepak bola, hingga bidang sains dan sastra. Semua nampak sibuk dengan latihan mereka, berfokus pada kejuaraan-kejuaraan yang akan datang.

Saat mereka sedang berbincang, tiba-tiba Bagas bertabrakan dengan seorang cewek cantik yang tampaknya sedang terburu-buru. Cewek itu mengenakan seragam dengan lengan baju yang dilipat, dan rok yang sedikit lebih pendek dari ukuran standar sekolah.

"Maaf," ujar Bagas sambil tersenyum, sedikit terkejut dengan kejadian tersebut. Cewek itu hanya memberikan senyum singkat kepada Bagas sebelum melanjutkan langkahnya dan pergi begitu saja.

“Siapa dia, Pril?” tanya Bagas, masih memperhatikan cewek tersebut yang sudah berjalan menjauh.

“Oh, itu Stela. Anak kelas satu, sama kayak lo. Dia anak sains, dan orang tuanya tajir. Kalau nggak salah, ayahnya yang mengelola yayasan sekolah ini—cari sponsor, investor buat mendanai semua sarana sekolah ini,” jawab April, mencoba menjelaskan tentang Stela kepada Bagas.

Bagas mengangguk, mencoba memahami informasi baru tersebut. "Wah, keluarga yang berpengaruh, ya?"

April tersenyum. “Iya, mereka memang cukup berpengaruh di sekolah ini. Tapi, Stela sendiri sih nggak sombong, cukup ramah meskipun sedikit lebih cuek,” tambah April.

Bagas mengangguk lagi, merasa semakin penasaran dengan dunia di sekelilingnya yang semakin terbuka di depan matanya. Seiring langkah mereka yang semakin mendekat ke lapangan, Bagas tahu bahwa perjalanan di SMA Pelita Bangsa ini baru saja dimulai—dan banyak hal yang harus dia hadapi.

1
Aimee
Baca ini karena lihat cover sama sinopsisnya, eh mau lanjut... sesimple itu
Dragon 2345: makasih kakak Uda mampir,
total 1 replies
Cute/Mm
Keren abis nih karya, besok balik lagi baca baruannya!
Dragon 2345: aman kak makasih dah mampir, tmbah semangat aq buat up makasih sekali lagi support nya
total 1 replies
Celeste Banegas
Tersentuh banget dengan kisah ini.
Dragon 2345: makasih kakak sudah mampir,
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!