Syena Almira, gadis yang tanpa sengaja dinikahkan dengan seorang pria bernama Fian Aznand yang tidak dia ketahui sama sekali. Berawal dari sebuah fitnah keji yang meruntuhkan harga dirinya dan berakhir dengan pernikahan tak terduga hingga dirinya resmi di talak oleh sang suami dengan usia pernikahan yang kurang dari 24 jam.
"Aku tak akan bertanya pada-Mu Ya Allah mengenai semua ini, karena aku yakin kalau takdir-Mu adalah yang terbaik. Demi Engkau tuhan yang Maha pemberi cinta, tolong berikanlah ketabahan serta keikhlasan dalam hatiku untuk menjalani semua takdir dari-Mu." _ Syena Almira.
"Kenapa harus seperti ini jalan cintaku tuhan? Aku harus menjalani kehidupan dimana dua wanita harus tersakiti dengan kehadiranku? Aku ingin meratukan istriku, tapi kenapa ketidakberdayaan ku malah membuat istriku menderita?" _ Fian Aznand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Negosiasi
Syena merasa lega karena Ayyas tak lagi mengganggu dan mengancam dirinya, dia bisa menjalani kehamilannya ini dengan tenang pastinya, Syena juga membatasi Azad agar tidak mendekati Ayyas lagi.
"Memangnya apa yang kamu lakukan pada Ayyas? Dia benar-benar tidak mengganggu aku lagi." Tanya Syena melalui telefon pada suaminya.
"Syukurlah kalau dia tidak mengganggumu lagi, aku hanya memberikan ancaman kecil untuknya."
"Baguslah, setidaknya aku bisa tenang dari dia."
"Kamu sudah makan?"
"Ini aku akan makan, bagaimana denganmu?"
"Aku ada beberapa pekerjaan yang belum selesai, sebentar lagi aku istirahat."
"Kalau begitu, fokuslah bekerja, aku makan dulu."
"Iya sayang."
Setelah sambungan telefon nya mati, Fian dikagetkan dengan kehadiran Naima yang begitu tiba-tiba di belakangnya. Naima menatap Fian dengan tatapan yang sulit diartikan, Fian berusaha mengatur keterkejutan nya dan berusaha tenang.
"Kamu lagi bicara sama siapa?" Tanya Naima dengan nada curiga, karena tadi Naima dengan jelas mendengar kalau Fian mengatakan sayang di telefon.
"Si kembar, anaknya Sonia." Jawab Fian yang membuat Naima tersenyum, karena memang si kembar Sonia sangat dekat dengan Fian.
"Hampir saja aku berpikir kalau kamu memiliki selingkuhan Fian." Naima memeluk suaminya, Fian memejamkan mata, ingin sekali rasanya memberitahu Naima kebenarannya namun dia terlalu takut jika nanti Naima akan meninggalkan dirinya.
...***...
Ayyas bergerak gelisah, dia tidak bisa memejamkan matanya karena mengingat ancaman dari Fian, dia sangat ingin membalas perbuatan Fian tapi apa daya? Dia tidak memiliki power besar untuk melawan Fian. Sedangkan orang-orang yang ada di belakang Fian sangatlah berpengaruh dan tidak bisa dianggap remeh, mereka adalah Sean, kakak kandung Fian, Miller, kakak tirinya yang merupakan seorang bos mafia besar di London, Vanno, sahabat sekaligus saudara yang juga merupakan seorang mafia serta Kenzo, sahabat Sean yang sudah dari dulu dekat dengannya.
Flashback On
Sisil merupakan selingkuhan Ayyas ketika dia kuliah di London, ketika itu Sisil tidak tahu kalau Ayyas tengah menjalin hubungan dengan Naima.
Ketika Sisil tahu bahwa Ayyas juga menjalin hubungan dengan Naima, wanita itu marah besar dan mengumpat Ayyas sekasar mungkin, hal ini membuat Ayyas sakit hati dan berniat buruk pada Sisil.
Sisil yang memang sudah sakit hati karena merasa dikhianati oleh Ayyas, pergi ke club malam, dia menghabiskan waktu semalaman di sana. Sisil melihat Fian tengah duduk sendiri sambil menikmati minumannya. Fian terlihat sangat tampan dan cool di mata Sisil, wanita itu mendekati Fian.
"Hai, apa kau keberatan jika aku menemanimu minum?" Fian menatap Sisil dengan tatapan tidak suka, masa itu, Fian masih seorang kriminal dan bandar narkoba, dia paling benci jika ada wanita yang mulai mendekatinya lebih dulu.
"Lebih baik kau temani saja pria lain, aku tidak butuh wanita jalang sepertimu saat ini." Ketus Fian, Sisil menjadi sakit hati, dia menyiramkan minuman yang dia pegang ke wajah Fian, hal itu sontak membuat Fian merasa terhina.
"Dasar belagu." Sisil tak kalah ketus dari Fian, dia beranjak begitu saja dan meninggalkan Fian sendiri.
Masa itu Fian masih mengalami tekanan yang hebat, dia masih memikirkan cara agar papanya tidak terus-terusan mencari Sonia. Dia terus berusaha untuk melindungi Sonia bagaimanapun caranya, dia merasa tidak berguna ketika Sonia menderita karena dirinya.
Sisil melanjutkan malamnya di club tersebut, karena Fian menolaknya tadi, dia menjadi uring-uringan tapi matanya tetap tertuju pada Fian yang masih duduk. Lalu Ayyas datang menghampiri Sisil, dia marah dan menarik Sisil keluar dari club tersebut.
"Sialan kau Ayyas, lepaskan aku, kau tidak berhak mengatur hidupku, sana pergi saja kau dengan selingkuhanmu itu." Teriak Sisil yang tidak didengarkan oleh Ayyas, pria itu tetap menarik Sisil keluar dari club dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.
Fian yang juga akan pulang dari sana melihat bagaimana Ayyas memperlakukan Sisil, dia yang tidak terlalu mabuk hanya terlihat santai ketika Ayyas melakukan kekerasan fisik pada Sisil.
Fian memasuki mobilnya, dia tidak mempedulikan perseteruan di antara pasangan itu, dia hanya ingin kembali ke rumah dan istirahat. Namun tak lama Sisil berlari ke arah mobilnya dan memukul kaca mobil Fian, wajah wanita itu sudah dipenuhi lebam. Fian menurunkan kaca mobilnya dan menatap santai ke arah Sisil.
"Mau apa kau?" Tanya Fian santai.
"Tolong aku, aku mohon, pria itu akan membunuhku." Suara Sisil terdengar bergetar.
"Haha lucu sekali kau ini, tadi kau menawarkan diri padaku, giliran sudah ada yang mengajakmu, kau malah ketakutan, kau temani saja dia." Fian akan menutup kaca mobilnya namun ditahan oleh Sisil.
"Aku mohon tolong aku, aku janji akan memberikan apapun yang kau mau."
"Cih, ayo masuk." Sisil memasuki mobil Fian dan Fian keluar dari mobil tersebut untuk menghadapi Ayyas.
"Jangan ikut campur urusanku, dia itu kekasihku, aku akan membawanya pulang." Ujar Ayyas.
"Lalu kenapa kau memukulinya?"
"Karena dia terus melawan, orang tuanya sudah mengkhawatirkannya."
"Biar aku yang mengantarnya pulang, kau pergilah, dia sangat ketakutan denganmu."
"Oke."
Fian kembali memasuki mobilnya dan menatap Sisil sekilas, wanita itu kini menangis di dekatnya.
"Jangan menangis lagi, kepalaku sakit mendengar tangisanmu." Bentak Fian.
"Maaf."
"Dimana rumahmu?" Sisil memberitahukan alamat rumahnya pada Fian, dia mengantarkan Sisil sampai ke depan rumah dan melihat tidak ada siapa-siapa tinggal di sana selain Sisil.
"Apa kau tinggal sendiri?" Tanya Fian, karena tadi Ayyas bilang kedua orang tua Sisil sedang mengkhawatirkannya.
"Iya, orang tua ku tidak tinggal di sini." Fian hanya mengangguk, dia memutar mobil lalu melaju menuju ke rumahnya, namun tak jauh dari rumah Sisil, Fian melihat mobil Ayyas terparkir di tepi jalan, Fian memperhatikan mobil itu dan tidak menemukan Ayyas, dia sempat berpikir kalau Ayyas juga tinggal di lingkungan sana tapi rasa penasaran serta sedikit kecemasan melanda hati Fian, dia menepikan mobilnya dan turun, dia memeriksa mobil Ayyas yang saat ini kosong.
"Apa dia menemui wanita tadi?" Pikir Fian, karena jarak rumah Sisil dari tempatnya berdiri saat ini tidak jauh, Fian kembali ke sana dengan berjalan kaki.
Fian melihat rumah tersebut, tampak aman dan tidak ada masalah namun pagar rumah Sisil sedikit terbuka, dia sangat yakin kalau tadi Sisil sudah mengunci pagarnya, dia memberanikan diri untuk masuk, rumah itu terlihat cukup besar namun tidak begitu mewah, jenis rumah yang cukup klasik.
Rumah Sisil cukup terpencil dari rumah tetangga lainnya, jadi jika ada yang berniat jahat maka semua itu tidak akan ketahuan, ditambah lagi Sisil hanya tinggal seorang diri.
Fian mengitari rumah itu dan terlihat aman, dia hendak pergi namun Fian mendengar suara benda-benda pecah dari arah belakang rumah, Fian segera memeriksanya dengan berjalan perlahan menuju halaman belakang. Benar saja, Sisil dan Ayyas sedang ribut di dapur, Sisil mencoba untuk lari namun ditahan oleh Ayyas.
"Sil, tolong beri aku kesempatan, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita, aku mencintaimu."
"Persetan dengan cintamu, kau sudah mempermainkan aku, sekarang pergilah atau aku akan membunuhmu." Ancam Sisil.
"Aku tidak mau pergi sebelum kau kembali denganku." Percekcokan Sisil dan Ayyas berlangsung lumayan lama hingga Fian begitu muak mendengarnya, Fian hanya ingin memastikan kalau Ayyas tidak berbuat kasar pada Sisil.
Setelah percekcokan selesai, Ayyas dan Sisil melakukan hubungan haram mereka di dapur, hal itu membuat Fian jijik.
"Dasar sialan, kalau bakalan begini ujung-ujungnya, kenapa harus bertengkar dulu, bodoh." Umpat Fian, dia lalu pergi dari tempat itu dan tak lama Fian mendengar suara teriakan Sisil, dengan cepat dia kembali dan melihat kalau Sisil sudah terbunuh di tangan Ayyas.
Ayyas melayangkan pisau daging ke kepala Sisil hingga darahnya muncrat kemana-mana, Fian membulatkan mata dengan sempurna, dia bukan takut melihat hal tersebut, hanya saja dia tidak menyangka kalau Ayyas akan berbuat sekejam itu pada kekasihnya. Entah untuk apa, Fian mengambil kamera ponselnya dan merekam semua kegiatan Ayyas.
"Berani sekali kau mengancamku, kau pikir dirimu hebat hah? Aku tidak mungkin akan meninggalkan gadisku yang sangat terhormat hanya untuk jalang sepertimu." Kata Ayyas dengan puas pada mayat Sisil.
Ayyas semakin gila, dia kembali melakukan hubungan haram dengan mayat Sisil yang mana kali ini Fian merekamnya, Fian hanya geleng-geleng kepala sebejat apapun dia, selama ini dia tidak pernah menggauli seorang mayat.
Setelah aksi kejinya itu, Ayyas memotong tubuh Sisil menjadi beberapa bagian lalu memberikannya ke anjing yang sudah dia bawa. Ayyas tersenyum puas melihat tiga ekor anjing besar memakan tubuh Sisil. Fian mengakhiri rekamannya lalu pergi dari tempat itu, dia tidak ingin terlibat apapun dengan kekejaman Ayyas.
Di dalam mobil, Fian tersenyum karena bisa mendapatkan rekaman kekejian Ayyas.
"Ternyata ada yang lebih bajingan dariku, aku tidak tau rekaman ini untuk apa, karena aku tidak kenal mereka berdua, tapi sudahlah, anggap saja sebagai koleksi pribadi." Gumam Fian lalu melajukan mobilnya menuju rumah.
Flashback Off
Ayyas pergi menemui Fian di kantor, dia ingin bicara dengan pria itu empat mata.
"Tunggulah sebentar, bos sedang rapat, lima menit lagi selesai." Ujar sekretaris Fian.
"Baiklah." Ayyas duduk di sofa ruangan itu, dia menunggu kedatangan Fian, dia berharap, Fian bisa bernegosiasi dengannya.
Selang lima menit, Fian memasuki ruangannys, dia tersenyum remeh menatap Ayyas.
"Waw mau apa kau ke sini? Apa kau masih ingin melihat rekaman video itu?" Tanya Fian sambil berjalan menuju meja nya.
"Dengar Fian, aku ke sini hanya ingin membuat kesepakatan denganmu."
"Aku tidak ingin membuat kesepakatan dengan siapapun."
"Apa yang kau inginkan?"
"Haha kau bertanya padaku? Dengar Ayyas, harus nya aku yang bertanya padamu, apa yang kau inginkan sampai kau harus datang menemui aku di kantor ini?"
"Aku hanya ingin kau menghapus rekaman itu, kau tau kalau aku seorang dokter, reputasiku sangat baik dan aku tidak ingin nama baikku tercoreng karena itu, lagian itu sudah sangat lama dan tidak ada hubungannya denganmu."
"Ya ya tapi kau duluan yang mengusikku bukan."
"Aku bersumpah tidak akan mengganggu Naima dan Syena lagi, aku tidak akan mengacau hidupmu, tolong hapus rekaman itu."
"Oke aku akan menghapusnya, jika kau lenyap dari dunia ini."
"Apa maksudmu?"
"Haha aku bercanda, selama kau tidak mengganggu kedua istriku, kau aman."
"Baiklah, aku tidak akan mengganggu mereka."
...***...