Dinda tidak sadar sudah meninggal sampai dia berubah menjadi wanita tua dengan empat anak dan dua menantu perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Segala sesuatu sudah di tetapkan. Begitu juga dengan keberangkatan para penduduk desa Dingzhau ke kota lain.
Adinda yang tidak ikut berinisiatif untuk mengantarkan semua orang pergi.Ini mungkin perpisahan mereka dalam waktu yang lama.
Anak-anak sudah bermalam di gunung.Hanya Adinda yang turun ke bawah.
Di pintu Desa Dingzhou , lebih dari seratus orang yang ikut.Ada lebih dari sepuluh kepala keluarga di sini.Ada juga lima gerobak yang membawa semua keperluan rumah tangga.
Anak anak sangat bersemangat melihat pengaturan ini.Mereka berfikir ini adalah perjalanan jauh yang menyenangkan.
Ada yang berlari ke hilir mudik dan as yang tertawa riang.Hanya orang dewasa yang sadar tentang kenyataan pahit.
Kehidupan setelah ini tidak akan pernah sama lagi.
Dan Dingzhau,suatu saat hanya akan tinggal kenangan saja.
Adinda sebagai wanita tua, tentu saja memiliki beberapa kenalan di sini.Dia tidak begitu akrab tapi ini tidak menyurutkan niat nya untuk melambaikan tangan dan melafas kan doa tulus.
"Nyonya Wu, nyonya Wan, Tuan mo, semoga cepat tiba di tujuan dan tidak kekurangan apapun.Kepala desa aku berterima kasih atas segala nya dan semoga semuanya selamat" kata Adinda pelan tapi tulus.
"Jika ada umur panjang,harap bertemu lagi.Jangan lupa, masih ada Desa dingzhou yang menunggu kalian pulang "
Beberapa wanita Desa segera menitiskan air mata perpisahan.Meskipun ada sedikit tubrukan di masa lalu tapi mereka masih satu kerabat di desa yang sama.
Tapi sekarang, semua orang akan berpisah.Tidak tau kapan akan bertemu lagi.
"Nyonya ding,titip rumah ku ya, suatu hari aku akan pulang.. hiks...dan .. hiks..dan ambil saja apa yang bisa di gunakan di rumah ku,aku ..aku ikhlas.. huhuhu "Nyonya Wu adalah wanita tua yang menjual hasil kebun nya pada Adinda.
Sebenarnya mereka bertengkar ringan pada hari kerja tapi tidak ada kebencian yang mendalam.Meskipun sadar mereka tidak kembali lagi, tapi dia masih bermimpi untuk bisa pulang.
Mungkin suatu hari nanti.
Adapun barang barang di rumah, tidak semua nya bisa di bawa pergi.Meja lemari dan tong air masih bisa di gunakan.
Dan...
Wah.. nyonya Wu sudah menangis,dia tidak bisa bicara lagi.Setelah itu satu persatu para Bibi di Desa Ding menyebut hal yang sama.
Titip rumah dan ambil saja segala sesuatu di rumah daripada murah untuk pengungsi asing lainnya.
Ada juga beberapa lansia satu generasi dengan ibu dan ayah mertua, semua nya menyebutkan beberapa hal untuk yang terakhir kali.
Arui, Along dan Aan juga punya teman bermain yang segenerasi, jadi ucapan selamat tinggal juga terlihat syahdu dan menyedihkan.
Adinda menyapa semua orang dengan baik dan tak ayal ada jejak kesedihan di saat orang orang ini pergi.
"Slamat tinggal , nyonya Ding "
Dalam kesedihan Adinda berkata,"Pulang lah, kami akan menunggu kalian"
Whoaaa...
Hiks.. hiks..hiks...
Aur mata kesedihan mengiringi langkah kaki semua orang.
Segera satu persatu penduduk desa Dingzhau meninggalkan desa.Keluarga Ding yang di tinggal pergi,tidak bersedih lama.
Setengah barang sudah di bawa kemarin, sekarang ketika naik, mereka bisa membawa beberapa hal lagi.
Semua orang harus membawa keranjang besar di punggung masing-masing, termasuk dengan Adinda sendiri.
"Along buat lah gerobak kecil,ada banyak hal yang perlu di bawa.Kita akan tinggal di sana untuk waktu lama, jadi ini akan jadi rumah kita"
Karena ini rumah,maka akan ada kamar , dapur , kamar mandi dan toilet.Hal hal pertukangan harus di buat.
Di Desa anda tidak kekurangan pintu dan jendela.Ada begitu banyak dan ini di benarkan untuk mencopot nya sesuka hati.
Arui setuju ,dia tau benar dan salah.
Dua lansia belum pernah pergi ke gunung terdalam , mereka sedikit khawatir.Tapi tetap tidak memperlihatkan nya di depan anak dan cucu.
Di permukaan mereka tenang dan membantu mencopot pintu dan jendela .Ambil juga meja dan kursi yang masih layak pakai.
Sementara Adinda mengobrak abrik desa,dia menemukan beberapa selimut dan pakaian kotor.
Pakaian kotor bisa digunakan untuk pel dan sebagainya.
Ada banyak kegunaan kain pel.
Panci pecah dan sumpit kayu bahkan telenan daging masih berguna.Yang beruntung ada toples asinan lobak dan sepotong daging asap yang tertinggal.
Adegan keluarga Ding yang menjarah desa,terlalu hidup.
Ini seperti anda pergi berbelanja dengan harga diskon, tidak ini adalah berbelanja dengan harga nol.
" ibu menurut mu,bak mandi kayu juga bisa?"
Arui merasa sedikit bersalah karena menjadi perampok untuk pertama kalinya.Dia tidak ingin melakukan ini tapi ibu berkata, semua ini akan gratis untuk para penyintas suatu hari nanti.
Tapi apakah bak mandi kayu ini berguna.
Adinda masih sibuk membolak-balik halaman seseorang.Dia dengan acuh tak acuh berkata," ini berguna,ambil dan biarkan istri mu bersenang senang mandi air panas"
Arui dengan bodoh menggaruk kepalanya.
Dia merasa ibunya benar lagi.
Bak mandi kayu,ambil.
Along dan Aan lebih agresif,bangku patah pun ambil.Ranjang desa terbuat dari kang.Jadi mereka mengambil banyak batu bata juga.
Warga desa terkadang membuat batu bata yang terbuat dari campuran jerami dan lumpur.Setelah di bentuk mereka di simpan langsung dan di gunakan jika ada kebutuhan mendesak, seperti membuat kamar keluarga.
Karena tidak mengalami pembakaran khusus batu bata jenis ini tidak begitu kuat tapi hal ini ada banyak di setiap rumah.
Dulu kamar pernikahan Arui di buat dengan cara ini.
"Kumpul kan semua nya di kaki gunung, jika ada waktu bawa ke atas pelan pelan.Ibu ingin tidur nyaman di usia ini"Kata Adinda dengan rakus.
Dia ingin berkata, jika dia kepengen punya kamar pribadi tapi mulut nya terkunci.
Orang tidak bisa terlalu egois.
Setelah mengumpulkan semua bahan bahan yang bisa di bawa pergi, Adinda melongo sendiri.
Sekarang di kaki gunung,ada banyak hal yang menumpuk satu sama lainnya.Ada begitu banyak sampai Adinda pusing sendiri.
Dia pikir ,dia dan anaknya serakah tapi dua lansia masih lebih serakah lagi.
Mereka tidak meninggalkan karanjang lama dan pisau patah.Meja makan besar dan ranjang pernikahan, lampu bahkan minyak jelantah yang hampir terbuang.
Rumah kepala desa adalah ruang terbaik.Perabotan nya terbuat dari kayu jati asli.Dulu sekali,ada begitu banyak orang yang iri dengan perabotan semacam ini.
Dengan berbelanja gratis, semua orang seperti nya sedang gelap mata.
Kentongan desa juga di embat.
Ini...
Apakah dua lansia sebelum nya adalah Bandit gunung.
Melihat semua kegaduhan yang tidak perlu itu Adinda menggeleng kepala dan berkata kepada dua lansia dengan nada sedikit sedih.
"ayah mertua ibu mertua semua barang ini adalah barang berat ,aku tidak berpikir goa itu akan muat dengan barang-barang sebanyak ini lagi pula bagaimana cara membawanya?"
Pak tua menggertakkan giginya dan mengeluarkan semua pemikiran yang ada.
"menantu perempuan hal ini bisa berguna di gunung. lihat meja ini begitu kuat dan kokoh. Ada juga pintu ini kita bisa membuat pintu sederhana di depan gua. Aku tidak tahu ukuran spesifik dari pintu bawah tapi ini sudah bagus untuk melindungi hewan liar"
"Menantu perempuan sebenarnya kita adalah dua keluarga yang berpisah.Lihat lah sekarang kita bersatu lagi dan barang-barang ini sangat penting. Anak-anak akan mengambilnya secara perlahan, tidak perlu buru-buru ,"tambahnya lagi.
Ibu mertua menepuk pundak dan pinggangnya yang sudah lelah. Dia tidak pernah mengetahui berbelanja akan melelahkan seperti sekarang. tapi meskipun lelah dia masih cukup bahagia.
Hal semacam ini tidak mengeluarkan banyak uang bahkan tidak ada sepeser pun.
Dia tidak banyak bicara tapi memandang menantu perempuannya dengan tatapan" dengarkan saja kami".
Adinda merasa sedih lagi dan berpikir memisahkan keluarga sebenarnya adalah baik.
"Oke Semua terserah ibu dan ayah mertua, tapi hari sudah semakin sore Bagaimana jika kita naik ke atas dulu . Apakah ayah dan ibu mertua tidak lapar?"
"Oh Kenapa kau menyebutkannya, padahal aku tidak lapar tadi tapi sekarang perutku sudah berbunyi" keluh Ibu mertua.
Semua orang lapar, semua orang tidak kepikiran untuk berlama-lama di desa. jadi tidak satupun di antara mereka yang membawa bekal.
Ini salah siapa.
Tidak ada diskusi lagi tapi semua orang setuju untuk mulai naik gunung.
Dua lansia tidak serapuh yang dipikirkan oleh Adinda. Meskipun perjalanan sedikit lebih lambat dari yang seharusnya tapi mereka bahkan tidak ngos-ngosan ketika naik ke atas gunung. Sampai melewati kaki gunung yang familiar mata mereka memandang ke bawah Di mana atap-atap rumah masih terlihat.
"Suamiku,pada akhirnya kita pergi juga"kata ibu mertua dengan berbisik.
Ini adalah Desa mereka tempat di mana mereka tinggal selama beberapa dekade.
Tapi sayangnya.
Ckckck.
Adinda menyadari keresahan mereka semua tapi dia juga tidak bisa menyembuhkan hal apapun. Masalah ini adalah masalah takdir.
Dia hanyalah orang modern yang ingin menghindari takdir buruk.
Dia bukan perawan dan juga bukan ahli bela diri yang mampu bertarung untuk menjalani perjalanan yang aman dan damai. Jalan satu-satunya yang dia pikirkan adalah menghindar terlebih dahulu seperti kura-kura.
Tidak apa-apa jika ada orang yang menyebut dirinya pengecut tapi dia masih cukup sadar diri.
Saat ini dia adalah wanita tua dengan empat anak. Jangan lupa dia juga seseorang yang akan memiliki cucu.
Arui tidak banyak bicara, begitu juga dengan yang lain karena mereka fokus dengan perjalanan yang terkadang harus menemukan halangan.
Semakin masuk ke dalam gunung maka hutan semakin lebat.
"Nanti setelah barang-barang itu diambil kita jangan terlalu sering turun ke bawah. Jejak perjalanan juga harus dihapus agar tidak ada orang yang curiga"
Ide bagus dari Adinda disetujui oleh semua orang.
Mereka menghindar bukan karena takut tapi justru karena ingin menjadi keselamatan.
Dua jam kemudian kelompok mereka sudah tiba di tepi jurang.
Seperti yang disebutkan oleh Arui ,di mana jurang sebenarnya cukup dalam tapi ada sedikit jalan untuk menghindari jurang dalam itu.
Jika orang tidak melihatnya dengan benar mungkin tidak ada yang menduga ada sebuah gua yang bagus di sana.
Jadi ini adalah sebuah kemudahan untuk keluarga Ding.
Pertama kali menemukan jalan, mereka harus berbelok dan melakukan beberapa trik untuk bisa masuk. Tapi karena kebutuhan, jalan masuk sekarang sedikit dipermudah.
Ada sebuah pohon besar dirobohkan dan diletakkan di satu sudut tertentu.Nanti Adinda akan menanam pohon merambat agar jalan ini tidak mudah di temukan oleh orang luar,selain bisa mencegah hewan buas.
Adinda menyebutkan jalan ini harus tutup dan hanya keluarga mereka yang mengetahuinya demi menghindari kesalahan masa depan.
Segera dua lansia menemukan jalan yang dimaksud.
Di depan pintu, beberapa cucu dari generasi selanjutnya sudah menunggu dan berteriak," kakek nenek kalian akhirnya datang "
Pak tua ding sangat antusias menyaksikan seluruh keluarganya berkumpul dan dia memperhatikan letak pintu gua dengan hati-hati dan mulai merencanakan sesuatu.
Beda lagi dengan ibu mertua yang langsung masuk dan melihat kondisi asli dari ruang gua yang disebutkan oleh semua orang.
Aceng pertama kali memperkenalkan posisi gua kepada neneknya dengan semangat.
"nenek aku sudah menjelajah masuk ke dalam gua dan itu sangat lebar sekali. Sampai sekarang aku tidak menemukan ujung dari gua ini tapi kata bibi kita bisa membagi ruang ini menurut keluarga masing-masing"
Oh nenekku sayang, Apakah aku bisa memiliki kamarku sendiri?"
Sebuah pertanyaan sederhana namun para cucu mengangkat kepalanya dengan serius menunggu jawaban dari nenek.
Di dalam keluarga Ding lama ,nenek dan kakek adalah orang-orang yang membuat keputusan.
Nyonya Zhou sudah pun bermalam di dalam gua dan dia mulai menyukai gua ini sebagai tempat tinggal sementara.
Dia juga berkata," jika Ibu setuju, kita bisa membentuk kamar mulai sekarang. Ada juga kolam air panas. gali sedikit ke sudut kanan dan dengan sedikit aliran ini akan menjadi kamar mandi pribadi. Menurut Ibu apakah ini bagus?"
"begitukah, ini ide bagus kolam air panas ini akan menjadi mata air untuk kita mandi dan memasak. Jadi tidak boleh terkontaminasi dengan air kotor. Nanti aku akan menyebutkan kepada anak ke tiga untuk mengatasi masalah"
Adinda adalah keluarga mandiri jadi dia tidak ikut campur dengan keputusan keluarga Ibu mertuanya.
Tapi dia sudah menemukan sudut mana yang terbaik untuk keluarganya saat ini.
Di atas langit-langit gua, ada lubang yang membuat sirkulasi di dalam udara ini terkelola dengan baik. Tapi ini juga memberikan sedikit cahaya di dalam gua sehingga gua tidak begitu gelap.
Adinda mengambil posisi dan menyebutkan kepada ayah mertuanya.
"ayah mertua aku akan mengambil sudut itu dan membiarkan Arui membangun kamar untuk kami secara pribadi .Apakah ayah mertua setuju?"
Pak tua Ding yang baru saja masuk mengagumi semua area ,dia langsung menyebutkan persetujuannya.
"Gua ini cukup besar, jika cukup bahan kita bisa membuat kamar untuk masing-masing orang. Menantu tertua kau juga bisa memilih halaman khususmu sendiri . Apakah kita akan bersama atau makan secara pribadi ini juga masih harus dipikirkan"
Arui setuju.
Mereka akan makan bersama-sama mulai saat ini tapi masalah uang pribadi juga masih harus dibicarakan.
Ada juga Ami yang sedang hamil muda dan dia perlu mengkonsumsi sesuatu yang bagus.
Jadi pembicaraan ini akan berlarut-larut.
Semua orang sangat gembira dan tidak ada yang tidak menyukainya.
Terutama dengan para gadis yang merasa ini adalah saatnya untuk perubahan.
Mereka ingin memilih kamar sendiri.
"Oh bibi kami sudah menyisihkan sagu, hasil akhirnya lebih dari 100 kg. Ini akan cukup untuk kita makan selama 1satu bulan jika berhemat"
Pak tua dan ibu mertua Ding langsung mengangkat kepala dan berlari kecil melihat ke dalam karung yang isinya semua adalah sagu putih dengan wangi yang khas.
Aneh memang tapi mereka sangat bahagia mendapati makanan sebanyak ini.
Ada juga tumpukan ubi jalar yang disisihkan di sudut. Mereka cukup banyak dan ini apa cukup memuaskan untuk keluarga besar mereka.
"Oh Kakak ipar tertua,kami memasak rebung sesuai dengan anjuranmu dan rasanya cukup bagus, hei Aku tidak tahu jika tunas bambu juga bisa dimakan hehehe" kata nyonya Zhang dengan senang.
Nah makan siang hari ini sebenarnya adalah rebung yang digali oleh Adinda. Ini sudah dikeringkan lebih awal. Jadi mereka cukup menyimpannya dan menggunakan sewaktu-waktu.
Selain rebung masih ada beberapa jamur liar yang dikeringkan.
Ini semua adalah makanan.
Sejak kapan keluarga mereka memiliki banyak cadangan makanan seperti sekarang.
Dua lansia juga tidak mengetahui jika rebung bisa dimakan dengan cara ini tapi mereka sangat tertarik dan mengambil mangkok dan mulai menyesapnya.
Aroma ini... ckckck.
Ibu mertua yang masih memiliki Gigi yang penuh,tertawa dan berkata," aku tidak tahu tunas bambu bisa dimasak.Hei jika tidak ada pekerjaan, mari kita gali lebih banyak dan menyimpannya untuk cadangan"
Hem para gadis dan anak-anak sangat bersemangat.
Setelah ini mereka tidak memiliki hiburan apapun. Tapi juga bisa menyelamatkan bahan makanan itu sudah lebih baik daripada tidak sama sekali.
Segera Adinda menjadi guru dadakan, di mana dia mulai menyebutkan beberapa metode memasak tunas bambu seperti yang dia ingat.
Alian misalnya dia sangat tertarik dengan memasak. Dulu dia hanya tahu memasukkan sayuran liar yang sudah dicuci ke dalam panci dengan air yang melegak. Tidak ada bumbu apapun selain daripada garam dapur.
Tapi sekarang pemikirannya tentang dunia masakan sebenarnya sudah terbuka ke arah yang berbeda.
Dengan bumbu masakan akan terasa enak.
Ah apakah sekarang mereka hidup dalam persembunyian atau di dalam surga.
terus lanjut update nya thorr
terus lanjut update nya thorr