My Cold Boyfriend-
Alletha Gracelyn, harus kehilangan kekasih yang sudah bersamanya 2 tahun karena sebuah kecelakaan tunggal di saat akan merayakan Anniversary mereka, di saat kesedihan nya dia malah bertemu dengan laki-laki dingin namun selalu bersikap hangat di saat bersamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Kegiatan Malam Puncak
Kegiatan malam di isi dengan acara bebas, banyak yang asik bernyanyi dan bermain gitar, ada juga yang asik bercerita seperti Aleta dan juga Alis yang sedang saling bercerita bahkan sesekali tertawa bersama.
Langit sendiri bersama Arga, Gala juga Boni berada di sana. Mereka pun tampak asik mengobrol namun Langit tetap Langit yang hanya diam bahkan hanya memainkan ponselnya.
"Langit gue mau bicara sama Lo."
Luna berdiri menatap Langit, membuat Arga menggeleng. Arga sangat tau bagaimana sifat asli Luna dan sebagai sahabat Arga tidak mau jika Langit kembali bersamanya.
"Bicara aja.!"
"Berdua.!"
"Ck, Gak ada yang perlu di omongin lagi."
"Plis sebentar."
Langit menghela napasnya dan akhirnya beranjak bangun, mereka berjalan pergi.
"Mau apa lagi sih tu cewek, gak bosen apa ganggu Langit terus."
"Gue gak bakal setuju mereka balikan."
Arga diam, dia terus menatap mereka yang berjalan pergi bahkan sudah tidak terlihat lagi.
Di sini lah Langit berdiri dengan kedua tangan yang dia simpan di saku celana, Luna berada di depannya menatapnya namun Langit memalingkan wajahnya.
"Gue udah putusin Boy.!"
Langit menautkan kedua alisnya "Terus?"
"Ini semua karena Lo Langit, gue mau kita seperti dulu lagi. Gue sadar gue salah, gue minta Maaf sama Lo."
Langit menghela napasnya, "Oke gue maafin Lo." Putus Langit membuat Luna tersenyum.
"Tapi gue gak bisa seperti dulu."
Deg.!
Luna menggeleng. Dia tidak mau Langit jauh darinya. Dia sadar jika Boy tidak sebaik Langit, dulu Langit selalu ada untuknya sementara Boy, dia egois dan kini Luna sadar dengan kesalahan nya.
"Tapi Lang-
"Udah selesai kan.!"
Luna menatap Langit yang berjalan pergi, menatap punggung lebar laki-laki yang dulu pernah ada dalam hidupnya.
Langit berjalan kembali namun samar-samar dia mendengar suara seseorang membuatnya mengernyit.
"Lo beneran suka sama Aleta Bram,?"
"Cowok mana yang gak suka dia, spek bidadari gitu."
Langit mengepalkan tangannya, dan berjalan pergi namun langkahnya terhenti saat melihat Leta berdiri sendiri.
Langit mengernyit, sedang apa dia sendirian bukannya tadi bersama Alis.
Leta sendiri berdiri menatap langit, hatinya merasa sedih entahlah mungkin dia sendiri sedang merasakan rindunya kepada Vero.
Atau mungkin dia belum kembali mengunjungi makam kekasihnya itu.
Leta mengeluarkan kalung dan menatapnya..
Aku kangen kamu Vero,,
Maaf aku belum bisa berkunjung ke makam kamu tapi aku janji Minggu depan aku bakal ke makam kamu.
"Kenapa belum tidur.!"
Deg !
Leta menyimpan kalungnya, suara bariton membuatnya menoleh. Tangannya langsung mengusap matanya yang berair.
"Belum ngantuk Kak." Ucap Leta menyembunyikan wajahnya.
Matanya merah,,
Dia habis menangis? Tapi kenapa menangis?
Leta melirik langit yang masih berdiri di sampingnya "Kakak kenapa juga belum tidur."
Langit menghela napasnya dan menatap lurus. "Gue gak bisa tidur sore."
Leta mengangguk.
Kedua tangannya mengusap lengan, hembusan air malam cukup membuatnya kedinginan.
Langit melepaskan jaketnya dan memakainya di bahu Leta. "Eh Kak"
"Pakai, dingin udara di sini."
"Terus Kakak?"
"Gue kuat, Lo gak kuat dingin."
Leta mengangguk dan mereka kembali diam. Entahlah harus mulai ngobrol dari mana.
"Masih dingin?" Ucap Langit menatap Leta.
"Lumayan Kak,"
"Lo doyan Jahe?"
Leta menautkan alisnya, "Jahe hangat?"
Langit mengangguk "Gak jauh ada warung yang jual, mau ke sana?"
"Mau,"
Langit mengangguk dan mereka berjalan keluar Vila.
Udara malam memang terasa dingin, namun Leta merasa hangat karena memakai Jaket milik Langit. Walaupun kebesaran namun terlihat semakin menggemaskan.
Hingga mereka sampai di sebuah warung, tampak sedikit ramai.
"Silahkan Aden, Neng, Mau pesan apa ini."
"Jahe hangat dua Mang."
"Silahkan di tunggu"
"Kak kita duduk di sana yuk.."
Langit mengangguk dan mereka duduk di luar warung, Leta menatap sekeliling. Masih tidak begitu ramai padahal sudah malam.
"Silahkan"
"Terimakasih.."
Leta tersenyum dan menghirup aroma rempah-rempah yang begitu terasa.
"Pelan-pelan Panas" Ucap Langit saat Leta akan meminumnya.
"Enak kak."
Langit mengangguk dan menatap Leta yang tampak diam. Matanya masih terlihat sembab namun dia tidak mau menanyakan nya, mungkin terlalu privasi bagi mereka yang baru saling mengenal.
"Oya Kak, memang gapapa kita berdua keluar?"
Langit menautkan alisnya. "Kenapa?"
"Maksud gue, gue gak mau kak Luna salah paham dan soal bunga itu. Gue minta Maaf ya karena gue malah kasih bunga itu sama Lo. Gue gak tau kalau Lo dan Kak Luna-
"Dia bukan siapa-siapa." Potong Langit.
"Oh gue kira-
"Gak usah bahas dia."
Leta mengangguk dan kembali diam, Langit menatapnya merasa salah karena ucapannya.
Sedangkan di Kamar yang berisi Arga, Gala juga Boni ke tiga cowok tampan itu tampak masih bermain kartu.
"Langit mana Ar."
"Gue bukan emaknya."
"Kalian tuh ibarat Upin Ipin, dimana ada Langit pasti ada Lo." Ucap Gala yang langsung mendapatkan lembaran bantal Arga.
"Hari ini ada yang liat Luna gak sih, kok dia ilang-ilangan terus hari ini." Ucap Gala yang memang tidak melihat Luna seharian.
"Gue liat dia tuh nangis, cuma gak tau kenapa."
Arga terdiam.
"Pasti karena Langit, tapi biarin aja Lah gue juga gak mau Langit balik sama tuh nenek lampir." Gala berucap menggebu.
"Mending sama Dedek Aleta aja, cocok mereka."
"Nah betul, gue juga Liat kayaknya Langit naksir sama Aleta."
"Asal gak di rebut Bram aja." Celetuk Arga yang tau kalau sebenarnya Bram juga naksir Aleta.
"Bram? Maba itu?" Ucap Gala
"Yoi"
"Kalah saing sama Langit sih kalau kata gue."
"Tapi Langit beneran udah move on dari-
"Dari siapa?"
Ucapan seseorang membuat ketiga cowok menoleh, Langit berjalan masuk ke dalam kamar.
"Dari mana Lo?"
"Warung."
"Nyebat?"
Langit menggeleng dan masuk ke dalam kamar mandi.
"Curiga gue." Ucap Gala menatap Langit membuat Boni menatapnya heran.
Di kamar lain, Leta baru saja masuk ke dalam kamar. Alis tampak masih memainkan ponselnya.
"Dari mana aja Aleta Gracelyn?"
"Kenapa kangen Lo?"
"Dih,,"
Leta terkekeh dan duduk di ranjangnya, sedangkan Alis menautkan kedua alisnya menatap jaket yang di pakai Aleta. Seperti nya dia pernah melihat seseorang memakai jaket yang sama tapi siapa dan dimana?
"Lo kenapa?"
"Wait, Gue kaya pernah liat Jaket yang Lo pakai -
"Oh My Got,, Itu Jaket Kak Langit Kan?"
"Ssst jangan keras-keras Alis."
"Wah Wah, kalian habis keluar berdua ya? Hayo ada hubungan apa kalian ?"
"Apa sih gak usah ngaco."
"Terus ini buktinya."
Leta menghela napasnya ." Tadi kak Langit ngajak ke warung depan Vila, Kita nge jahe di sana."
"Kemajuan.. gue yakin lama-lama kalian pacaran."
Leta memutar bola matanya malas, untuk saat ini dia belum bisa membuka hatinya.
Di hatinya masih ada Savero kekasihnya yang telah mengisi penuh hatinya.
Akibat yg harus km tanggung Kinan
tp knp langit sampai mehukum Kinan juga.. walau dia ikut tp bujan salah kinan
Aleta datang km sudah di benci langit.. Soo bukan salah leta.
nahh nikahin aja tuh sekalian jd tak ada syaiton yg masuk🤣🤣🤣
wah langit n al tinggal bersama jngn takut al gak bkln mcm mcm tu langit paling cuma sulaturahmi lips aja wkwkwk ckckck 🤭
Nahh biar tau rasa tuh Aluna..
semangattt thorrrrrr✊🏻✊🏻✊🏻✊🏻✊🏻✊🏻
berkurang satu ulat bulu,nah bgt jadi ortu tegas dngn kenakalan tidak wajar anak.
aku kirim secangkir kopi ya thor biar cemangat 💪
yg ada Lo yg rugi...