Setelah melalui malam panas bersama dengan seorang pria yang dia sewa, Zhia tiba-tiba hamil. Zhia melahirkan sepasang anak kembar yang sangat genius. Tapi dia tidak pernah menyangka pria yang dia sewa dulu adalah seorang Ceo dari perusahaan terbesar didunia bahkan seorang ketua Mafia! Rayden Cano Xavier, Ceo tampan yang memiliki sifat dingin, arogan dan sangat kejam.
Hay, kak!😄😄😄
Novel ini masih On Going 'yah, kak! Dan akan Update 1 Bab/hari.
Jadi, mohon dukungannya 'yah!🙏🙏😄
Jangan lupa tinggalkan like, Coment, Vote dan kasih bintang 5 juga 'yah! Biar semakin bersinar novelnya!😘
Novel ini hanya ada dan akan update di Aplikasi Noveltoon/Mangatoon saja. Yang ada ditempat lain itu semua plagiat. Jadi, mohon dukungan untuk novel orisinilku ini 'yah!😉
Dan jangan Lupa berikan ❤💕💖 untuk Author tersayang kalian ini!😘😘😘
Tambahkan ke rak novel favorit kalian 'yah! supaya tidak ketinggalan kisah seru Double L!😉
Terima kasil All!😉😘😚😙
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papah boleh menginap ‘kan, Mah?
Ting,….Tong,….Ting,…..Tong,……..
Sesampainya dirumah Zhia, Rayden langsung menekan bel sembari membawa buket bunga mawar yang telah dibelinya. Sementara hadiah untuk Luca dan Lucia sedang dipegang oleh Will.
Ternyata Zhia yang membuka pintunya, dia tampak sangat terkejut dengan kedatang Rayden yang membawa buket bunga mawar berukuran sangat besar.
“Hay?” sapa Rayden dengan senyum manis diwajahnya.
“Kau? Ada apa kemari?” tanya Zhia dengan ketusnya.
“Tentu saja untuk menemui anakku dan juga dirimu tentunya.” Ujar Rayden yang masih setia dengan senyum manisnya.
Zhia mengkerutkan dahi mendengar penuturan Rayden yang mengganggu pendengarannya.
“Ini untukmu! Aku harap kau menyukainya.”
Rayden pun menyerahkan buket mawar merah itu pada Zhia, tetapi Zhia malah berusaha menghindarinya.
“Tidak perlu! Kau buang saja jauh-jauh, aku alergi terhadap bunga mawar!” ujar Zhia dengan nada bicaranya yang terlihat semakin kesal.
Mendengar hal itu, Rayden pun langsung melempar buket bunganya ke wajah Will. Hingga Will dibuat kewalahan karena memegang banyak barang.
“Benarkah? Sejak kapan kau punya alergi ini?” tanya Rayden yang langsung mengkhawatirkan keadaan Zhia saat ini.
“Entahlah, mungkin sejak hari ini!” ujar Zhia tanpa rasa bersalah.
Rayden pun mulai meradang karena perbuatan Zhia itu, dia menatap wanita itu dengan kesalnya.
Beruntung, Lucia tiba-tiba saja keluar dan berlari memeluknya dengan semangat. Rayden pun segera menepis rasa kesalnya, dia menyambut pelukkan putrinya dengan senang hati.
“Papah?! Luci kangen!” ujar Lucia yang kini berada digendongan papahnya.
“Papah juga sangat merindukan, Luci!” sahut Rayden yang menciumi pipi Lucia yang gembul dengan gemasnya.
“Apa yang papah bawa?” tanya Luca yang melihat banyak hadiah ditangan Will.
“Ouh, itu! Itu untuk kalian. Boneka beruang besar untuk Lucia dan mobil-mobilan untuk Luca.” Ujar Rayden dengan penuh percaya diri.
“Lalu bunga mawar itu?” tanya Luca lagi yang melihat buket mawar merah berukuran super besar.
“Sebenarnya bunga itu untuk mamah kalian, tapi katanya dia mempunyai alergi terhadap bunga mawar.” Ujar Rayden yang menunjukan raut wajah kecewanya.
Zhia tak memperdulikannya, sebab dia yakin kedua anaknya pasti akan membela dirinya.
“Mamah tidak suka bunga mawar, mamah lebih menyukai bunga Soba dibandingkan dengan bunga yang lainnya. Dan juga Luci tidak menyukai boneka, kak Luca juga begitu.” Jelas Luci yang ternyata sesuai dengan apa yang Zhia pikirkan.
“Benarkah? Lalu harus papah apakan semua hadiah ini, jika kalian semua tidak menyukainya?”
Kali ini Rayden benar-benar merasa sangat kecewa karena hadiah yang dibelinya tidak ada satupun dari mereka yang menyukainnya.
“Will, buang saja semuanya.” Perintah Rayden pada Will.
“Tidak perlu sampai seperti, Pah!” ujar Luca pada papahnya.
“Iya, itu ‘kan hadiah pertama dari papah untuk kami. Jadi, paman tolong bawa masuk kedalam semua hadiahnya ‘yah!” sahut Lucia yang membuat papahnya tidak kecewa sepenuhnya.
“Baik, Nona muda!” sahut Will.
“Papah, ayo kita masuk kedalam!”
Luca meraih tangan papahnya dan mengajaknya untuk masuk kedalam rumah. Zhia pun hanya bisa menatapnya dengan kesal, karena setiap Rayden datang dia pasti akan selalu menjadi pihak yang terabaikan.
Sementara, Will mengikutinya dari belakang untuk menaruh semua hadiah itu. Selesai dengan tugasnya Will pun langsung pamit pergi, padahal dia menunggu didalam mobil untuk mengawasi keadaan sekitar.
Lucia langsung membawa papahnya masuk kedalam kamarnya untuk menunjukan dekorasi dikamar barunya.
Rayden sangat terkejut begitu melihat kamar putri yang ternyata dirias seperti kamar anak laki-laki.
Di dinding banyak sekali poster tokoh terkenal seni bela diri seperti Jackie Chan, Stephen Chow, Bruce Lee dan masih banyak yang lainnya.
Ada juga sebuah lemari kaca yang terisi penuh dengan berbagai jenis piala dan juga piagam beserta sertifikatnya.
“Sayang, apakah kau menyukai seni bela diri?” tanya Rayden pada Lucia yang terus saja menceritakan semua hal yang ada didalam kamarnya.
“Iya, Pah! Luci bahkan sudah memegang sabuk hitam di Taekwondo, Karate dan masih banyak lagi, Pah!” Lucia pun dengan senang hati menjelaskan prestasi yang telah dia dapat pada papahnya.
“HAH?! Sebanyak itu?”
Rayden pun dibuat tercengang oleh putrinya sendiri. Rayden tidak menyangka bahwa putrinya menuruni semua kemampuan yang dimilikinya didalam dunia mafianya.
“Iya, aku sangat hebat ‘kan, Pah!” seru Lucia yang membanggakan dirinya sendiri.
“Iya, Putri papah memang yang paling hebat.”
Puji Rayden pada Lucia agar tidak merasa kecewa dan juga karena dia merasa sangat bangga pada putrinya yang sangat genius itu.
“Papah! Ayo lihat kamar Luca juga!”
Luca langsung saja menarik tangan papahnya, mengajaknya untuk masuk dan melihat kedalam kamarnya.
Lucia pun terpaksa mengikuti papah dan kakaknya dengan wajah yang ditekuk, karena dia belum puar menunjukan semuanya pada sang papah.
Belum selesai dengan keterkejutannya saat melihat kamar Lucia, Rayden harus dikejutkan kembali ketika melihat kamar Luca.
Memang kamar itu terkesan seperti kamar anak laki-laki pada umumnya, tapi yang membuat Rayden kagum adalah sederet penghargaan dan juga banyaknya piala yang terpajang disana.
Seperti Lucia, Luca juga memiliki sebuah lemari kaca yang Full dengan piala penghargaan.
“Luca, bukankah ini computer model yang terbaru?”
Mata Rayden tertarik pada satu set computer yang memang baru diluncurkan oleh dirinya baru-baru ini. Rayden pun menjadi sangat penasaran kenapa jenis computer seperti itu berada dikamar anak yang baru berusia 6 Tahun.
“Iya, Pah! Mamah baru membelikannya kemari di Mall!” ujar Luca yang tersenyum senang karena papahnya juga tahu tentang model komputernya itu.
“Ouh, Iya! Kakak belum memberitahu Luci, apa yang terjadi dengan computer kakak yang sebelumnya sampai rusak?” sahut Lucia yang tiba-tiba teringat saat itu.
“Sebelumnya? Berarti kau sebelum ini juga mempunyai computer pribadi dikamarmu?”
Rayden pun semakin penasaran oleh anak laki-lakinya itu.
“Iya! Dan computer sebelumnya rusak gara-gara papah mengirimiku banyak sekali virus. Aku bahkan sangat kaget saat komputernya tiba-tiba mengeluarkan banyak asap.”
Luca pun tanpa sadar memberitahu papahnya bahwa dialah yang mencoba merentas surel milik papahnya sendiri.
“HAH!? APA?! Jadi yang selama ini berusaha merentas data milikku itu kamu, Luca?”
Kali ini Rayden benar-benar dibuat shock oleh anaknya sendiri.
Dia tidak menyangka ‘Bajingan Kecil’ yang selama ini dirinya cari dengan susah payah adalah putra kandungnya sendiri.
Ternyata selama ini dirinya dibuat sampai kalang kabut oleh putranya sendiri.
“Hehehehee,….Maafkan Luca ‘yah, Pah!”
Luca pun tersipu malu sembari meminta maaf pada papahnya itu, karena kenakalannya yang berusaha merentas data milik papahnya.
“Astaga, ternyata kedua anak kembarku ini menuruni semua tentang diriku. Bukan hanya wajahnya saja, tapi juga semua kemampuan yang aku miliki. Untung sifatnya meniru dari mamahnya.” Batin Rayden yang merasa sedikit beruntung karena ada yang bisa Zhia turunkan untuk anak kembar mereka.
“Papah, memaafkan Luca ‘kan?” ujar Luca dengan raut wajah yang hampir menangis, karena Rayden tidak menjawab permintaan maaf darinya.
“Iya, sayang! Tapi lain kali jangan seperti itu lagi ‘yah!” pinta Rayden, dia mana mungkin bisa marah pada putranya yang sangat mirip dengannya itu.
“Papah akan menginap disini ‘kan?” tanya Lucia sorot matanya dipenuhi harapan.
“Ehhmm, Entahlah! Coba tanya mamah kalian, papah boleh menginap disini atau tidak?” ujar Rayden yang memang membutuhkan ijin dari Zhia jika ingin menginap bersama anak kembarnya.
“Papah tenang saja, Luci akan tanya mamah sekarang!”
Lucia pun segera berlari mencari keberadaan mamahnya yang ternyata sedang berada didapur untuk menyiapkan makan malam mereka.
“Luci, Tunggu kakak!” seru Luca yang juga berlari mengejar adiknya.
Sementara, Rayden hanya tersenyum melihat tingkah kedua anak kembarnya itu. Dia juga membayangkan bagaimana reaksi Zhia terhadap permintaan anak kembarnya yang meminta ijin agar papahnya bisa menginap dirumah mereka.
“Mamah! Mamah!” seru Luca dan Lucia bersama-sama, begitu melihat mamahnya sedang sibuk memasak didapur.
“Iya, sayang! Ada apa?” sahut Zhia tanpa menengok kearah Luca dan Lucia, kerena dia sedang sibuk membalikkan daging yang hampir gosong itu.
“Papah boleh menginap ‘kan, Mah?” Tanya Lucia dengan mata penuh harap.
“APA?!” seru Zhia, dia langsung membalikkan badan menatap kedua anak kembarnya dengan tampang terkejut.
“Bolehkan, Mah?” Luca kini membantu adiknya membujuk sang mamah.
Bersambung..........
Maaf 'yah teman2 dikarenakan sejak kemarin saya merasa tidak enak badan. Jadi kemungkinan beberapa hari ini, saya hanya akan update cuma satu bab/hari.
^^^^^^Terima Kasih atas pengertian dari kk semua😄😄^^^^^^