NovelToon NovelToon
Boneka Maut

Boneka Maut

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Rumahhantu / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:705
Nilai: 5
Nama Author: Rika ananda

seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

flash back kejadian dimana Arsy mencelakai Rifan kakaknya

Bak Yuni melihat Hana yang terduduk lemas di dekat jenazah orang tuanya. Wajah Hana pucat dan matanya berkaca-kaca. Mbak Yuni menghampiri Hana dan memeluknya erat.

"Hana, sayang, kamu kuat ya," bisik Mbak Yuni lembut. "Semua akan baik-baik saja."

Hana menangis di pelukan Mbak Yuni. Ia merasa sangat terluka dan kehilangan. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi.

"Ibu...Ayah..." gumam Hana, dengan suara yang gemetar. "Kenapa kalian meninggalkan aku?"

Mbak Yuni terus memeluk Hana, mencoba menenangkan hati Hana yang sedang hancur berantakan. Ia mencoba memberikan kehangatan dan kasih sayang pada Hana yang sedang sangat membutuhkannya.

Sementara itu, petugas polisi sedang mempersiapkan jenazah Arsy dan Lita untuk dibawa ke rumah sakit Bhayangkara untuk diotopsi. Mereka ingin mengetahui penyebab kematian Arsy dan Lita serta siapa pelakunya.

"Kita harus menyelidiki kasus ini secepatnya," kata seorang polisi, dengan suara yang serius. "Kita harus mencari pelaku yang telah melakukan kejahatan ini."

Jenazah Arsy dan Lita diangkat dan dibawa ke mobil ambulance. Mereka akan dibawa ke rumah sakit Bhayangkara untuk diotopsi.

Para tetangga menatap jenazah Arsy dan Lita yang dibawa pergi dengan wajah yang penuh sedih dan ketakutan. Mereka berharap bahwa polisi dapat menangkap pelaku yang telah mencelakai Arsy dan Lita

Jenazah Arsy dan Lita akhirnya dipulangkan ke rumah setelah proses otopsi di Rumah Sakit Bhayangkara selesai. Suasana duka menyelimuti rumah itu. Hana terduduk lemas di sofa, matanya sembab dan wajahnya pucat. Mbak Yuni masih setia menemani Hana, sesekali mengelus rambutnya.

"Hana, sayang. Kamu harus kuat," bisik Mbak Yuni lembut, "Ayah dan Ibu pasti bahagia melihatmu tegar."

Hana hanya mengangguk lemah. Ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa orang tuanya telah tiada.

Yoga, kakak Hana, tiba di rumah setelah seharian bekerja. Ia langsung terkejut melihat suasana duka di rumahnya.

"Ada apa ini?" tanya Yoga dengan suara khawatir.

Mbak Yuni menjelaskan semuanya pada Yoga, tentang penemuan jenazah orang tua Hana dan proses otopsi yang baru selesai. Yoga terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi yang baru ia dapat.

"Siapa yang melakukan ini?" gumam Yoga, suaranya penuh kemarahan. "Aku akan mencari pelakunya."

Hana menatap kakaknya dengan wajah yang penuh harap. Ia ingin kakaknya bisa mencari keadilan untuk orang tuanya.

"Kak, tolong cari pelakunya," bisik Hana, suaranya gemetar karena tangis. "Aku ingin keadilan untuk Ayah dan Ibu."

Yoga mengangguk setuju. Ia berjanji akan mencari pelakunya dan memberikan keadilan untuk orang tuanya.

"Tenanglah, Hana," kata Yoga, dengan suara yang tegas. "Aku akan mencari keadilan untuk papa dan mama.

Flash back kejadian dimana Arsy dan lita Mencelakai keluarga Angelica .

Arsy adalah kakak dari Rifan papanya Angelica. Karena Rifan terkenal kaya Raya,

Timbullah, niat licik Arsy untuk menguasai Harta kakaknya itu, Arsy dan Lita sendiri Memiliki dua orang anak yaitu Yoga dan Hana.

Arsy menatap mobil Rifan dengan tatapan yang berisi kebencian. Ia tak bisa melupakan perlakuan Rifan yang menolak membantunya ketika ia membutuhkannya. Ia merasa terhina dan ingin membalas dendam.

"Kau akan menyesal telah menolak ku," gumam Arsy, dengan suara yang penuh kebencian. "Aku akan membuatmu menyesal."

Arsy kemudian melakukan sesuatu yang licik. Ia merusak rem mobil Rifan dengan menggunakan alat yang ia bawa. Ia tahu bahwa Rifan akan pergi menggunakan mobil itu pada hari itu.

"Kau akan mengalami kecelakaan," bisik Arsy, dengan senyum yang sinis. "Aku akan menyaksikan musibah yang akan menimpa kamu."

Rifan tak menyangka bahwa rem mobilnya rusak. Ia masih menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Ia tak mencurigai apapun. Ia juga tak tahu bahwa Arsy telah merusak rem mobilnya.

"Aku akan menjemput istri dan anakku," gumam Rifan, dengan senyum yang bahagia. "Aku akan membawanya berlibur."

Rifan kemudian masuk ke dalam mobilnya dan menyalakan mesin. Ia tak menyadari bahwa rem mobilnya sudah rusak.

"Semoga semuanya berjalan lancar," gumam Rifan, dengan senyum yang bahagia.

Rifan kemudian menjalankan mobilnya keluar dari rumah. Ia tak menyangka bahwa kematian sedang menunggunya di jalan.

Namun, Arsy tak tahu bahwa Angelica, putri kecil Rifan, sedang mengamati aksi Arsy dari balik jendela kamarnya. Angelica melihat Arsy sedang merusak rem mobil Rifan.

"Papa!" teriak Angelica, dengan suara yang cemas. "papa berbahaya!"

Angelica menatap papanya dengan wajah yang penuh kecemasan. Ia melihat papanya masih tak menghiraukan peringatannya. Ia takut papanya akan mengalami kecelakaan.

"Ayah," bisik Angelica, dengan suara yang gemetar. "Ayah berbahaya."

Namun, Rifan tak menghiraukan peringatan putri kecilnya. Ia terlalu asyik dengan rencananya untuk mengajak istri dan anaknya jalan ke mall.

"Sayang, ayo kita pergi," kata Rifan, dengan senyum yang bahagia. "Kita akan berbelanja di mall."

Angelica tak bisa membantah permintaan papanya. Ia tahu bahwa papanya akan marah jika ia menolak.

"Iya, papa," jawab Angelica, dengan suara yang gemetar. "Tapi, aku takut."

Rifan memeluk Angelica dengan lembut.

"Tak usah takut, Sayang," kata Rifan, dengan suara yang lembut. "papa akan menjagamu."

Rifan kemudian menuntun Angelica keluar dari rumah disusul istrinya mengekor di belakang dan masuk ke dalam mobilnya. Ia tak menyadari bahwa kematian sedang menunggunya di jalan.

Angelica menatap papanya dengan wajah yang penuh kecemasan. Ia takut papanya akan mengalami kecelakaan. Ia berusaha menarik tangan papanya tapi papanya tak menghiraukannya.

"Papa, aku takut," bisik Angelica, dengan suara yang gemetar.

Namun, Rifan tak menghiraukan peringatan putri kecilnya. Ia terlalu asyik dengan rencananya untuk mengajak istri dan anaknya jalan ke mall.

"Sayang, ayo kita pergi," kata Rifan, dengan senyum yang bahagia. "Kita akan berbelanja di mall."

Angelica tak bisa membantah permintaan Papanya. Ia tahu bahwa papanya akan marah jika ia menolak.

"Iya, papa," jawab Angelica, dengan suara yang gemetar. "Tapi, aku takut."

Rifan memeluk Angelica dengan lembut.

"Tak usah takut, Sayang," kata Rifan, dengan suara yang lembut. "papa akan menjagamu."

Rifan kemudian menuntun Angelica keluar dari rumah disusul istrinya dan masuk ke dalam mobilnya. Ia tak menyadari bahwa kematian sedang menunggunya di jalan.

Rifan menjalankan mobilnya di jalan raya. Ia menikmati perjalanan bersama istri dan anaknya. Ia berencana untuk membawa mereka berbelanja di mall.

"Sayang, kamu mau beli apa di mall?" tanya Rifan, dengan senyum yang bahagia.

"Aku mau beli baju baru," jawab Andita, istri Rifan, dengan senyum yang manis.

"Oke, Sayang," jawab Rifan, dengan senyum yang lebih lebar.

Angelica yang duduk di kursi belakang menatap papanya dengan wajah yang penuh kecemasan. Ia masih terbayang aksi Arsy yang merusak rem mobil papanya.

"papa aku takut," bisik Angelica, dengan suara yang gemetar.

Rifan menoleh ke arah Angelica.

"Kenapa kamu takut, Sayang?" tanya Rifan, dengan suara yang lembut.

"Aku takut kita mengalami kecelakaan," jawab Angelica, dengan suara yang gemetar.

Rifan tersenyum dan menggeleng kepala.

"Jangan takut, Sayang," kata Rifan, dengan suara yang lembut. "papa akan menjagamu."

Namun, tiba-tiba Rifan merasakan sesuatu yang aneh dengan rem mobilnya. Ia mencoba menginjak rem, tapi rem mobilnya tak berfungsi.

"Astagfirullah!" teriak Rifan, dengan suara yang panik.

Andita yang duduk di samping Rifan juga merasakan keanehan pada rem mobil. Ia merasa takut dan mencengkeram tangan Rifan.

"Rifan, ada apa?" tanya Andita, dengan suara yang gemetar.

Angelica yang duduk di kursi belakang juga merasakan keanehan pada rem mobil. Ia merasa takut dan menangis.

"papa, papa!" teriak Angelica, dengan suara yang penuh tangis.

Mobil Rifan semakin cepat melaju. Rifan mencoba menginjak rem, tapi rem mobilnya tak berfungsi. Ia mencoba menghindari mobil lain yang ada di depannya, tapi mobilnya semakin tak terkendali.

"Astagfirullah!" teriak Rifan, dengan suara yang panik.

Andita mencengkeram tangan Rifan dengan erat. Ia merasa takut dan menangis.

"Rifan, tolong!" teriak Andita, dengan suara yang gemetar.

Angelica yang duduk di kursi belakang juga menangis ketakutan. Ia memeluk boneka kesayangannya erat-erat.

"Papa, papa!" teriak Angelica, dengan suara yang penuh tangis.

Mobil Rifan kemudian oleng dan menabrak pohon besar di pinggir jalan. Mobil itu hancur berantakan.

"BRUK!"

Suara benturan yang keras menyentak para pengendara lain yang ada di jalan. Mereka segera berhenti dan mendekati mobil Rifan yang hancur berantakan.

Mereka terkejut melihat kondisi mobil Rifan yang sangat parah. Mereka takut mendekati mobil itu karena takut terjadi ledakan.

"Tolong panggil ambulance!" teriak salah seorang pengendara.

Seseorang segera menghubungi ambulance. Mereka berharap bahwa penumpang mobil itu masih hidup.

Namun, saat ambulance tiba dan petugas medis memeriksa penumpang mobil itu, ternyata Rifan, Andita, dan Angelica sudah meninggal dunia di tempat.

Para pengendara lain terdiam sejenak, merasakan kesedihan yang mendalam. Mereka tak percaya bahwa keluarga itu meninggal dunia dengan cara yang tragis seperti itu.

.flash back of

1
Anjar Sidik
keren kk 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!