Ayumi adalah gadis yatim piatu blasteran Jepang-Indonesia. Ayumi memiliki dua kakak laki-laki yang tidak beruntung dalam membangun mahligai rumah tangga. Kakaknya yang pertama bernama Tommy harus menjadi duda keren kehilangan istrinya yang seorang pramugari bernama Dena karena kecelakaan pesawat. Dari pernikahan mereka berdua, dikarunai anak perempuan bernama Hana. Sedangkan kakaknya yang nomor dua bernama Kenzi bercerai dengan istrinya karena kepergok selingkuh dengan rekan kerjanya.
Ayumi yang sejak usia 15 tahun tinggal bersama kedua kakaknya setelah orang tuanya meninggal karena covid berusaha mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya. Agar dirinya bisa hidup bebas tanpa harus mengurus rumah tangga dan keponakannya yang masih berumur 4 tahun.
Disini lah cerita dimulai. Suka duka Ayumi mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya mengalami banyak sekali rintangan. Bagaimana kisahnya yuk silahkan diikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewica Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Kencan Pertama Kenzi Dan Rania
Rania memarkir motornya setelah sampai di cafe. Dia melepas helmnya dan merapikan rambutnya.
Setelah itu Rania masuk kedalam cafe, kedua netranya menyapu sekeliling ruangan cafe, Kenzi belum datang, lalu dia berjalan menuju toilet untuk bercermin.
"Mumpung dia belum datang, bedakan dulu sama pake lipgloss biar wajah seger. " gumam Rania didalam toilet.
Tanpa bedak dan lipgloss aja Rania sudah terlihat cantik. Yah namanya cewek, gak afdol kalo gak memoles make up sedikit diwajah walaupun cuman pake bedak sama lipgloss.
Suara air jatuh.
Pesan WA dari Kenzi.
"Aku udah sampai."
Kenzi mengirim foto bahwa dia sudah berada di cafe dan duduk di meja kemarin Rania duduki.
"Oke, aku di toilet. Tunggu sebentar ya mas. "
Setelah mengirim balasan pesan whatsapp ke Kenzi, Rania membereskan bedak dan lipgloss nya lalu menyisir rambutnya sebentar.
"Duh kok jadi pingin buang air kecil. " tukas Rania lalu dia buru-buru masuk ke salah satu bilik toilet yang kosong.
Tuntas menunaikan hajatnya, Rania mencuci tangannya kembali dan inhale exhale, dia mantap keluar dari toilet untuk menemui Kenzi.
Kenzi tersenyum lebar melihat kedatangan Rania yang baru keluar dari toilet.
"Maaf ya mas nunggu lama." tukas Rania gak enak hati lalu duduk dihadapan Kenzi.
"Aku baru sepuluh menit disini. Oya aku udah pesan kan minum buat kamu. Aku pesan lemon tea, entah kamu suka apa gak? Aku haus soalnya, jadi sekalian aku pesan buat kamu. " ujar Kenzi tersenyum.
Cakepnyaaaa....
Eits konsentrasi Rania, jaga image.
"Terima kasih mas, saya suka kok lemon tea. " jawab Rania tersenyum berusaha menguasai dirinya.
"Ini menu makanannya, kamu pilih. " tukas Kenzi sambil menyerahkan buku menu kepada Rania.
"Mas Kenzi udah milih? " tanya Rania.
"Udah." jawab Kenzi singkat.
Rania tidak bertanya lagi, dia konsentrasi membaca deretan menu makanan yang tertulis dibuku menu.
Rania bingung mau pesan apa, pesan menu berat, malu sama Kenzi, apalagi masih sore...masa mau pesan makanan berat.
Mau tanya Kenzi dia pesan apa, kok gak etis. Galau kan jadinya Rania.
Rania curi-curi pandang melihat Kenzi yang mengusap tengkuknya dengan mengarahkan pandangannya ke kanan.
"Ya Allah nikmat Tuhan manakah yang kau dustai. Ini makhluk ciptaanMu ganteng banget ya Allah." Rania merasa jantungnya deg deg serrr...
"Saya pesan nasi goreng, lapar soalnya siang tadi gak sempat makan. " celetuk Kenzi seolah-olah paham Rania galau memilih menu makanan.
"Oya sudah saya juga pesan nasi goreng hehe..." tanpa pikir panjang Rania memesan menu yang sama.
Dia udah makan siang, tapi ususnya sepanjang ular naga, jadi kalo dia lagi nongkrong dicafe sering pesan menu nasi, kalo tak ada nasi, dia pesan camilan paling tidak tiga porsi.
Maruk apa doyan.
Kenzi tersenyum dan ketika pelayan cafe datang membawa pesanan minuman mereka, Kenzi langsung pesan dua porsi nasi goreng.
"Pesan dua nasi goreng seafood ya mas." ujar Kenzi.
"Baik kak." jawab pelayan cafe meninggalkan meja mereka berdua setelah menaruh dua gelas es lemon tea dimeja.
Rania tersenyum dan menyobek kertas yang membungkus sedotannya lalu menaruhnya didalam gelas. Rania gugup, blank, mau ngobrol apa dengan Kenzi.
Rania mengaduk minumannya supaya manisnya merata, begitu juga dengan Kenzi.
"Nia...! "
"Iya...! "
"Kamu mengajar apa di sekolah international itu? " tanya Kenzi basa basi.
"Bahasa Inggris mas. " jawab Rania.
"Bukannya sekolah itu mayoritas bule, pasti fasih bahasa Inggris dong? " tanya Kenzi.
"Gak semua mas, ada yang dari negara lain juga. Murid asal Indonesia juga ada. Tapi kadang aku juga mengajar bahasa Indonesia. " jawab Rania.
"Kamu suka dengan anak kecil? " tanya Kenzi.
"Suka, mengajar anak-anak lebih menyenangkan daripada mengajar remaja. Walaupun kadang ada kalanya suka rewel." jawab Rania tersenyum.
Kenzi tersenyum mendengar jawaban Rania dan matanya tetap menatap wajah Rania yang membuat Rania salah tingkah.
"Mas, ada sesuatu diwajah saya?" entah kenapa dia bertanya hal ini.
Jelas-jelas dia mengagumi kamu Rania.
Hati Rania mau ge er tapi diurungkan takutnya memang Kenzi tersenyum melihat ada sesuatu diwajahnya.
"Waktu kita bertemu pertama kali aku gak perhatian sama wajah kamu. Kamu cantik Rania."
What...!!!
Dia memujiku cantik, Rania seakan pingin koprol, loncat indah dan terjun kedalam kolam renang.
Ya Allah jantung Rania berdegup kencang. Dia gak lagi mimpi kak?
"Terima kasih mas. " jawab Rania.
Dan kamu tahu gak, kalo kamu juga cakep beud...
Ah tentu kalimat ini gak brani Rania ungkapkan secara langsung.
"Ehm mas Kenzi kerja dimana? " tanya Rania memberanikan diri.
"Aku punya perusahaan sendiri di bidang informasi teknologi." jawab Kenzi.
"Wah hebat mas, punya perusahaan sendiri." tukas Rania.
"Lebih hebat lagi kamu yang telaten mengajar anak-anak. Saya saja mungkin gak sanggup menghadapi anak-anak kecil kecuali keponakan saya sendiri." pungkas Kenzi.
"Punya keponakan berapa mas? " tanya Rania.
"Satu, perempuan. Untungnya dia anak yang penurut. Saya akui papanya hebat mendidik dia menjadi anak yang penurut." jawab Kenzi.
"Anak perempuan rata-rata mudah diatur dibanding anak laki-laki yang lebih agresif." jawab Rania.
"Ooo...begitu ya."
"Tapi...gak semua anak laki-laki agresif dan gak semua anak perempuan mudah diatur."
Kenzi manggut-manggut saja, dia baru ini berkencan dengan seorang guru. Selama ini dia berpacaran dengan perempuan yang berprofesi tidak jauh dari dunia entertainment dan model.
Itu karena Kenzi dulu sewaktu masih remaja sempat terjun didunia model lalu setelah lulus kuliah banting stir membuka usaha didunia informasi tehnologi. Uniknya dia bertemu dengan Vina justru karena perempuan itu datang ke kantor abangnya untuk minta tolong mendesign calon rumah yang akan dia bangun. Dan waktu itu Kenzi sedang mengupgrade software komputer abangnya.
Dulu Vina terlihat seperti wanita yang anggun dan membuat Kenzi jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak disangka, dia berani berselingkuh dengan mantan pacarnya.
Tak berapa lama, nasi goreng yang mereka berdua pesan diantar oleh pelayan cafe membuyarkan lamunan Kenzi.
"Terima kasih. " ucap Rania.
Sedangkan Kenzi hanya tersenyum kepada pelayan cafe perempuan yang mengantar pesanan mereka.
"Sama-sama." jawab pelayan cafe tersebut lalu meninggalkan meja mereka berdua.
Kenzi dan Rania menikmati hidangan mereka. Sesekali mereka mengobrol receh. Rania kadang tertawa kecil membuat Kenzi makin menyukai Rania. Gigi ginsul Rania yang nyelip digigi sebelah kanan membuat Rania terlihat manis jika tertawa.
"Nia, kamu pergi ketemu saya, gak ada yang marah kan? " tanya Kenzi.
Rania menggelengkan kepalanya. "Gak ada mas, saya single." jawab Rania dengan suara agak tercekat.
Ngenes...
"Kalo mas Kenzi? Single atau..." Nia sungkan melanjutkan omongannya.
"Duda...saya duda tanpa anak...Gak ada masalah kan Nia kalo saya duda? "
Kalo duren begini ya no problemo lah...
"Enggak...asal bukan milik orang lain." jawab Rania tersenyum.
"Kalo gitu boleh kita ketemu lagi untuk selanjutnya? " tanya Kenzi.
"Boleh... " jawab Rania serasa ingin mencabut semua bunga tulip di taman tantenya...
Bahagia rasanya ada laki-laki yang mengajak dirinya serius.
Mereka melanjutkan makan nasi gorengnya dan mengobrol hal lain. Obrolan receh tapi membuat hati mereka saling bertautan...
Eee...cie...cie...
Sementara itu dirumah keluarga Yoshikuzi, bel pintu berbunyi.
TING TONG
"Aku yang bukain bik. " seru Ayumi kepada bik Susi yang masih sibuk masak buat makan malam.
"Iya non." jawab bi Susi dari dapur.
Ayumi beranjak dari duduknya disofa ruang keluarga dan pergi menuju pintu utama untuk membuka pintu.
CEKLEK
"Halo Ayumi apa kabar?! "
Ayumi hanya terpaku bengong melihat tamu yang datang ke rumahnya.