NovelToon NovelToon
Married By Accident

Married By Accident

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Coffeeandwine

Riin tak pernah menyangka kesalahan fatal di tempat kerjanya akan membawanya ke dalam masalah yang lebih besar yang merugikan perusahaan. Ia pun dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kehilangan pekerjaannya, atau menerima tawaran pernikahan kontrak dari CEO dingin dan perfeksionis, Cho Jae Hyun.

Jae Hyun, pewaris perusahaan penerbitan ternama, tengah dikejar-kejar keluarganya untuk segera menikah. Alih-alih menerima perjodohan yang telah diatur, ia memutuskan untuk membuat kesepakatan dengan Riin. Dengan menikah secara kontrak, Jae Hyun bisa menghindari tekanan keluarganya, dan Riin dapat melunasi kesalahannya.

Namun, hidup bersama sebagai suami istri palsu tidaklah mudah. Perbedaan sifat mereka—Riin yang ceria dan ceroboh, serta Jae Hyun yang tegas dan penuh perhitungan—memicu konflik sekaligus momen-momen tak terduga. Tapi, ketika masa kontrak berakhir, apakah hubungan mereka akan tetap sekedar kesepakatan bisnis, atau ada sesuatu yang lebih dalam diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Coffeeandwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Should I Accept It? (2)

Ah Ri melangkah cepat ke ruangan Cho Jae Hyun dengan raut wajah yang diliputi kemarahan. Tumit sepatu hak tingginya beradu dengan lantai marmer koridor, menghasilkan suara yang menggema hingga menarik perhatian beberapa karyawan yang berlalu-lalang. Namun, Ah Ri tak memedulikannya. Sesampainya di depan pintu kayu dengan pelat nama yang bertuliskan "Cho Jae Hyun", ia membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu, sebuah tindakan yang jelas melanggar protokol.

"Hei, Cho Jae Hyun! Apa yang kau lakukan pada Riin hingga dia seperti itu?" serunya, tanpa basa-basi.

Ruangan Jae Hyun yang biasanya tenang mendadak dipenuhi dengan suara Ah Ri yang tajam. Jae Hyun yang sedang memeriksa dokumen, mengangkat pandangannya dengan perlahan. Pria itu mengenakan setelan jas hitam sempurna, dengan dasi berwarna biru tua yang terikat rapi. Wajahnya tetap tenang, meskipun kemarahan Ah Ri jelas terlihat.

"Pelankan suaramu, bagaimanapun juga aku bosmu di sini," ujar Jae Hyun dingin, suaranya datar namun penuh otoritas.

"Jelaskan lebih dulu, apa yang kau katakan pada Riin?" desak Ah Ri, tidak menggubris peringatannya.

Jae Hyun menghela napas, lalu berdiri dari kursinya. Ia berjalan mendekati jendela besar yang membentang dari lantai hingga langit-langit, memandang ke arah lalu lintas kota yang padat. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, dan ia tampak seperti sedang mempertimbangkan bagaimana menjelaskan situasinya.

"Aku memintanya menikah denganku. Secara kontrak, tentunya," jelas Jae Hyun akhirnya, dengan nada yang terdengar santai, seolah hal itu adalah keputusan yang sangat logis.

Ah Ri tertegun sejenak sebelum mendekat, berdiri hanya beberapa langkah dari Jae Hyun. Matanya melebar penuh keterkejutan dan kemarahan.

"Kau gila ya?!" bentaknya. "Aku memintamu mencari wanita untuk menyelamatkan reputasimu di depan keluargamu, tapi bukan berarti kau bisa menyeret Riin ke dalam situasi ini. Dia teman baikku! Dan kau hanya memanfaatkannya seperti ini?"

Jae Hyun menoleh, menatap Ah Ri dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mata tajamnya memancarkan ketenangan sekaligus determinasi.

"Ide itu muncul begitu saja," katanya pelan, namun setiap katanya terdengar tegas. "Saat masalah tadi terjadi, Eomma mengirim pesan tentang kesepakatan kami. Anggap saja ini solusi bersama. Aku terlepas dari perjodohan, dan gadis itu terlepas dari tanggung jawab kerugian perusahaan."

Ah Ri menggelengkan kepala dengan frustrasi. "Masalah perusahaan? Bukankah ada cara lain? Kau tidak semiskin itu hingga menuntut ganti rugi pada karyawan yang hanya membuat kesalahan kecil."

Jae Hyun mendengus kecil, kemudian mendekatkan dirinya pada Ah Ri hingga jarak mereka hanya beberapa langkah. Suaranya lebih rendah, namun mengandung nada peringatan.

"Dengar, bisnis tetaplah bisnis. Sebuah kesalahan, sekecil apa pun, harus dipertanggungjawabkan. Jika aku membiarkan ini, apa kau pikir karyawan lain tidak akan mulai ceroboh?"

"Tapi aku tidak ingin kau memanfaatkan temanku!" balas Ah Ri dengan tegas.

Jae Hyun menyilangkan tangan di depan dada, menatap Ah Ri tanpa berkedip. "Lalu kau lebih suka melihat temanmu kehilangan pekerjaan dan terlilit hutang? Aku memberinya solusi. Ini lebih baik dibandingkan opsi lainnya."

"Tapi pernikahan?" Ah Ri menatapnya tidak percaya. "Itu terlalu jauh! Kau tahu pernikahan bukan sesuatu yang bisa dilakukan sembarangan, meskipun hanya kontrak. Itu akan mengubah hidup Riin!"

Jae Hyun terdiam sejenak, lalu dengan suara yang lebih tenang namun tetap tegas, ia berkata, "Aku sudah mempertimbangkan ini, Ah Ri. Kau tenang saja. Jika dia setuju, aku akan memperlakukannya dengan baik. Aku tidak akan melukai perasaan temanmu."

Ah Ri masih memandangnya dengan sorot mata tajam. Ia tahu Jae Hyun sering kali dingin dan pragmatis, tapi kali ini ia merasa pria itu telah melangkah terlalu jauh.

"Kau benar-benar tidak mengerti, ya?" ucap Ah Ri dengan nada lelah. "Jika dia setuju, itu bukan karena dia ingin. Tapi karena kau tidak memberinya pilihan lain. Dan itu, Cho Jae Hyun, adalah tindakan yang egois."

Jae Hyun tidak menjawab. Ia kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela, kali ini pandangannya tampak sedikit lebih suram, seperti ada sesuatu yang mengguncang keyakinannya.

"Aku akan memastikan dia tidak merasa terpaksa," katanya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

***

Di apartemen yang hening, hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar. Ah Ri berdiri di depan pintu kamar Riin, mengetuk dengan ragu. Ia menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata, "Riin~a, bisa kita bicara sebentar?"

Butuh beberapa saat hingga suara langkah kaki terdengar mendekat. Ketika pintu terbuka, wajah Riin tampak jelas di bawah pancaran lampu. Matanya sembab, jejak tangis masih tersisa di pipinya, dan sorot matanya terlihat redup. "Masuklah," ucapnya pelan, suaranya nyaris tenggelam dalam keheningan.

Ah Ri mengikuti langkah Riin masuk ke dalam kamar yang terasa suram. Tirai jendela tertutup rapat, menyisakan ruangan yang diterangi lampu meja redup. Riin duduk di tepi ranjang dengan bahu tertunduk, sementara Ah Ri menarik kursi kecil di sebelahnya. Mereka terdiam sejenak, hanya terdengar napas pelan dari kedua gadis itu.

Ah Ri akhirnya memecah keheningan, "Aku sudah mendengar semuanya dari Jae Hyun." Nada suaranya lembut namun tegas, mencoba membuka percakapan tanpa menambah tekanan pada sahabatnya.

Riin menoleh cepat, matanya melebar. "Dia jujur padamu soal ide pernikahan kontrak itu?" tanyanya, suaranya tercekat antara kaget dan ragu. Ah Ri mengangguk kecil, ekspresinya serius.

Riin menunduk lagi, menggigit bibir bawahnya seolah menahan sesuatu. "Ah Ri~ya, maafkan aku. Aku tidak ada niatan sedikit pun untuk mencuri perhatiannya atau menggantikan posisimu," katanya dengan suara yang bergetar.

Ah Ri mengerutkan kening, kebingungan. "Kau bicara apa? Apa maksudmu dengan menggantikan posisiku?" tanyanya, jelas tidak mengerti arah pembicaraan Riin.

Riin menarik napas panjang sebelum menjawab. "Sebenarnya... aku sempat mendengar pernyataan cinta Jae Hyun padamu di kantor." kalimat itu meluncur dengan berat, seolah ia mengungkapkan sesuatu yang sudah lama dipendam.

Mendengar penjelasan itu, Ah Ri justru tertawa terbahak. Tawanya memenuhi ruangan, membuat Riin menatapnya kebingungan. "Maaf... maaf," ucap Ah Ri di sela tawanya, "tidak seharusnya aku tertawa di saat seperti ini. Tapi... kau benar-benar salah paham, Riin."

"Apa maksudmu?" tanya Riin, semakin bingung.

Ah Ri menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya. "Kau pasti tidak mendengar kelanjutan obrolan kami, kan?"

Riin menggeleng pelan. "Tidak. Aku rasa tidak sopan jika mendengarnya lebih lanjut."

Ah Ri tersenyum kecil, matanya memandang lembut ke arah sahabatnya. "Pantas saja kau jadi salah paham. Aku dan Jae Hyun tidak memiliki hubungan apapun, apalagi seperti yang kau pikirkan. Soal pernyataan cinta itu, kurang lebih sama dengan yang terjadi pada dirimu saat ini."

Riin menatap Ah Ri dengan ekspresi tak percaya. "Apa maksudmu?"

Ah Ri menghela napas sebelum menjelaskan. "Saat itu, Jae Hyun memintaku menjadi kekasihnya karena ingin menghindari perjodohan yang direncanakan orang tuanya. Tapi tentu saja aku menolak. Aku menyukai pria lain, dan Jae Hyun bukan tipeku. Kami sudah saling mengenal terlalu lama, bahkan seperti saudara."

Mendengar penjelasan itu, entah mengapa Riin merasa lega. Perasaan bersalah yang menggumpal di dadanya mulai menguap sedikit demi sedikit. "Apa kalian sudah mengenal sejak lama? Kulihat kau cukup berani membalas setiap ucapannya," ujar Riin, kali ini dengan nada yang lebih santai.

"Iya, kami mengenal sejak masa kuliah. Banyak hal tentang Jae Hyun yang aku tahu, itu sebabnya aku tidak pernah memiliki perasaan apapun terhadapnya," jawab Ah Ri dengan santai. "Riin~a, karena aku sangat mengenal Jae Hyun, aku cukup berani menyarankan padamu untuk menerima pernikahan kontrak itu."

Riin menatap Ah Ri dengan ekspresi terkejut. "Apa Jae Hyun yang memintamu untuk membujukku?"

"Bukan," jawab Ah Ri cepat. "Tadinya aku juga mengajukan protes padanya. Tapi setelah memikirkan situasimu saat ini, aku rasa ini solusi terbaik. Kau baru saja memulai karirmu, dan kesempatan untuk menjadi penulis ada di depan mata. Sayang sekali jika kau harus kehilangan semua itu. Dan yang lebih buruk lagi, kau harus membayar ganti rugi yang besar."

Riin menunduk, merenungi kata-kata Ah Ri. "Ini benar-benar sulit," ucapnya akhirnya. "Baik itu pekerjaan maupun pernikahan... tak pernah sekalipun kubayangkan akan terjadi dengan cara seperti ini."

Ah Ri menggenggam tangan Riin erat, mencoba memberikan kekuatan. "Aku tahu ini tidak mudah. Tapi setidaknya pria itu adalah Jae Hyun. Meskipun tampilan luarnya sangat dingin dan terkesan menyebalkan, dia sebenarnya pria yang sangat baik. Dia memiliki sisi yang lebih hangat daripada yang kau bayangkan. Aku bisa menjamin hal itu."

Riin menatap Ah Ri dengan ragu, hatinya masih diliputi kebimbangan. "Apa menurutmu ini benar-benar keputusan yang tepat?"

Ah Ri mengangguk mantap. "Demi masa depanmu, Riin~a, aku yakin ini langkah yang tidak akan kau sesali. Tapi pada akhirnya, keputusan ada di tanganmu. Apapun yang kau pilih, aku akan selalu mendukungmu."

Kamar itu kembali hening. Di luar, hujan mulai turun perlahan, suara tetesan air yang menghantam kaca jendela menjadi melodi yang menggambarkan kekacauan batin Riin. Ia tahu waktu terus berjalan, dan dua hari yang diberikan Jae Hyun akan segera habis. Namun, hatinya masih terombang-ambing di antara keputusan yang harus diambil dan konsekuensi yang menunggu di depan.

"Kau tahu, Ah Ri~ya," ucap Riin tiba-tiba, suaranya sedikit bergetar, "aku selalu memimpikan pernikahan sebagai momen yang penuh cinta dan kebahagiaan. Bukan seperti ini, sebuah kesepakatan yang terasa begitu dingin dan penuh kompromi."

Ah Ri tersenyum tipis, matanya menatap Riin dengan penuh empati. "Aku mengerti. Tapi mungkin ini adalah jalan yang harus kau tempuh untuk sementara. Tidak semua mimpi bisa dimulai dengan sempurna. Kadang, kita harus melewati jalan berliku untuk mencapai apa yang benar-benar kita inginkan."

Riin mendesah panjang. Kata-kata Ah Ri terasa menenangkan, meskipun hatinya masih berat. Ia tahu bahwa apa yang dikatakan sahabatnya ada benarnya. Jika ia menyerah sekarang, semua yang ia perjuangkan akan hilang begitu saja. Namun, menerima tawaran Jae Hyun berarti melibatkan dirinya dalam sesuatu yang asing dan tak terduga. "Aku butuh waktu untuk memikirkannya," gumamnya akhirnya.

Ah Ri mengangguk, memahami kebimbangan Riin. "Ambillah waktu sebanyak yang kau butuhkan. Tapi jangan terlalu lama, ya. Jae Hyun mungkin tidak sabar menunggu," candanya, mencoba meringankan suasana. Namun, di balik candaan itu, ada kekhawatiran yang tersimpan dalam hatinya.

Di luar, hujan semakin deras, menggema di seluruh apartemen. Cahaya kilat sesekali menerangi langit malam, memberikan suasana yang dramatis pada momen tersebut. Riin duduk diam di tepi ranjang, memandangi jendela yang tertutup tirai. Dalam hatinya, ia tahu bahwa apa pun keputusan yang ia buat, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

***

1
Kyurincho
Recommended
Coffeeandwine
Bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!