NovelToon NovelToon
About Rain And You

About Rain And You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Putri

Hujan deras di tengah malam menyatukan langkah dua orang asing, Dasha dan Gavin di bawah payung yang sama. Keduanya terjebak di sebuah kafe kecil, berbagi cerita yang tak pernah mereka bayangkan akan mengubah hidup masing-masing.

Namun hubungan mereka diuji ketika masa lalu Gavin yang kelam kembali menghantui, dan rahasia besar yang disimpan Dasha mulai terkuak. Saat kepercayaan mulai retak, keduanya harus memilih menghadapi kenyataan bersama atau menyerah pada luka lama yang terus menghantui.

Mampukah Dasha dan Gavin melawan badai yang mengancam hubungan mereka? Ataukah hujan hanya akan menjadi saksi bisu sebuah perpisahan?

Sebuah kisah penuh emosi, pengorbanan, dan perjuangan cinta di tengah derasnya hujan. Jangan lewatkan perjalanan mereka yang menggetarkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Setelah minggu yang penuh kesibukan, Gavin dan Dasha merasa bahwa mereka membutuhkan waktu untuk bersantai bersama. Ketika akhir pekan tiba, mereka memutuskan untuk meninggalkan rutinitas sehari-hari dan menikmati waktu berkualitas sebagai keluarga.

"Bagaimana kalau kita piknik di taman besok?" usul Dasha dengan senyum lebar. "Nathan pasti senang bisa bermain di luar."

Gavin, yang setuju dengan ide itu, langsung mulai merencanakan hari mereka. "Aku setuju. Kita bawa makanan favorit kita, dan aku akan pastikan semuanya sudah siap. Taman itu pasti akan menyenangkan."

Pagi hari, setelah sarapan bersama, mereka mulai menyiapkan segala yang diperlukan. Dasha memilih beberapa hidangan sederhana yang mudah dibawa, seperti sandwich, buah segar, dan beberapa kue kecil. Gavin membawa tikar piknik besar dan beberapa permainan untuk Nathan, seperti bola, layangan dan lainnya

Mereka bertiga berangkat menuju taman yang terletak tidak jauh dari rumah. Nathan yang duduk di kursi belakang mobil tidak sabar, sesekali berteriak kegirangan setiap kali melihat pohon dan bunga yang mereka lewati. "Ayah, Bunda, kita sudah hampir sampai!" teriak Nathan, matanya berbinar-binar.

Sesampainya di taman, mereka memilih tempat di bawah pohon besar yang rindang, tempat yang teduh dan nyaman untuk bersantai. Gavin langsung membuka tikar piknik, sementara Dasha menata makanan yang sudah mereka bawa. Nathan segera berlari ke area terbuka, bermain dengan bola yang dibawa oleh Gavin.

Sambil menikmati makanan, Gavin dan Dasha saling bercerita tentang berbagai hal dari pekerjaan hingga impian mereka ke depan. "Aku senang bisa menghabiskan waktu seperti ini," kata Gavin, sambil menikmati sandwich yang disiapkan Dasha. "Kita perlu lebih banyak waktu seperti ini, untuk beristirahat dan menikmati kebersamaan."

Dasha mengangguk, matanya memandang Nathan yang sedang berlari-lari dengan riang. "Aku setuju. Terkadang, kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lupa bahwa kebahagiaan sejati ada dalam momen-momen kecil seperti ini."

Nathan datang mendekat dengan senyum lebar. "Bunda, Ayah, aku menang!" katanya bangga. "Lihat, aku bisa lempar bola jauh!"

Dasha tertawa dan memeluk Nathan. "Hebat sekali, sayang!" katanya, lalu menoleh ke Gavin. "Dia benar-benar tumbuh cepat, ya?"

Gavin tersenyum, merasakan kebahagiaan yang sederhana namun mendalam. "Iya, kita semua tumbuh, baik sebagai keluarga maupun sebagai individu."

Setelah makan, mereka berbaring di tikar piknik, menikmati udara segar dan suara alam sekitar. Nathan masih sibuk bermain, tetapi kali ini ia duduk di dekat mereka, menggambar sesuatu di atas tanah dengan stik.

Gavin memandang Dasha dengan penuh kasih. "Aku merasa sangat beruntung memiliki kamu dan Nathan dalam hidupku. Hari seperti ini membuat aku lebih menyadari betapa berharganya waktu bersama keluarga."

Dasha tersenyum, mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Gavin. "Aku juga merasa begitu. Aku tak pernah membayangkan bisa memiliki kehidupan seperti ini dikelilingi oleh orang-orang yang aku cintai."

Mereka saling berbagi senyuman penuh cinta, merasa bahwa meskipun hidup tak selalu sempurna, saat-saat seperti inilah yang membuat semuanya berarti.

Hari itu, mereka menghabiskan waktu dengan berbagai aktivitas sederhana: berjalan-jalan di taman, bermain basket, dan duduk santai sambil menikmati suasana. Nathan tidak berhenti berlari dan tertawa, sementara Gavin dan Dasha saling berbicara tentang rencana masa depan mereka.

"Bagaimana kalau kita lakukan ini lebih sering?" tanya Dasha, memandang Gavin dengan senyum hangat.

Gavin memandangnya dengan penuh cinta. "Aku setuju. Ini adalah cara terbaik untuk mengingatkan kita tentang apa yang benar-benar penting keluarga dan kebersamaan."

Matahari mulai terbenam, memberi nuansa keemasan di seluruh taman. Mereka semua duduk di atas tikar, menikmati pemandangan dan suara alam. Nathan yang sudah mulai lelah duduk di pangkuan Dasha, dan mereka bertiga menikmati detik-detik terakhir dari hari yang penuh kebahagiaan itu.

"Terima kasih sudah membuat hari ini begitu spesial," kata Gavin, memeluk Dasha dan Nathan.

"Semua ini karena kita, Gavin," jawab Dasha, menyandarkan kepala di bahu Gavin. "Karena kita bersama."

Hari itu berakhir dengan penuh kebahagiaan, dan mereka kembali pulang dengan hati yang penuh kenangan indah kenangan tentang sebuah hari yang sederhana, namun sangat berharga bagi mereka.

.

.

.

.

.

Nathan baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-4, dan meskipun ia masih tampak kecil, ada perubahan besar yang tampak dalam dirinya. Pagi itu, Dasha dan Gavin duduk di meja makan, mengamati Nathan yang sedang sibuk bermain dengan mainan edukatifnya. Namun, Dasha dan Gavin bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dari Nathan hari itu.

"Sayang, kamu tahu kan, usia kamu sudah 4 tahun?" tanya Dasha dengan penuh perhatian.

Nathan menoleh ke arah ibunya dengan mata berbinar. "Iya, Bunda. Sekarang aku bisa sekolah, kan?" jawabnya dengan percaya diri.

Gavin yang mendengarnya tersenyum. Ia mengusap kepala Nathan dengan lembut. "Tentu saja, sayang. Kamu sudah besar, dan sekolah itu seru loh. Kamu akan belajar banyak hal baru."

Dasha mengangguk setuju. "Sekolah itu tempat yang menyenangkan, penuh teman baru dan aktivitas seru. Bunda dan Ayah juga senang bisa melihatmu tumbuh besar dan siap memulai perjalanan baru."

Nathan tampak sangat antusias. Sejak beberapa minggu terakhir, ia sering berbicara tentang sekolah. Dasha dan Gavin sudah mulai berbicara dengannya tentang pentingnya pendidikan dan bagaimana sekolah bisa membantunya berkembang, belajar hal-hal baru, serta bertemu teman-teman sebaya.

Hari berikutnya, Dasha dan Gavin memutuskan untuk mengunjungi beberapa sekolah prasekolah di dekat rumah mereka. Mereka ingin mencari tempat yang tepat untuk Nathan, yang tidak hanya nyaman, tetapi juga memberikan pendidikan yang baik. Dasha mencari sekolah dengan kurikulum yang seimbang antara pembelajaran dan aktivitas kreatif, sementara Gavin lebih fokus pada lingkungan sosial dan fasilitas yang ada.

Di sekolah pertama yang mereka kunjungi, mereka melihat ruang kelas yang terang dan penuh warna. Anak-anak sedang bermain di area luar ruangan, berlari-lari dengan ceria. Nathan, yang sangat tertarik, ikut bergabung dengan anak-anak lain untuk bermain bola di lapangan.

"Ayah, Bunda, lihat! Mereka bermain bola!" seru Nathan dengan riang.

Gavin tertawa. "Iya, sayang. Nanti kamu juga bisa bermain dengan teman-teman di sini."

Di sekolah kedua, mereka melihat lebih banyak aktivitas seni dan kerajinan tangan. Dasha merasa senang dengan pendekatan yang lebih kreatif dan santai di sekolah ini. "Ini bagus, Nathan pasti suka menggambar dan membuat hal-hal baru," katanya sambil memandang Gavin.

Setelah beberapa sekolah yang mereka kunjungi, mereka akhirnya menemukan satu sekolah yang dirasa tepat untuk Nathan sekolah yang seimbang antara pendidikan dan aktivitas bermain, dengan fasilitas yang mendukung perkembangan anak-anak di segala aspek.

Hari pertama Nathan di sekolah tiba. Dasha dan Gavin membangunkan Nathan lebih awal, mempersiapkan pakaian yang telah mereka pilih untuknya. Nathan mengenakan seragam sekolah yang baru dibeli, dan ia tampak sangat bersemangat meskipun sedikit cemas.

"Aku akan sekolah, Bunda! Aku mau belajar banyak hal!" katanya dengan senyum lebar, meski masih tampak sedikit ragu.

Dasha membantunya menata rambut dan memberinya tas sekolah yang penuh dengan perlengkapan baru. "Kamu pasti bisa, sayang. Bunda dan Ayah akan selalu mendukungmu," ucap Dasha dengan lembut, mencoba menenangkan Nathan.

Gavin menyentuh bahu Nathan dengan penuh kasih. "Ingat, ya, nak, sekolah itu tempat yang menyenangkan. Di sana banyak teman dan banyak hal seru yang bisa kamu pelajari."

Sesampainya di sekolah, Nathan terlihat sedikit canggung. Namun begitu ia melihat anak-anak lain yang sedang bermain dan berbicara dengan guru-guru yang ramah, cemasnya mulai menghilang. "Bunda, Ayah, aku mau main!" teriak Nathan gembira, melambaikan tangan kepada orang tuanya.

Dasha dan Gavin tersenyum lega melihat antusiasme Nathan. Mereka mengantarkannya ke ruang kelas, tempatnya bertemu dengan guru yang akan mengajarinya. "Selamat belajar, sayang," kata Gavin, mencium pipi Nathan.

"Jangan lupa pulang tepat waktu, ya!" tambah Dasha.

Hari-hari pertama Nathan di sekolah penuh dengan kegiatan menyenangkan. Ia belajar mengenal angka, huruf, dan warna, serta berpartisipasi dalam berbagai permainan yang mengasah kemampuan sosialnya. Setiap kali pulang, Nathan dengan semangat menceritakan apa yang dia pelajari.

"Ke sekolah seru banget, Bunda! Aku belajar nyanyi lagu baru, dan aku punya teman baru! Namanya Arka. Kita main bola bersama," ceritanya penuh semangat.

Dasha mendengarkan dengan antusias. "Wah, hebat sekali! Senang ya bisa punya teman baru. Apa lagi yang kamu pelajari, sayang?"

Nathan berpikir sejenak. "Aku juga belajar tentang hewan-hewan. Ada yang namanya zebra! Itu hewan belang hitam putih." Nathan terlihat bangga dengan pengetahuan barunya.

Gavin dan Dasha merasa senang melihat perkembangan Nathan yang semakin pesat. Meskipun ada hari-hari di mana Nathan sedikit rindu rumah, mereka selalu memastikan untuk memberinya dukungan dan semangat agar ia merasa nyaman dan bahagia di sekolah.

1
Jihan Hwang
hai aku mampir...masih nyimak, mampir juga yuk dikarya ku/Smile/
polarbear
Terimakasih sudah membaca novel saya semoga suka ya temen-temen 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!