Malam itu petir mengaum keras di langit, suara gemuruhnya bergema. Angin mengamuk, langit menangis, meneteskan air dengan deras. Alam seolah memberi pertanda, akan datang suatu bencana yang mengancam sebuah keluarga.
Clara seorang ibu beranak satu menjadi korban ghibah dan fitnah. Sampai mati pun Clara akan ingat pelaku yang sudah melecehkannya.
Akankah kebenaran akan terungkap?
Siapa dalang di balik tragedi berdarah ini?
Ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Teror Pocong
Sungguh menakjubkan, Bobby benar-benar kembali kepada Aya. Bahkan Bobby sekarang lebih betah tinggal di rumah. Aya terus mengirimkan sejumlah uang kepada nenek tua. Dan nenek tua juga menjalankan tugasnya dengan terus memberikan air mineral kepada Aya. Air mineral itu kemudian diminumkan kepada Bobby.
Aya kali ini meminta nenek tua itu untuk menteror pelakor yang sudah merusak rumah tangganya. Aya mengirimkan foto bagian belakang wanita itu. Dan tidak main-main Aya mentransfer sejumlah nominal yang begitu menggiurkan. Tentu saja demi uang, nenek itu rela melakukan apa saja. Dan si nenek tidak ingin kehilangan klien tetapnya yang tajir melintir.
Malam ini malam jum'at. Ellie sendirian di rumah peristirahatan yang diberikan Bobby dekat pantai. Ellie meminta Bobby malam ini datang menemuinya. Ellie meminta kejelasan hubungan mereka.
Ellie berdandan sangat cantik, tidak lupa menyemprotkan aroma pemikat dari nenek tua agar Bobby kembali terpikat. Ellie juga menyiapkan aneka kue dan cemilan untuk menyambut Bobby.
Bunyi deburan ombak memecah batu karang. Angin mulai bertiup kencang. Hujan pun turun dengan lebatnya. Petir dan kilat saling bersahutan. Ellie gelisah, Bobby tidak kunjung datang. Sekelebat bayangan hitam melintas di belakang. Ellie mengintip dari tirai jendela, berharap Bobby datang.
Terdengar bunyi langkah sepatu. Ellie tersenyum berlari menuju pintu. Ketukan beberapa kali terdengar. Ellie membukakan pintu.
"Sayang, akhirnya kamu datang," Ellie memeluk Bobby yang bajunya sedikit basah.
Bobby hanya tersenyum. Ellie menarik tangan Bobby masuk ke dalam rumah. Ellie meninggalkan Bobby sebentar, menyiapkan makan malam untuk Bobby.
"Sayang, makan malam sudah siap," Ellie ke ruang tamu mencari Bobby. Bobby menghilang.
Ellie melihat ada percikan air di lantai. Ellie mengikuti dan percikan air itu berakhir di depan pintu kamar. Ellie perlahan membuka pintu kamar.
KREEEEK!
Bobby duduk di ujung kanan tempat tidur memandangi hujan dari balik jendela. Ellie tersenyum menghampiri.
"Sayang, makan malam sudah siap," kata Ellie.
Tiba-tiba saja petir menyambar. Dari balik kaca jendela Ellie melihat pantulan bayangan pocong. Ellie merasakan dingin di bagian lehernya dan bulu romanya merinding.
"Sayang," Ellie kembali memanggil Bobby.
Bobby berdiri dan berbalik badan menghadap Ellie. Lampu di kamar Ellie mendadak mati. Dalam hitungan detik, lampu kembali menyala. Ellie menjerit ketakutan, Bobby berubah menjadi pocong gosong mengerikan.
Ellie berlari menuju pintu depan, Ellie berniat meninggalkan rumah. Tapi setelah melihat puluhan pocong mengepung rumahnya, Ellie kembali masuk. Ellie bersembunyi di samping lemari besar.
Lemari besar tepat di samping Ellie bergetar. Terdengar suara pintu lemari membuka dan menutup dengan sendirinya.
KRIET!
KRIET!
Ellie memberanikan diri mengintip ke balik pintu. Ellie terperanjat, dari dalam lemari keluar pocong kecil yang berlompatan. Pocong kecil itu menangis, suaranya memekakkan telinga.
"AAAAAAAA!"
Ellie berlari masuk ke dalam kamarnya. Ellie menutup rapat pintu kamar dan menguncinya. Ellie merasakan hembusan napas dari arah belakangnya.
"Tinggalkan dia. Jangan lagi kamu mendekatinya. Bobby sudah punya keluarga. Jika kamu masih nekat, kamu tidak akan pernah selamat. Kami akan selalu datang menghantui mu!"
Suara wanita itu kemudian menghilang. Ellie mengatur irama jantungnya. Rasa takut, kaget campur jadi satu. Ellie perlahan membalikkan badannya.
"HAAAAAAAAAAAA!"
Wajah Ellie dan sosok wanita berwajah hancur itu saling berhadapan. Hidung mereka bersentuhan. Wanita itu terkikik menyeramkan.
Ellie berbalik berusaha membuka pintu kamar yang tiba-tiba saja terkunci. Ellie dalam keadaan panik. Ellie mendengar ada suara tulang patah.
"KREK!"
Ellie penasaran apa yang terjadi. Ellie perlahan menolehkan kepalanya ke belakang. Ellie melihat kedua kaki sosok wanita itu terpelintir ke belakang. Telapak kaki yang harusnya berada di depan, berputar ke belakang. Ke dua tumitnya berada di sisi depan.
"AAAAAAAAAAA!"
Ellie ketakutan setengah mati. Sosok wanita itu kembali terkikik. Suara tertawa melengkingnya menggelegar ke seluruh rumah.
Ellie terus berusaha mendobrak pintu kamarnya. Ellie berhasil membuka pintu kamar. Ellie harus keluar dari rumah itu. Ellie menerobos pagar pocong yang mengelilingi rumahnya. Dipikiran Ellie saat ini, dia harus bisa melarikan diri dan terbebas dari setan-setan yang bergentayangan.
Ellie masuk ke dalam mobilnya. Ellie menghidupkan starter. Entah mengapa mobil Ellie mati. Ellie memukul keras setirnya.
"Pake acara mati segala sih!"
Wajah Ellie nampak pucat, keringat dingin membasahi. Puluhan pocong itu kembali berloncatan menghampiri mobil Ellie. Mereka membungkuk membenturkan kepalanya ke mobil Elllie. Dengan tangan gemetar, Ellie menghubungi Ibunya.
Sementara itu, nenek tua yang sedang melakukan ritual terganggu dengan bunyi telepon Ellie. Nenek itu mengabaikan panggilan Ellie, tapi Ellie terus saja menghubunginya tanpa henti. Akhirnya nenek tua mengangkat telepon Ellie.
"Hallo,"
"Ibu, tolong. Ellie diteror puluhan pocong. Tolooooooong!" teriak Ellie.
"Pocong?" tanpa sengaja nenek tua menancapkan jarum di leher wanita yang ada di foto itu.
"AAAAGGGGHHHHHH! Bu, leher Ellie tertusuk sesuatu, sakiiiiiit! rintih Ellie.
Mata si nenek tua tertuju kepada foto yang ada di depannya. Nenek segera mencabut jarum yang ada di foto itu.
"Bagaimana rupa pocong itu?" tanya nenek.
"Bu, namanya pocong ya serem lah. Bu tolooooong setan wanita berkaki patah muncul lagi!" kembali Ellie berteriak.
Nenek terperanjat, nenek kembali memandangi foto yang dikirim kliennya. Nenek terus memperhatikan. Apa foto ini adalah foto Ellie. Nenek langsung memanggil kembali setan-setan yang dikirimnya kembali ke rumahnya.
"Kamu di mana? Apakah pocong itu masih ada di sana?" terdengar lagi suara nenek dari balik telepon.
"Mereka semua menghilang, Ellie mau pulang sekarang," Ellie menstarter mobilnya.
Mobil Ellie hidup kembali. Tanpa ragu, Ellie ngebut meninggalkan rumah peristirahatan.
BRAAAKKKK!
Ellie menabrak seseorang yang tiba-tiba menyebrang jalan. Ellie keluar dari mobil. Ellie mencari orang itu. Ellie mencek sampai ke bawah mobilnya, orang itu menghilang. Ellie kembali masuk ke dalam mobil. Ellie segera meninggalkan tempat itu. Ellie menangis, hari ini Ellie ingin segera bertemu dengan ibunya. Ellie ingin terbebas dari teror setan yang menghantuinya.
"Halo sahabat ku, sudah lama ya kita tidak bertemu,"
Ellie melirik ke samping kiri. Ellie melihat Clara duduk manis di mobilnya. Mobil Ellie mulai tidak terkendali.
"Hei, hati-hati bawa mobilnya. Apa kamu sudah tidak sabar ingin bersamaku? Bersama-sama seperti dulu, sahabat ku." Clara tersenyum menyeringai ke arah Ellie.
"AAAAAAAAAA!"
Ellie ngebut di jalan raya. Ellie sengaja meliuk-liukkan jalan mobilnya. Ellie berharap Clara akan menghilang. Tapi Clara malah semakin cekikikan.
"Katakan! Kenapa kamu membunuh ku! Apa salah dan dosa ku! Aku sudah membantumu menutup aib mu!" Clara merubah wajahnya dengan tampilan terakhir hidupnya.
Ellie kembali melirik ke arah Clara. Wajah Clara melepuh, bola matanya hampir keluar dari kelopaknya. Bau gosong yang menyengat. Ellie tidak tahan, Ellie membuka kaca mobilnya. Dan tiba-tiba saja dari arah depan, sebuah mobil melaju dengan kencang. Cahaya lampunya menyilaukan mata. Ellie tidak bisa mengendalikan laju mobilnya.
"AAAAAAAAAA!"
BRAAAKKKKKK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...