DIBUANG ANAKNYA, DIKEJAR-KEJAR AYAHNYA?
Bella tak menyangka akan dikhianati kekasihnya yaitu Gabriel Costa tapi justru Louis Costa, ayah dari Gabriel yang seorang mafia malah menyukai Bella.
Apakah Bella bisa keluar dari gairah Louis yang jauh lebih tua darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Louis menarik Bella dengan lembut dan membimbingnya untuk duduk di tepi ranjang. Wajah Bella tampak lelah, dan sudut bibirnya mulai membiru lalu bekas pukulan Gabriel tadi masih terasa perih. Tanpa berkata banyak, Louis mengambil kotak P3K yang ada di lemari samping dan kembali ke Bella.
"Duduk diam," perintah Louis sambil membuka kotak obat.
Bella menurut, duduk diam meskipun tubuhnya sedikit gemetar. Ketika Louis mulai membersihkan luka di sudut bibirnya dengan kapas yang dibasahi antiseptik, Bella meringis.
"Sakit?" tanya Louis sambil menatapnya dengan serius.
"Ya... sedikit," jawab Bella pelan, menahan rasa nyeri yang menusuk.
"Aku akan berhati-hati," katanya pelan, sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
Bella hanya bisa menatap Louis, melihat sisi lain dari pria yang biasanya dingin dan mengendalikan segalanya. Kali ini, ada kelembutan dalam caranya merawat luka-luka kecil itu.
Setelah selesai, Louis menyimpan kembali kotak obat itu dan duduk di hadapan Bella.
"Dengar! Setelah kejadian tadi, kamu harus lebih berhati-hati," kata Louis.
"Apa maksudmu?" tanya Bella.
"Gabriel pasti akan mengadu ke mamanya dan kamu tahu, mamanya tidak akan tinggal diam."
"Ibunya Gabriel?"
Louis mengangguk. "Dia bukan orang yang mudah dihadapi dan jika Gabriel sudah melibatkan ibunya, ini bisa jadi masalah besar."
"Kenapa semua ini harus terjadi? Aku bahkan tidak ingin berada dalam situasi ini," kata Bella.
"Karena kamu berada di tengah permainan kami, dan mereka tidak akan segan-segan menyeretmu lebih jauh," ujar Louis.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?"
Louis menatapnya dalam-dalam. "Tetap di sini, di rumah ini. Jangan ke mana-mana tanpa izinku. Aku akan mengurus semuanya."
"Kamu yakin bisa mengurus semuanya? Ini masalah keluarga kalian."
"Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu. Selama kamu di bawah kendaliku, tidak ada yang bisa menyakitimu lagi."
"Kamu yakin Gabriel akan menyerah begitu saja?" tanya Gabriel.
"Dia tidak akan menyerah, tapi dia tahu batasannya. Begitu juga dengan ibunya."
"Baiklah, aku akan mencoba mengikuti apa yang kamu katakan," ucap Bella.
"Percayalah padaku. Aku tidak akan membiarkan mereka menang," kata Louis.
Setelah beberapa saat berlalu, Bella menatap Louis yang masih duduk di depannya. Rasa penasaran akhirnya memuncak di dalam dirinya. Dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Louis tiba-tiba muncul di rumah, padahal sebelumnya dia sudah berpamitan untuk pergi.
"Louis, tadi kamu bilang akan pergi, tapi kenapa tiba-tiba kamu datang? Bagaimana kamu bisa tahu bahwa Gabriel ada di sini?" tanya Bella.
"Aku selalu tahu apa yang terjadi di rumahku walaupun rumahku banyak," jawab Louis.
"Maksudmu?"
Louis menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak, lalu dia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan perlahan menuju jendela.
"Aku punya cara sendiri untuk memastikan kamu aman."
"Kamu memata-mataiku?" tanya Bella.
Louis berbalik, menatap Bella dengan tatapan serius.
"Aku tidak menyebutnya memata-mataimu. Aku menyebutnya memastikan kamu aman. Gabriel itu tidak bisa ditebak, dan aku tahu dia masih punya masalah yang belum selesai denganmu."
"Aku tidak bisa hidup jika setiap langkahku harus diawasi," kata Bella.
Louis berjalan mendekat, lalu duduk di samping Bella di tepi ranjang.
"Aku melakukan ini karena aku tahu bahayanya. Kamu lihat sendiri apa yang terjadi hari ini. Jika aku tidak datang, siapa yang tahu apa yang akan dilakukan Gabriel padamu apalagi aku hanya menghukumnya satu hari saja," ucap Louis.
Bella terdiam, tidak bisa membantah kata-kata Louis. Dia tahu ada kebenaran dalam ucapannya, tapi perasaan terkurung dalam pengawasan Louis juga membuatnya gelisah.
"Bagaimana kamu bisa tahu Gabriel di sini?" tanya Bella lagi, masih penasaran.
"Aku punya orang yang memberitahuku jika ada hal yang tidak beres. Ketika aku meninggalkan rumah tadi, seseorang melihat Gabriel masuk. Aku kembali secepat mungkin."
"Jadi kamu tahu tentang Gabriel dan kamu kembali hanya untukku?"
Louis mengangguk pelan. "Ya. Untuk memastikan kamu tidak terluka."
Bella terdiam, merasakan sesuatu yang hangat di dalam hatinya, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan kebingungan.
"Louis... terima kasih," ucapnya pelan,
Louis hanya mengangguk. "Aku akan selalu ada saat kamu butuh, Bella."
***
Keesokan harinya.
Bella berdiri di depan pintu rumah mewah Louis. Hari ini, dia akan kembali ke kampus tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Sopir pribadi yang baru disewa Louis sudah siap di depan rumah dengan mobil mewah yang mengkilap. Bella dengan pakaian, tas, dan sepatu yang serba mahal, merasa seperti orang asing di tubuhnya sendiri.
Sopir membuka pintu mobil untuknya.
"Siap, Nona?"
Bella mengangguk pelan mencoba menenangkan hatinya yang berdebar. Dia masuk ke dalam mobil, dan beberapa menit kemudian, mereka melaju menuju kampus. Selama perjalanan, Bella hanya memandang keluar jendela, berusaha membayangkan reaksi teman-temannya saat melihatnya turun dari mobil mewah ini.
Setibanya di kampus, mobil itu berhenti tepat di depan gerbang. Sopir segera keluar dan membukakan pintu untuk Bella, seolah-olah dia adalah orang penting. Bella melangkah turun, dan seketika, suasana di sekelilingnya berubah.
Semua orang yang ada di sekitar gerbang kampus langsung memandang ke arahnya. Bisik-bisik mulai terdengar di antara mahasiswa yang berkumpul. Beberapa di antaranya bahkan berhenti berjalan, menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Eh, itu Bella, kan?" bisik seorang mahasiswa di dekatnya.
"Ya ampun, dia pakai mobil mewah sekarang?"
"Dan lihat bajunya, tasnya, itu semua barang mahal," sahut yang lain, suaranya dipenuhi nada iri.
Bella terus berjalan dengan tenang, meski dalam hatinya dia merasa tidak nyaman dengan semua perhatian ini. Setiap langkahnya terasa berat, seolah tatapan orang-orang itu menambah beban di pundaknya.
"Dia pasti punya sugar daddy," gumam seorang gadis dengan nada sinis di belakangnya.
"Jelas, nggak mungkin dia tiba-tiba punya uang sebanyak itu," timpal yang lain.
Bella bisa mendengar semua bisikan itu, meskipun mereka mencoba melirihkannya. Kata-kata seperti "simpanannya" dan "menjual diri" mulai terdengar semakin jelas di telinganya, seolah berputar-putar di sekelilingnya. Hatinya mulai terasa panas.
Saat mencapai gedung kelas, Bella melihat beberapa teman kampusnya berdiri di sana. Mereka menatapnya dengan tatapan aneh. Salah satu dari mereka yaitu Lily angsung menghampirinya.
"Bella? Ini kamu? Apa aku sedang bermimpi?" tanya Lily dengan nada tidak percaya, matanya memindai dari atas ke bawah, memperhatikan pakaian dan aksesoris Bella.
Bella tersenyum kaku. "Ya, ini aku. Kenapa?"
"Kamu... darimana kamu dapat semua ini? Mobil, baju, tas? Kau nggak seperti Bella yang dulu."
Bella menahan napas, merasa seperti terpojok. "Hanya sedikit keberuntungan," jawabnya.
"Apa ini ada hubungannya dengan rumor yang aku dengar? Tentang sugar daddy?"
Bella merasa dadanya sesak mendengar kata itu. Dia ingin menjelaskan, ingin membela diri, tapi apa yang bisa dia katakan? Semua ini memang berkat Louis, tapi bukan seperti yang mereka pikirkan.
Dia hanya tersenyum tipis, tidak ingin memperpanjang masalah. "Terserah kamu aja mau menganggap seperti apa."
Bella merasa ada sepasang mata yang memperhatikannya dengan tajam dari kejauhan. Ketika dia mengangkat wajahnya, dia melihat Alice menatapnya dengan penuh kebencian.
Tatapan Alice begitu dingin. Dengan langkah cepat, Alice berjalan mendekat, dan Bella bisa merasakan ketegangan di udara.
"Bella!" seru Alice.
"Apa yang kamu mau, Alice?"
Tanpa peringatan, Alice mendorong Bella dengan kasar, membuat Bella sedikit terhuyung. Beberapa orang di sekitar mereka berhenti berjalan dan mulai memperhatikan.
"Kamu pikir kamu bisa datang ke sini dengan pakaian mewah, mobil mahal, dan semua barang-barang itu? Jangan-jangan semua barang yang kamu pakai itu KW, ya? Atau dari pria tua kaya raya? " ejek Alice.
"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan. Jangan cari masalah!" jawab Bella.
"Oh, aku tahu betul apa yang kamu lakukan. Kamu menjual dirimu, kan? Kamu pikir dengan begitu semua orang di kampus ini akan kagum padamu?"