Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19 : Zea Cemburu
Olivia sudah menelepon Murni. Olivia sudah menceritakan kepada Murni kalau Zea dan Zio setuju menuruti permintaan Kakek Adi. Mendengar semua itu, Murni sangat senang. Olivia juga memberitahu Murni kalau malam ini Zea dan Zio akan bermalam di kediaman Ray. Murni tidak keberatan.
Siang hari, tepatnya pukul dua belas siang, Rangga dan Olivia berangkat ke Prancis, dengan menggunakan pesawat pribadi keluarga Ray. Mereka berdua memang selalu sibuk semenjak kakek Ray memutuskan pensiun dari perusahaan. Jadi malam ini kakek Ray hanya ditemani Zea dan Zio di rumah.
Walau tidak sering, Zea sudah pernah beberapa kali ke rumah Zio, dia sudah tau kalau kediaman Ray sangat mewah dan disana memiliki banyak pelayan.
"Kok Lo mau tinggal di rumah gue yang biasa-biasa aja dan gak ada pelayannya?" tanya Zea pada Zio. Mereka berdua sedang duduk di pinggir kolam renang. Terlihat beberapa pembantu sedang membersihkan areal kolam renang.
"Menurut Lo?" tanya Zio balik.
"Kok Lo nanya balik, kan yang nanya duluan gue?" ulang Zea.
"Lo sekarang istri gue, ya gue harus menyesuaikan kehidupan Lo. Lagian gue gak butuh pelayan, kan ada Lo yang bisa nyiapin baju buat gue, kasih gue makan, dan lain-lain."
"Sialan Lo. Berarti pelayan Lo di rumah gue itu gue dong?"
Zio tertawa. "Itu Lo ya yang bilang bukan gue. Lagian antara suami istri gak ada kata pelayan, yang ada pengabdian."
"Sok keren Lo," ucap Zea lagi.
"Gue emang keren dari lagi," sahut Zio, membanggakan dirinya sendiri. "Zea, Lo suka berenang?" tanya Zio.
"Gue gak bisa berenang, gue takut belajar berenang."
"Ya udah, gue berenang sendirian aja kalau gitu. Kolam renang itu kedangkalan tengahnya 2,5 meter, sementara tinggi badan Lo cuma 1,6 meter. Jangan coba-coba ke situ kalau Lo belum bisa berenang."
"Iya, iya, berenang saja kalau Lo mau berenang," jawab Zea.
Melihat majikan mereka yang mengobrol santai tapi seperti mau bertengkar, beberapa pelayan yang melihat geleng-geleng kepala bahkan ada yang berbisik-bisik.
"Tuh cewek beruntung banget sih jadi istri Tuan Muda Zio. Muka pas-pasan gitu, cantikan juga gue," kata pelayan muda itu berbisik pelan pada temannya, dia iri.
"Menurut aku istri Tuan Muda cantik kok, pakaiannya sopan. Di rumah masih berhijab, dikamar saja baru lepas hijab, jarang ada perempuan begitu. Busana hijabnya juga longgar dan tidak ketat. Lekuk tubuhnya tidak kelihatan. Biasanya gaya hijab perempuan zaman sekarang kebanyakan lekukan dadanya terlihat. Pakai celana panjang tapi ketat. Pokoknya gaya berpakaian Nona Zea bagus banget," puji teman pelayan itu, yang lebih tua dan senior.
"Kamu menyindir aku karena sering pakai baju ketat tapi berjilbab?"
"Aduh, Noni, kita tidak bisa dibandingkan dengan Nona Zea. Takdir dia beda. Sopan santun kita juga beda. Secara materi, lebih kaya Nona Zea dari kamu. Udah ah, aku tidak mau menggosip lagi. Nanti malah dengki." Minah pun pergi dari sana, karena pekerjaannya sudah selesai.
Byur
Zio menceburkan dirinya ke kolam renang. Di tengah hari yang panas ini, dia lebih suka berenang. Zio terlihat tampan saat berenang di air. Rambutnya yang basah, tubuhnya yang atletis, membuat Zio terlihat seksi. Semetara pelayan yang bernama Noni itu melihat Zio dengan tatapan kagum. Tatapan itu tak sengaja tertangkap mata Zea.
"Gue pikir yang kerja di sini cuma yang tua. Yang muda juga ada. Apa dia seumuran sama gue dan Zio?" kesal Zea.
"Dasar mata jelalatan, ngeliat suami gue segitunya banget. Awas aja!" Zea kemudian berdiri, berjalan menghampiri Noni di ujung sana.
Noni tidak sadar didatangi Oleh Zea karena perhatiannya masih fokus melihat Zio di air. Noni tersenyum.
"Lo suka sama suami gue?" tanya Zea.
Suara Zea membuyarkan fokus Noni, dia pun terkejut.
"Nona Zea?" jawab Noni terbata-bata.
"Ngapain senyum-senyum gitu ngeliat suami orang?" tegur Zea.
"Ma-maaf Nona." Noni menunduk. Walau dia iri pada Zea, tapi dia hanya pelayan dan dia tidak berani melawan, dia masih memerlukan pekerjaan ini.
"Sana pergi! Awas kalau diulangi lagi!" usir Zea.
"Ba-baik Nona," jawab Noni, kemudian langsung pergi.
"Berapa banyak sih pelayan muda di rumah ini? Gak di rumah gak di sekolah, kok bisa-bisanya semua naksir Zio," kesel Zea.
"Bentar! Kok gue jadi gini? Gak ada urusannya juga sama gue. Mau dia ditaksir ribuan cewek pun, itu bukan urusan gue. Kok gue jadi sensian gini? Kaya emak-emak yang gak suka suaminya ditaksir emak-emak lagi. Aduh, ada yang gak beres nih sama otak gue. Sadar Zea, sadar, jangan melangkah jauh. Lo dan Zio bukan suami istri beneran," kata Zea pada dirinya sendiri. Zea pun pergi dari sana, meninggalkan Zio sendirian, pergi ke kamar, untuk menstabilkan perasaannya.
"Zea mau ke mana? Tega banget ninggalin gue sendirian di sini," ucap Zio. Melihat Zea pergi, Zio pun berenang ke pinggir untuk menyudahi aktivitas renangnya.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....