Nakki hanyalah gadis kecil yang lugu, kesehariannya hanya bermain, siapa sangka ia dinikahkan dengan Jendral karena janji kakeknya dan kakek Sang Jendral, sebelum meninggal menulis wasiat, agar Manik menikahi Nakki kelak di kemudian hari.
Jendral yang patuh pada kakek nya dan juga sangat sibuk dengan urusannya bersama raja, tidak punya banyak waktu untuk berfikir langsung menikahi Nakki tanpa melihat wajah gadis itu lebih dulu.
Sayangnya, Jendral meninggalkan istri mudanya untuk waktu yang lama, bersama istrinya yang dipenuhi rasa cemburu, hingga membawa kesulitan bagi Nakki yang tidak memahami apa kesalahannya.
Di dera banyak ujian bersama istri pertama dan kedua Jendral Manik, Nakki kabur dan pulang ke kebun peninggalan kakeknya, sebuah konspirasi jahat membuat Nakki terjatuh ke jurang, lalu muncul sinar terang dari langit menyambar tubuhnya, tubuhnya hanya luka ringan, bahkan memiliki kekuatan setelahnya membuat dirinya jenius dalam berbagai hal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Nafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama Terluka
Malam gelap menjadi saksi sepasang muda mudi yang saling berbagi rasa sayang dan keinginan menggebu dan menuntut hingga mencapai kenikmatan yang tak terlukiskan.
Saat kenikmatan itu berujung peluh dan lelah mereka terbuai dalam mimpi dengan saling mendekap.
Mia yang pertama tersadar di gelap buta itu, rasa malu tiba-tiba menderanya, ia merasakan sesuatu membentur kepalanya memberinya kesadaran.
Sungguh memalukan, pria yang semula sangat ingin dibencinya, bahkan keinginan membalas dendam kepadanya ternyata malah tak sanggup ditolaknya.
Mia bangkit perlahan, meraih bajunya dalam diam, memakainya dengan sangat pelan berharap pria itu tidak terbangun dan kembali melihat tubuhnya yang polos. Ia sungguh merasa sangat bodoh dan memalukan.
Hujan masih menyisakan gerimis yang cukup menimbulkan keinginan untuk tetap bergelung dalam lelap, namun Mia memilih menerobos hujan itu, berjalan cepat, tujuannya tidak jelas namun ia merasa harus segera pergi dari sana, ia tak sanggup untuk bertatap muka dengan pria yang tidak tahu kalau mereka telah menjadi suami istri.
Sesungguhnya beberapa orang pengawal rahasia sang Jendral berada dalam jarak yang cukup jauh dari dangau pinggir sawah.
Ketika melakukan pengejaran terhadap pemanah itu, beberapa orang berpencar untuk melindungi Jendral, sisanya terus memburu si pemanah misterius.
Prajurit rahasia yang mengikuti Jendral berhasil melihat dari kejauhan gadis penari itu membawa Jendral ke suatu tempat sepi di pinggir sawah sebelum akhirnya pandangan mereka terhalang hujan lebat.
Mereka memilih berteduh di bawah pohon-pohon sambil memperhatikan sekeliling bila ada gerakan mencurigakan.
Hingga larut malam hujan tidak juga reda, para prajurit setia itupun beristirahat dengan cara bergantian dan saling memberi isyarat karena tempat mereka yang menyebar.
Prajurit itu merupakan Prajurit pilihan yang memiliki integritas dan kesetiaan terhadap Jendral yang sangat tinggi.
Mereka tidak akan meninggalkan Jendral dalam keadaan genting atau situasi sangat berbahaya, termasuk untuk keselamatan sang Jendral.
Tentang gadis penari itu, mereka telah tahu sebelumnya perihal hadiah dari raja Dron, juga tentang usaha gadis itu untuk melarikan diri dan pertemuan tak terduga kembali dengan Jendral.
Kebanyakan mereka percaya, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan melainkan semua berjalan sesuai takdir dan usaha masing-masing.
Karena mereka orang-orang yang terbiasa melihat dan mengamati sesuatu secara rahasia dan penuh ketelitian.
Karena itulah mereka tidak menghalangi gadis itu membawa Jendral dan memilih menyingkir dan memberi kesempatan bagi Jendral dan gadis itu menyelesaikan urusan mereka.
Namun dini hari buta, mereka terbuai dengan curah hujan yang awet sepanjang malam menimbulkan keengganan untuk membuka mata hingga mereka lengah dan tidak melihat kepergian gadis itu meninggalkan Jendral mereka.
Subuh hari saat matahari belum lagi muncul dari perasaannya, Jendral yang terlelap sangat nyenyak, entah mengapa percintaan yang pertama kali dengan gadis pujaan hatinya itu membuat rasa damai dan tenang dihati hingga membawanya ke alam mimpi.
Dalam mimpinya gadis itu menyambut ukuran tangannya dan mereka berlarian di taman, bahkan Mia memeluknya manja, namun kemudian gadis itu berpaling dan pergi meninggalkannya dengan satu kata yang membuatnya terbangun dengan sekali sentakan.
"Aku pergi Jendral, aku sakit hati, kau meninggalkan ku." Dan Jendral pun segera bangkit dari tidurnya.
Jendral termangu, dirinya sendirian, ia ingin buru-buru bangkit ketika menyadari Mia sudah pergi, ia akan mencari gadis itu.
Namun menyadari kondisi tubuhnya, pria itu segera merapikan dirinya, keadaan itu mengingatkannya akan peristiwa semalam kala ia telah menodai gadis itu, ia sangat yakin gadis itu masih suci.
Timbul rasa sedih, mengapa gadis itu meninggalkan dirinya, bukankah kejadian semalam harusnya membuat gadis itu berfikir untuk tetap berada di sisi Jendral.
Jendral bukan seorang pria yang tidak bertanggungjawab, dengan apa yang mereka perbuat akan membuatnya mempertahankan gadis itu dan akan melindunginya mulai sekarang.
Terlebih, kemarin seseorang mencoba mencelakai Mia, Jendral sangat yakin, panah itu bukan untuk dirinya tapi ditujukan untuk Mia.
Kini Jendral merasa beban fikirannya bertambah, Kata-kata Mia dalam mimpi, sudah diucapkannya kemarin, seakan ia menyimpan dendam dan kemarahan pada dirinya.
"Ada apa dengannya, apa mereka atau kerabat gadis itu pernah bermasalah dengannya hingga gadis itu ingin membalas dendam?"
"Dan siapa orang yang ingin mencelakai gadis itu? " Sungguh Jendral dipenuhi tanda tanya dibenaknya.
Duduk terpekur di pinggir dangau, Jendral menantikan kedatangan Prajurit pilihannya, ia tahu mereka tersebar diluar sana tidak jauh dari tempatnya.
Benar saja, beberapa saat kemudian, nampak dari berbagai arah muncul Prajurit berpakaian hitam-hitam datang mendekat ke tempat Jendral.
"Bagaimana kondisi lengan anda Jendral?" Ringgu sebagai kepala Prajurit dan sahabat Jendral menghampiri Jendral dan duduk didekat pria dengan tatapan kelam dengan mata coklat terang yang menghipnotis itu.
"Lengan ku sudah baik-baik saja seperti kau lihat, hatiku ini yang sedang buruk, hatiku terluka". Keluh Jendral yang cukup mengagetkan, pasalnya sekian lama bersama Jendral, pria itu cenderung diam, kecuali pemikiran dan stateginya yang selalu brilian.
Untuk urusan pribadinya, Jendral tidak berbagi dengan siapapun, hingga Ringgu pun tidak akan berani berbicara jika tidak dimintai pendapat oleh Jendral.
"Apakah anda sedang ingin bercanda denganku Jendral?" Bisik Ringgu pelan.
"Tidak, aku serius, kau lihat, Lagi-lagi gadis itu meninggalkanku dengan terburu-buru, apa aku menyeramkan menurutmu?" Jendral melirik Ringgu dan mengangkat sebelah alis tebalnya.
Ringgu ingin terbahak-bahak, namun ia sangat menghormati atasannya yang memiliki usia tidak jauh berbeda dengan dirinya, maka ia memilih berbicara serius mengikuti suasana hati atasannya.
"Tentu saja itu tidak benar Jendral, anda sangat menarik, kalau aku seorang gadis, akupun akan jatuh hati padamu." Jawab Ringgu jujur, tatapan matanya dibuat-buat untuk menggoda Jendral yang sedang kecewa.
Namun sayang ucapannya, tidak sesuai keinginan hati Jendral Manik, satu pelototan tajam ditujukan padanya.
"Awas kalau kau macam-macam, ku pindahkan ke tempat jauh." Ancam Manik.
"Ayolah Jendral, aku hanya ingin menghiburmu." Ringgu memberi alasan.
"Hemmmh...." Jendral Manik menjawab dengan deheman.
"Aku rasa gadis itu membutuhkan waktu Jendral, anda lihat, tampaknya ia seorang gadis lugu, ia gadis yang belum tersentuh seorang pria. " Tutur Ringgu.
"Oh... rupanya kau diam-diam mengamati gadis itu." Terdengar nada tidak suka dalam ucapan Jendral Manik.
"Bukan begitu, Jeni sempat menceritakan sedikit perihal temannya". Ringgu menggaruk kepalanya, Jendral cemburu rupanya.
"Wow... satu kejutan. Pria muda yang sudah memiliki tiga istri, namun Ringgu tahu betul, wanita-wanita itu hadir tanpa sempat dikenalnya lebih dekat, ditambah kesibukannya yang sangat banyak.
Jendral bahkan lebih memilih memberikan waktu bagi anak buahnya untuk berlibur jika sedang tidak bertugas, Jendral sendiri jarang bersenang-senang.
Baru kali ini dilihat dan didengarnya Jendral tertarik mengetahui lebih jauh tentang seorang gadis dan menaruh hati padanya.
"Aku perintahkan kau mengirimkan beberapa anggota rahasiaku untuk menyelidiki apakah gadis itu kembali ke rombongannya dan terus mengikuti dan melindunginya." Jendral Manik menegaskan.
"Siap Jendral". Jawab Ringgu dengan menegakkan badan.
"Bagaimana pemanah itu, kalian berhasil melacaknya?$ Jendral Manik mengubah topiknya.
"Pemanah itu berhasil kabur Jendral, namun seorang anak buahku berhasil melukai lengan kirinya, jika ia seseorang yang dikirimkan oleh orang di sekitar keluarga Jendral, maka orang-orang kita akan menemukannya nanti." Ringgu merasa yakin.
"Baiklah, aku percayakan padamu, sekarang kita kembali ke markas di perbatasan". Jendral Manik memutuskan pembicaraan.