Darra Smith adalah seorang anak yatim piatu yang menikah muda dengan suaminya Raynard Walt. Di tahun kedua pernikahannya, semuanya berubah. Mertua dan kakak iparnya kerap ikut campur dengan rumah tangganya. Di tambah perusahaan yang dibangun suaminya mengalami masalah keuangan dan terancam bangkrut. Situasi kacau tersebut membuat Raynard selalu melampiaskan kemarahannya kepada Darra. Ditambah lagi Darra tak kunjung hamil membuat Raynard murka dan menganggap Darra adalah pembawa sial.
"Aku sudah tidak sanggup hidup denganmu, Darra. Aku ingin bercerai!"
Kalimat itu seperti suara gelegar petir menghantam Darra.
Setelah kejadian pertengkaran hebat itu, kehidupan Darra berubah. Bagaimana kisah selanjutnya
ikuti terus ya....
Happy Reading 😊😊😊
Update hanya hari senin sampai jumat 😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ani.hendra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERLALU SAKIT
💌 POSESIF SETELAH BERCERAI 💌
🍀 HAPPY READING 🍀
.
.
Darra tersenyum saat melihat seorang wanita berdiri menyambutnya. Terakhir kali ia datang ke kantor ini, sekretaris cantik itu belum ada.
"Kemana Felix?" Darra mencari asisten suaminya.
Sekretaris cantik bernama itu tersenyum dan berdiri menyambutnya dengan ramah. Ia menundukkan kepalanya untuk memberi hormat.
"Selamat pagi!" Sapa Darra dengan ekspresi datar.
"Selamat siang, bu." Jawab gadis itu memberi sapaan sopan.
"Saya ingin bertemu pak direktur." Ucap Darra to the point.
"Maaf, sebelumnya saya ingin tahu anda siapa, bu?"
"Aku istri pak direktur." Ucapnya datar dan dingin.
Mata gadis itu terbelalak panik. Reflek ia membungkukkan badannya. "Maafkan saya bu, saya benar-benar minta maaf. Saya baru satu minggu bekerja di sini. Saya benar-benar tidak tahu anda adalah istri dari pak direktur. Saya minta maaf bu." ucapnya terus membungkuk.
Darra tersenyum simpul menatap ke arah sekretaris cantik itu. "Tidak apa-apa. Apa pak direktur ada?" tanya Darra lagi.
"Maaf sebelumnya ibu, pak direktur ada tamu dan beliau berpesan tidak bisa diganggu."
"Mungkin jika istrinya sendiri yang menganggu, mungkin tidak masalah. Ada hal penting yang aku bicarakan dengan pak direktur, Jennie." Darra tersenyum lagi sambil membaca tag nama yang digantung di leher sekertaris cantik itu.
"Tapi bu?"
"Tidak apa-apa, bisakah kau membeli sesuatu untukku sekretaris Jennie?"
"Tentu saja bisa bu."
"Di dekat kantor ini ada sebuah cafe. Kebetulan sekali aku belum sarapan. Kau bisa belikan tiga paket makanan untuk kita makan pagi ini. Untuk pak direktur, aku dan untuk sarapan pagimu."
"Ah..Baik bu."
Darra membuka tasnya dan memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Jennie. "Ambil ini, jangan lupa belikan minumannya juga ya." Kata Darra tersenyum lembut.
"Baik, bu. Kalau begitu saya tinggal dulu." katanya pamit undur diri.
"Terima kasih sekertaris Jennie." ucap Darra tersenyum anggun, Ia membiarkan Jennie pergi dari sana.
Ruangan itu pun seketika berubah hening, sangat hening. Hanya ada Darra di sana. Matanya kembali melihat ke arah pintu. Wajahnya dingin dan kaku. Ia melangkah pelan mendekati pintu itu. Darra sudah memegang kenop pintu. Dengan tarikan napas singkat, Ia perlahan-lahan membukanya. Daun pintu sudah terbuka, Darra mendorongnya ke arah dalam dan melangkah masuk...
DEG...
DEG...
DEG...!
Jantung Darra semakin terpompa berdetak lebih kencang, darahnya seperti mengalir cepat hingga membuatnya panas dingin. Ia semakin sulit bernapas. Darra mendengar jelas suara desahan napas yang berkejar-kejaran dari arah kamar mandi. Napasnya berembus cepat tidak beraturan. Ia diam membeku di depan pintu kamar mandi. Matanya seketika berkaca-kaca.
Desahan itu semakin jelas dan nyata. Mereka saling mengucapkan cinta dengan raungan penuh kenikmatan, membuat telinganya panas. Darra memejamkan matanya, menarik napasnya dalam-dalam sambil memegang dada. Ia semakin tidak tahan dengan semua ini. Suara desahan itu semakin membuatnya geram. Sungguh Darra berharap ini hanyalah mimpi. Tangannya gemetar karena menahan emosi yang bercampur aduk. Ia tidak siap, sungguh Darra tidak bisa melihat adegan itu. Tarikan napasnya panjangnya seakan tak mampu melewati hidung lagi. Wajahnya memerah dan meremas tangannya erat-erat. Tak tahan dengan segala emosi yang bergejolak. Ia berjalan untuk memegang kenop pintu dan...
BRAKKKKKK!
Darra membanting pintu itu dengan kuat. Sontak membuat Ray dan Helena terkejut. Pakaian mereka masih lengkap. Hanya celana panjang Ray yang melorot ke bawah. Posisi bercinta mereka ala doggy di sana. Membuat dada Darra begitu sakit dan sesak. Wanita itu dengan cepat menaikkan kembali bagian dalamnya dan merapikan roknya. Sementara Mata Ray membulat sempurna, mulutnya ikut terbuka. Ia begitu panik dan tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Jantung Darra masih terpukul kencang, air matanya terjatuh begitu saja. Ia pun sadar, kalau debaran ini bukan lagi karena gugup, bukan karena debaran jantung cinta, bukan karena takut, tapi ini sakit. Begitu jelas mencengkram dadanya.
"Aaargggggg..." Darra berteriak histeris untuk meluapkan segala amarahnya. Ia memukul dada Ray begitu kuat. Matanya berkilat penuh emosi. Wajahnya memerah karena tidak sanggup lagi.
"Kau brengsek Ray. Kau Lelaki tidak punya malu. Aahhhhhh....." Darra terus memukul dada Ray begitu kuat sampai membuat Ray mundur ke belakang. Dengan napas pendek-pendek Darra melanjutkan kalimatnya. "Apakah karena wanita ini kau tidak pernah pulang ke rumah? Apakah karena wanita ini kau tidak lagi menyentuhku?"
"........" Ray masih terdiam.
"Kau menyakiti hatiku, kau lelaki yang tidak punya hati. Kau tega!" Teriak Darra dengan emosi jiwa.
"Aku melakukan itu karena aku mencintainya."
Deg!
Lagi-lagi dada Darra terhantam saat mendengar perkataan Ray. "Apa?" ucapnya pelan hampir tak terdengar. Bibirnya gemetar.
"Aku sudah muak dengan sikapmu yang tak pernah berubah itu. Penampilanmu membuatku jijik untuk menyentuhmu. Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Kita bercerai!"
Darra seperti tidak memijak bumi lagi. Hatinya begitu sakit. "Kau tidak mencintaiku lagi?" Ucap Darra dengan senyuman pedih. lengkungannya begitu menyedihkan. Kedipannya begitu dalam dan memilukan.
"Iya, aku ingin kita mengakhiri pernikahan ini." ucap Ray datar, tanpa memikirkan perasaan Darra.
"Apakah karena dia?" Jari telunjuknya mengarah kepada wanita itu. "Aku bisa membunuhnya sekarang, jika benalu ini yang merusak rumah tangga kita." tatapannya yang begitu tajam beralih memandang ke arah wanita yang terlihat santai sedang menyisir rambutnya dengan jari tangannya. Ia bahkan tidak ada rasa malu.
"Aku bukan benalu seperti yang kau katakan. Kau dengar sendiri, Ray mencintaiku dan dia muak dengan pernikahan tanpa cinta. Kau lihat sendiri penampilanku jauh lebih cantik dibandingkan kau."
Darra menurunkan pandangannya ke bawah sejenak. Berusaha bersikap tenang. Walau dadanya saat ini terbakar. Darra tersenyum sinis. "Aku bisa maklum itu, jika perusak rumah tangga orang, biasanya senang memuji dirinya sendiri. Kau terlalu bangga dan tertawa kepada dirimu yang rendahan itu."
"Jangan mengatainya seperti itu...."
Tiba-tiba tawa Helena menggema di sana. Sampai membuat Ray tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Kami saling mencintai, kami bisa saling memuaskan dan kami saling membutuhkan. Aku rasa itu cukup untuk membuka matamu."
"Dasar wanita tidak punya malu." Emosi Darra kali ini benar-benar tersulut. "Mulutmu memang harus di cuci pake racun ya. Agar kau sadar siapa dirimu." Kata Darra dengan nada geram. Darra mengambil wadah air dan menyiramnya ke tubuh Helena.
Dengan cepat Ray berdiri menghadang istrinya. "Jika terjadi sesuatu kepada Helena, aku tidak akan memaafkanmu." Ray memberi ancaman.
Darra mengalihkan pandangannya, ia menatap Ray dengan tajam. Kemarahannya semakin memuncak saat suaminya menghalanginya. "Sekarang minggir atau tanganmu aku patahkan! " sengit Darra menatap tajam. Terlihat jelas kilatan kemarahan di wajah Darra. Istri yang biasanya pendiam dan selalu menerima perlakuan tidak baik mertua dan kakak iparnya, kini taringnya benar-benar keluar.
"Cih..kau pikir aku takut?" Helena maju dan maju untuk mendorong tubuh Darra hingga tubuhnya terdorong ke dinding.
"Sekarang kau pergi dari sini." Ucap Ray kepada istrinya. Saat mendengar itu, Darra langsung menarik rambut Helena dengan kuat dan begitu lama.
"Aahhhhh.... sayang aku di sakiti." Erang wanita itu kesakitan. Ia berusaha menarik rambut Darra juga. Kepala keduanya saling beradu, tak menyisakan jarak di antara tubuh mereka.
Mendengar rintihan wanita itu, Darra bertambah marah, tangan yang konsisten ia terus menarik rambut Helena.
"Cukup! Jangan sakiti dia." Teriak Ray dengan suara keras.
Saat mendengar itu, tangan Darra reflek terlepas. Napasnya memburu di sana. tatapannya menatap ke arah Ray. Sementara wanita memegang bagian kepalanya yang begitu sakit. Ia ikut mengatur napasnya di sana.
"Dia menyakitiku sayang." Rengek wanita itu dengan derai air mata. Tangisannya jelas-jelas seperti di buat-buat.
"Apa yang sakit?" Kata Ray menyentuh bagian kepala wanitanya tanpa perduli ada istrinya di sana.
Tubuh Darra diam membeku di sana. Tatapannya berubah kosong. Ia melihat jelas, jika Ray sama sekali tidak perduli dengannya. Ia melangkah menghadap ke arah suaminya dan......
BERSAMBUNG.....
^_^
Tolong dukung ya my readers tersayang. Ini Novel ke sepuluh aku 😍
Salam sehat selalu, dari author yang cantik buat my readers yang paling cantik.
^_^
orang kl dah move on dia akn biasa saja, tp kl lihat sikap dara dah tau dara blm move on, mending Dave cari yg lain saja lah, Dara blm selesai dng hatinya, drpd sakit nnti.
Dara biar jd istri ke dua ray kn masih cinta. kl dah gk cinta pasti akn biasa saja dan dng elegant melawan ray. 🤣
kurang /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/