NovelToon NovelToon
TUMBAL RUMAH SAKIT

TUMBAL RUMAH SAKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pita Selina

Sebuah pembangun rumah sakit besar dibangun depan rumah Gea, Via dan Radit. Tiga orang sahabat yang kini baru saja menyelesaikan sekolah Menengah Kejuruan. Dalam upaya mencari pekerjaan, tak disangka akhirnya mereka bekerja di rumah sakit itu.

Sayangnya, banyak hal yang mengganjal di dalamnya yang membuat Gea, Via dan Radit sangat penasaran.

Apakah yang terjadi? Rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan para author? Penuh ketegangan. Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pita Selina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hilang Kendali

"Cepatlah, kau harus berada di depan," ucap Via pada Radit.

"Memangnya tidak bisa kalau kita menyimpan piringnya esok pagi saja?" tanya Radit.

"Lalu? Lihatlah tanganmu. Tanganmu penuh dengan bumbu, apakah kau akan tidur dengan tangan kotor seperti itu?" tegasku. "Cepatlah! Kau seorang laki-laki. Tidak sepatutnya kau penakut. Ayolah, kau yang harus berjalan lebih dulu."

"Tidak. Kali ini, kuputuskan akan menjadi boti saja." Radit kembali berjalan ke belakang tubuh Via.

Tak segan-segan Via langsung memukul punggungnya. Bumbu rendang mengenai baju putihnya sehingga bertapak cap lima jari.

"Cepatlah! Kau yang paling depan!"

Radit tetap fokus pada bajunya yang kotor. "Lalu? Aku akan tidur memakai baju siapa? Apa kau akan mengantarku pulang? Tidak, kan?"

"Ck! Itu masalah kecil. Banyak baju daster Ibu dan Gea yang muat untuk kau pakai. Cepatlah! Kau ini seorang lelaki."

"Tapi lihatlah! Bajuku ini putih."

"Maka dari itu mari kita simpan piring-piring ini sembari membasuh bajumu itu. Kalau kau tidak sulit seperti ini, aku tidak akan membuat cap pada bajumu itu."

Kuhembuskan napas secara perlahan. Kugenggam handle pintu kamar dan membukanya secara perlahan. Ya ... ketika itu sangat hening sekali. Hanya ada suara jam dinding yang terdengar.

Akhirnya kulangkahkan kakiku pertama kali menuju dapur. Begitupun Via dan Radit berada di belakangku.

"Ck! Lihatlah semua baik-baik saja. Ayo kita percepat langkah!"

"Huh! Kau saja yang penakut!" Via menyalahkan Radit seraya menoleh kebelakang.

JRENGGG

Via langsung melihat kearah depan. Sesekali Via menatap kebelakang lagi untuk memastikan.

Via melihat sosok nenek tua, ikut mengendap-endap di belakang Radit.

"Ada apa? Biasakan untuk selalu mengondisikan raut wajahmu! Pikirkanlah perasaan orang lain," ketus Radit. "Kau memang tak pernah mengerti keadaan."

Suara Via mulai bergetar. "Kurasa ... simpan saja piring-piring itu di bawah sekarang!" Via menutup matanya. Tubuhnya terlihat ketakutan. "Kumohon Gea! Kita kembali ke kamar sekarang."

"Ada apa?" tanyaku. Melihat tingkah laku Via membuatku semakin ketakutan. Perlahan kuintip sesuatu dibelakang.

"Jangan melihat kebelakang!" sergah Via seraya berbisik. "Jangan! Kumohon! Simpan piringnya sekarang!" bisiknya lagi, wajahnya terlihat memelas, menatapku. Via menggelengkan kepalanya. "Kumohon! Kau tidak akan bisa tertidur lelap lagi."

"Ck! Sudah kubilang! Bisakah kalian tidak melakukan hal ini? Ayolah ... ada apa? Beritahu aku!" Seketika tubuh Radit pun ikut kaku. Ia menyadari bahwa di belakangnya ada sesuatu.

****

Bulan menyinari malam yang gelap. Bayu dan Feri duduk di balkon atas luar.

Bayu menuangkan anggur merah pada gelas. "Minumlah ...." ucap Bayu seraya meneguknya.

"Kau meminum itu?"

Bayu menatap aneh. "Memangnya kau tidak?"

"Tidak."

"Cobalah ... ini akan sedikit membantu pikiranmu yang rumit."

"Tidak ... aku tidak terbiasa." Feri menyeruput kopinya. "Hidupmu sudah kaya raya ... tetapi kulihat hidupmu banyak tekanan."

"Segalanya memang membutuhkan uang, tapi tak termasuk pada kedamaian diri." Bayu mengembuskan asap rokok secara perlahan. "Hidupku begitu kosong dan sepi."

"Cari pacar saja ... wanita mana yang tidak ingin berkencan denganmu."

"Hatiku masih menggebu pada kekasihku yang dulu," sahut Bayu.

"Ayolah ... hidup terlalu singkat untuk memikirkan hal yang telah lalu, termasuk pada mantan kekasih." Feri menyeruput kopinya lagi. "Kenapa hubungan kalian berakhir?"

"Sebetulnya tidak ada yang mengakhiri hubungannya. Ini semua kesalahan. Laura pergi untuk selamanya."

Feri tak berucap. Tetapi Ia terlihat kebingungan.

Bayu melanjutkan percakapannya. "Laura meninggal." Bayu mengeluarkan dompetnya. Ia mengambil foto berduaan saat bersama dengan Laura. "Cantik, kan? Selain itu, dia juga baik."

Feri mengambil foto itu dalam genggaman Bayu. "Cantik ... mirip orang jepang ya."

"Ya ... blasteran."

"Penyebabnya apa? Kok bisa meninggal?" tanya Feri.

Bayu memasukkan foto itu dalam dompetnya lagi. "Selain takdir, mungkin ini kesalahan yang telah kulakukan ...."

Feri mengerutkan keningnya.

"Tapi ketahuilah ... aku tak bisa mencegahnya. Seharusnya aku bisa menjaganya dengan baik."

"Ceritakanlah ... mungkin ada hal yang bisa kubantu."

"Ya ... seharusnya malam itu aku mengantarnya pulang, tetapi karena saat itu emosiku sedang pasang, aku dan Laura sedang bertengkar."

"Lalu?"

"Ya ... sekelompok orang memperkosa dan membunuhnya." Raut Wajah Bayu terlihat sedih dan menyesal. "Hidupku memang tak pantas bahagia, bukan?"

Feri kebingungan. Ia merasakan suasana Bayu saat itu. "Mungkin aku tak bisa memberikan banyak hal ... tetapi ketahuilah, menyesali masa lalu bagaikan kau menjedotkan kepalamu ke tembok. Ya ... tidak ada gunanya. Semua itu sudah terjadi. Kata-kataku memang menyakitkan, tetapi hanya ada satu jalan yang harus kau tempuh, yaitu terimalah dengan berlapang dada, akui kesalahanmu dan berjalanlah."

Suasana seketika hening. Hanya terdengar suara Feri sedang memberikan nasehat.

"Kalau kau terus menghukum dirimu, kau hanya akan menyakiti dua orang, kau sendiri dan Laura. Tentunya penyesalanmu akan bertambah."

Bayu menghela napas dan membuangnya secara perlahan. "Ya sudah ....aku sudah mengantuk. Aku akan tidur sekarang, esok kita harus beraktivitas kembali."

"Ini masih pukul sembilan ...."

"Suasana hatiku sedang kurang baik. Aku harus menyiapkan beberapa berkas-berkas untuk hari esok, menyiapkan beberapa rancangan juga ... oh iya, kau harus lebih berhati-hati pada ujung sebelah kanan depan."

"Memangnya ada apa?"

"Bangunannya sulit berdiri kokoh. Beberapa kali jatuh dan ambruk, bukan?"

"Ya ... aku mengetahuinya."

"Aku sangat bingung bagaimana cara mengatasinya, sudah diberikan beberapa cara tetapi anehnya tetap saja tidak mau berdiri kokoh."

"Aneh ... beberapa tukang pun sudah mengkalinya. Hanya bagian itu saja. Apa karena bebannya yang terlalu berat?"

"Tidak ... semuanya sudah kuperkirakan. Kurasa aman," ucap Bayu.

****

"Ayo cepatlah ...."

"Tangkap ...."

"Fokus-fokus!"

"Satu dua ... tarik."

Suara ramai tukang mengerjakan proyek rumah sakit. Mereka dengan keras terus berusaha hingga tak kenal rasa lelah.

"Tangkap," teriak Feri seraya melemparkan ember bekas tanah dari atas gedung lantai 8.

Feri bertugas untuk memberikan semen pada tembok dilantai atas bersama beberapa rekannya. Ember itu ditarik menggunakan mesin penderek tali.

Ya, mereka melakukannya hingga selesai.

"Biar aku saja, aku sudah ahli untuk itu," teriak rekannya di bawah."Hati-hati Fer ... pakai sabuk pengamanmu."

"Aman ... aku sudah mengenakannya." Feri langsung berjalan menyelusuri setiap sisi seraya berpegang pada bambu yang dikenakan sebagai denahnya.

Feri harus memberikan perekat agar bangunannya tidak lagi ambruk dan kokoh.

Kedua kakinya sudah merasa ngilu. Sesekali Ia melihat ke bawah. Tentunya hal itu membuat bulu kuduknya berdiri. "Astaga ... tinggi sekali." Feri kembali menyelesaikan beberapa tembok yang belum Ia kerjakan.

Tinggggg

Seketika kedua telinganya berdenging. Penglihatan Feri mulai tak jelas.

"Fer!" teriak Rekan Feri dari bawah. Tetapi suara itu terdengar samar-samar.

"Fer!" teriak Rekannya lagi.

Feri menghiraukan panggilannya. Ia hanya fokus mengontrol dirinya agar tetap seimbang.

"Feri ... berpeganganlah!" teriak rekannya lagi. "Fer! Apakah semua baik-baik saja?"

Penglihatannya sudah mulai kosong. Feri mulai kehilangan kendali.

Hingga ... tiba-tiba Feri menjatuhkan diri.

1
Rena Ryuuguu
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
Hafizahaina
Ngakak sampe perut sakit!
sweet_ice_cream
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!