Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan ibumu
Niat hati ingin segera pulang, namun ia jadi ragu ketika sudah berada di pertigaan gang. Ia menoleh ke kiri, persimpangan rumah Abdul tersebut.
"Sepertinya, Atun harus tahu." gumamnya, ia melangkah cepat menuju rumah Abdul.
"Tun! Assalamualaikum." ia mengetuk pintunya tanpa ragu, ia tidak peduli sekalipun Abdul akan merasa terganggu.
Dua kali Marina mengetuk pintu sederhana itu, barulah terdengar seseorang membukanya dari dalam.
"Tun!" panggilnya, namun yang muncul malah Abdul.
"Ada apa Mar?" tanya Abdul melihat ekspresi wajah sahabat istrinya itu sangat tegang.
"Anu Mas." Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Membuat Abdul mengernyitkan keningnya, heran.
"Masuk dulu." ajak Abdul namun di tolak Marina.
"Ndak usah Mas, aku mau bertemu Atun. Ada hal penting yang harus aku sampaikan sama dia." jelas Marina.
"Hal penting apa Mar?" suara Atun terdengar menyahut, sahabat Marina itu keluar dari kamarnya.
Marina diam sejenak, hingga Abdul mempersilahkan kedua sahabat itu duduk berdua. Ia paham Marina canggung kalau ada dirinya.
"Ada apa Mar?" tanya Atun lagi.
"Tun, tadi aku baru saja nganter bawang ke rumahnya Bu Susi, tetangga emakmu itu lho." ucap Marina, Atun pun mengangguk.
"Apakah kamu tahu, kalo Mbak Rara sudah membeli rumah baru?" tanya Marina.
"Mereka memang sedang mencari rumah di kampung sini, tapi belum ketemu yang harga seratus juta saja. Malah kalau bisa yang di bawah harga itu." jawab Atun.
"Nah, itu dia! Tadi Bu Susi bilang, Mbak Rara mau syukuran karena sudah membeli rumah baru di kampung ujung sana. Tapi bukan itu yang harus kamu tahu Tun!"
"Lha, terus apa Mar?" tanya Atun.
"Bu Susi bilang, kalau beberapa waktu lalu Mbak Rara mau beli rumah di sana tapi uangnya kurang! Lalu sekarang-sekarang ini dia jadi beli di sana karena uangnya ditambahin emakmu!" jelas Marina dengan mata membesar.
"Hah!" Atun pun sangat terkejut, ia sampai membuka mulutnya dengan mata melebar. "Emak mana punya duit Mar?"
Marina mengedikkan bahunya, ia diam sejenak memberi ruang kepada Atun untuk berpikir.
"Kalau Emak punya uang, harusnya dia tidak perlu hidup susah dan memaksaku untuk menikah dengan pak Sukma." gumam Atun. Mereka berdua karut dalam pikiran yang menerka-nerka.
"Emak memang tidak susah Dek." Abdul yang sejak tadi ada di dapur dan mendengarkan obrolan mereka, kini ikut duduk bergabung dengan dua sahabat yang sedang bingung itu.
"Maksudnya gimana Mas? Bukankah teramat jelas selama ini Emak itu orang susah dan miskin?" tanya Atun kepada Abdul, sedangkan Marina hanya melongo mendengar kata-kata Abdul.
"Coba kamu pikir, bagaimana caranya kedua kakakmu sekolah dengan baik, mereka juga tidak seperti sedang kekurangan uang. Mereka memiliki pakaian yang layak. Mereka juga tidak pernah mengeluh tentang iuran sekolah. Rara dan Ajeng baik-baik saja sampai menyelesaikan sekolahnya. Sedangkan emak tidak pernah bekerja."
Atun dan Marina saling pandang seketika, mereka seolah tersadar akan sesuatu ....
Apakah emak Rodiah memang sengaja melakukannya? Mereka memiliki pemikiran yang sama.
"Setahuku, Rara selalu memiliki uang jajan ketika sekolah dan aku tidak." sambung Abdul lagi.
Atun terdiam dengan dada mulai sesak, sedih dan kecewa mulai melanda, namun ia menampik. Mungkin Mak Rodiah kehabisan uang ketika ia mulai bersekolah. Ia masih berpikir positif, tapi tak juga membuatnya tenang lantaran kabar yang baru saja di sampaikan Marina kepadanya.
"Ya sudah, aku pulang dulu. Aku mau tanya-tanya sama emak ku. Barangkali ibuku tahu tentang emak mu." ucap Marina, beranjak dari duduknya.
"Aku ikut."
Atun beranjak dari duduknya, ia tidak bisa berdiam diri dengan pikiran kemana-mana.
Mereka berjalan menuju rumah Marina, tentu saja Abdul mengiringi dua sahabat itu. Dia tidak ingin Atun merasa sendiri dengan kegalauan melanda hatinya.
"Bu!" panggil Marina ketika sudah sampai, ia sudah tidak sabar masuk kedalam rumah dan bertemu ibunya.
"Assalamualaikum Bu Lek." ucap Atun, mereka masuk ke dalam rumah, sedangkan Abdul memilih duduk di luar agar Atun dan Marina lebih leluasa dalam bercerita.
"Wa'alaikum salam." Jawab Bu Lilis, ia menatap anaknya dan juga Atun sedikit heran.
"Maaf Bu lek, kita datang mengganggu." ucap Atun.
"Ndak apa-apa, kayak orang lain saja." kata Bu Lilis, perempuan paruh baya namun cantik itu menghampiri anaknya. "Nak Abdul juga toh? Kenapa duduk di luar?" sapanya kepada Abdul.
"Tidak apa-apa Bu, hanya menemani Atun sebentar." jawabnya.
"Itu lho Buk! Mbak Rara beli rumah baru, di desa ujung sana." Marina duduk sambil berbicara.
"Lha, terus?" Bu Lilis menatap anak gadisnya, tiba-tiba pulang dengan wajah tegang, langsung membicarakan Rara.
"Tadi, kata Bu Susi, Mbak Rara beli rumah itu duitnya kurang. Terus ditambahin uangnya sama Emak Rodiah." jelas Marina, ia menjeda ucapannya sambil menatap ibunya dengan serius.
"Iya terus masalahnya dimana? Tanya Bu Lilis.
"Masalahnya, emak orang susah Bu, Emak dapat duit dari mana?" tanya Marina, tentu saja Atun ikut mengangguk.
Bu Lilis mendesah berat, sejenak ia diam lalu menyandarkan tubuhnya di kursi empuk yang ia duduki. Ia menatap wajah Atun sedikit lama.
"Bu!" tanya Marina sudah tidak sabar mendengar jawaban ibunya. Tapi Bu Lilis masih diam hingga beberapa saat, ia menatap ke luar jendela seperti menerawang jauh.
"Sebenarnya, Mak Rodiah tidak miskin."
Sontak saja, Atun dan Marina saling pandang dengan penuh tanya.
Perempuan paruh baya namun masih cantik itu kembali mendesah berat, lalu menatap wajah Atun dengan sorot mata sendu. "Aku dan ibumu dulu adalah sahabat dekat, sama seperti kamu dan Marina. Selain itu aku dan ibumu juga adalah saudara sepupu jauh, nenek ku dan nenek ibumu itu masih saudara." ia menjeda ucapannya.
"Saudara jauh Bu Lek?" tanya Atun pelan.
"Iya." jawab Bu Lilis, mengangguk.
Atun ikut mengangguk, pantas saja Bu Lilis begitu baik padanya.
"Tapi, Bu Lek tidak menyukai emak. Apakah Emak pernah berbuat salah kepada Bu Lek?" tanya Atun lagi, kali ini begitu pelan dan sedikit ragu.
Bu Lilis tersenyum, lalu kembali meneruskan ceritanya. "Ya, Emakmu berbuat salah sehingga aku sangat membencinya. Harusnya, dia tidak pernah hadir dalam kehidupan ayahmu. Dan kamu tidak perlu merasakan penderitaan seperti ini."
Sedikit banyak Atun memahami jika emaknya sudah membuat Bu Lilis sakit hati.
"Apakah, emak telah merebut Ayah dari Bu Lek?" tanya Atun memberanikan diri. Dia penasaran, walaupun takut perempuan yang sudah begitu baik kepadanya itu akan marah karena pertanyaannya.
"Dia memang merebut." jawab Bu Lilis membuat ketiga orang yang mendengarkannya sangat terkejut. Terutama Atun, air matanya mulai menggenang dengan perasaan bercampur aduk.
"Maksudnya gimana rek?" ucap Marina bingung. Ia masih belum mengerti, berbeda dengan Atun sudah tanggap dengan kisah masa lalu diantara Bu Lilis dan emaknya..
"Maafkan emak ya Bu Lek." ucap Atun, ia menunduk tidak berani menatap wajah Bu Lilis yang cantik, namun mendung menyelimuti wajahnya.
"Tun, kamu tidak perlu minta maaf. Karena Rodiah sudah merebut ayahmu dari ibumu! BBukan dari ku." ucap Bu Lilis lantang.
"Hah.......?" gumam atun sangat pelan. Berbeda dengan Marina dan Abdul yang menatap Bu Lilis dengan mulut dan mata melebar sempurna.
"Rodiah bukan ibumu Tun."
Degh.....
"Emak.....?" gumamnya, ia merasa gamang, ia bingung, ia lemas, dia tidak percaya.
seumur hidup itu terlalu lama untuk mendampingi org yg kecanduan judi ..sudah dihancurkan kenyataan jgn lah meninggikan harapan mu Tun 😌😌
Dibalik lelaki yg sukses ,ada wanita yg terkedjoet dibelakang nya..sukses dah si Abdul bikin kejutan buat emak nya sama kamu Tun..dan tunggu aja akan ada kejutan lain nya /Pooh-pooh//Pooh-pooh/
judul nya ganti Istri Ayahku ternyata Ibuku,dan Ayahku ternyata Laki Laki 🙀😿
orang kaya emang suka begitu, lagunya tengil..kek duit nya halal aja ( kasino warkop )