EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Nanda Maheswari tak pernah menyangka bahwa ia akan mengandung benih dari Langit Gemintang Laksono tak lama setelah pria yang ia cintai secara diam-diam tersebut merudapaksa dirinya karena emosi dan salah paham semata. Terlebih Langit saat itu di bawah pengaruh alkohol juga.
"Aku benci kamu Nan !!" pekik Langit yang terus menggempur Nanda di bawah daksa tegapnya tanpa ampun.
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Masa depannya hancur berantakan. Kehilangan kesucian yang ia jaga selama ini dan hamil di luar nikah. Beruntung ada pria baik hati yang bersedia menutupinya dengan cara menikahinya. Tetapi naas suaminya tak berumur panjang. Meninggal dunia karena kecelakaan.
"Bun, kenapa dunia ini gelap dan kejam?"
Takdir semakin pelik bagi keduanya. Terlebih Langit sudah memiliki istri dan satu orang anak dari pernikahannya.
Update : Setiap Hari.
Bagian dari Novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 - Perundungan
"MINGGIR WOI !!" pekik Cokro.
"Ada si buta dari gua hantu. Kalau kalian dekat-dekat dia, bisa ikutan buta. Haha..." lanjut Cokro seraya tertawa terbahak-bahak membully teman sekolahnya yang rumahnya satu gang dengannya.
Nanda tengah membekap mulutnya sendiri dengan telapak tangannya di balik tembok salah satu petak rumah orang lain. Ia menahan isak tangisnya saat melihat putra semata wayangnya yang bernama Elang Perwira Legenda (6 tahun), tengah mendapat perundungan dari anak tetangganya.
Di mana keluarga anak tersebut memang terkenal julid, usil dan sombong. Maklum keluarga Cokro di sana dijuluki beberapa warga sekitar dengan sebutan OKB alias orang kaya baru. Bukan asli kaya dari lahir.
Sebagai seorang ibu, dirinya bukan bermaksud membiarkan hal ini terjadi begitu saja alias berpangku tangan. Dahulu Nanda pernah memergoki hal serupa terjadi. Dirinya berusaha membantu putranya tersebut tetapi anak-anak yang membully Elang terutama Cokro, semakin mengolok-olok Nanda yang notabene ibu kandung Elang dengan sebutan yang tidak pantas diucapkan oleh anak kecil seusia mereka.
Elang tak membalas ejekan Cokro dan rekan-rekannya kala itu. Tetapi saat di rumah, Elang menangis sejadi-jadinya hingga tantrum. Elang menyalahkan dirinya sendiri. Karena dirinya cacat yakni mengalami kebutaan sehingga orang lain dengan mudahnya menghina ibunya juga.
Bagi Elang, bundanya adalah segalanya. Harta yang tak ternilai dari harta apa pun di dunia ini. Sang bunda adalah matanya untuk melihat isi dunia. Jika mata bundanya menangis, maka hatinya akan merasakan perih ribuan kali. Melebihi dari rasanya saat menikam jantung sendiri dengan belati tajam. Itu lah yang Elang rasakan.
Semenjak itu, Nanda hanya bisa terus berdoa dan bersabar. Jika mendapati hal seperti itu, ia tak akan muncul di depan putranya. Hanya bisa bersembunyi sambil menahan tangisnya. Nanda tak ingin putranya bersedih lebih dalam dan semakin menyalahkan dirinya sendiri serta takdirnya.
Elang pun tak mengindahkah ejekan Cokro. Ia terus berjalan dengan tongkat khususnya. Ia ingin segera pulang dan memeluk bundanya. Sebab bundanya adalah obatnya paling mujarab untuk tetap menjalani hidup ini dengan penuh semangat di tengah pelik yang ada.
Cokro tak terima karena Elang tak menggubrisnya atau memohon izin padanya untuk sekedar lewat. Jalan itu adalah jalan umum di sebuah perkampungan sempit yang cukup padat penduduknya di kota Bandung. Tentu saja Elang tak perlu minta izin pada siapa pun jika untuk berjalan di sana.
Terlebih pada seorang Cokro, anak sebayanya yang sok berkuasa di kampungnya. Mentang-mentang orang tuanya punya beberapa petak rumah kontrakan di sana. Termasuk rumah yang ia tinggali bersama ibunya.
Lantas, apa ia harus sembah-sembah atau memohon ampunan pada Cokro padahal dirinya tak bersalah ?
Oh, tidak akan sudi.
Elang berwatak keras, sangat mirip dengan ayah kandungnya. Jika ia tak bersalah maka dirinya tak perlu minta maaf. Namun ia berani mengakui dan meminta maaf jika memang dirinya berbuat kesalahan.
Tiba-tiba...
BUGH !!
Cokro mendorong punggung Elang dengan keras hingga tersungkur ke tanah. Dagu Elang sedikit berdarah.
"Hahaaa..." tawa Cokro dan teman-temannya.
"Syukurin !!"
"Makanya kalau miskin itu jangan belagu. Ngaca dong !!"
"Sudah buta, miskin, eh belagu. Ke laut saja deh Lo !!" maki Cokro.
Beruntung tongkat khususnya tak patah. Sebab tongkat yang ia gunakan cukup mahal baginya. Karena untuk dapat membeli tongkat ini, sang bunda harus menabung selama beberapa bulan. Menahan rasa lapar karena hanya makan sehari sekali saja. Itu pun hanya nasi dan sayur tanpa lauk. Semua bundanya lakukan demi bisa membelikan tongkat tersebut untuknya.
☘️☘️
Mendengar kata-kata Cokro pada putranya, Nanda kembali teringat dengan makian yang hampir serupa padanya beberapa tahun silam. Makian yang terlontar dari bibir ayah kandung Elang yakni Langit Gemintang Laksono. Laki-laki yang pernah menjadi sahabatnya sejak kuliah dan diam-diam ia cintai.
Puzzle-puzzle ingatan kelamnya saat Langit merudapaksa dirinya di Cardiff, Wales. Bayangan kelam itu mendadak muncul di benaknya. Ingatan yang ingin dihapus dari otaknya, namun tak bisa. Entah apa sebabnya, ia pun tak tahu. Padahal ia sudah berusaha mendoktrin hatinya sendiri untuk membuang jauh-jauh cintanya pada Langit. First love never dies.
"Ahh... Lang, cukup."
"Aku mo_hon hentikan Lang,"
"Sa_kit. Hiks...hiks...hiks..."
Permintaan dan jeritan Nanda yang mengalami kesakitan di atas ranjang, sama sekali tak digubris oleh Langit. Akibat kesalahpahaman, emosi sesaat dan juga pengaruh alkohol, membuat Langit gelap mata hingga merudapaksa Nanda.
Kesucian yang ia jaga selama ini telah hilang dari dirinya. Diambil secara paksa dan brutal oleh Langit Gemintang Laksono.
Pakaian keduanya sudah berserak tak karuan memenuhi ruangan kamar di vila tersebut yang sengaja disewa oleh Langit untuk mengga_gahi Nanda. Ketika Nanda siuman, ia terkejut dirinya sudah berada di atas ranjang di dalam kamar yang entah dirinya pun tak tahu ada di mana lokasi tersebut.
Saat ia akan bangun dari ranjang, Langit sudah duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar tersebut. Memandangnya dengan tatapan tajam. Nanda pun ketakutan karena ia tak menyangka bertemu Langit di Cardiff, Wales. Ia pikir Langit ada di Indonesia. Saat dirinya akan mulai berbicara, Langit sudah bangkit dari duduknya lalu...
PLAKK !!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Nanda. Bahkan membuat bibir wanita bermata sayu ini seketika mengeluarkan darah di ujungnya. Nanda yang tak siap dan juga karena kerasnya tamparan Langit, membuat tubuhnya jatuh di atas ranjang kembali.
Seketika hal yang tidak diinginkan Nanda pun terjadi. Sudah hampir satu jam lebih dirinya dibuat tak berdaya oleh Langit di atas ranjang.
"Arrghh..."
"Aku benci kamu Nan !!"
"Tahu apa kamu soal cintaku pada Binar, hah !"
"Sudah miskin, belagu! Sok ikut campur urusan orang !"
Tes...
Tes...
Tes...
Air mata Nanda semakin deras kala ia mendengar banyak makian serta hinaan dari Langit untuk dirinya. Hatinya sakit seiring dengan intinya yang juga robek karena terus digaga hii tanpa henti. Langit seakan menjadi pria tangguuh nan per kas@ di atas ranjang. Pertama kali melepas keper*jakaannya, belum juga menunjukkan tanda-tanda mencapai puncaknya.
Bahkan tanpa sadar Nanda telah pingsan tak berdaya dibawah kung_kuungan daksanya. Tak berselang lama Langit merasakan puncak yang sesungguhnya.
"Oh... ahhh..." geram Langit saat merasakan nikmatnya puncak madu asmara. Titik didihnya men3mbakkan seluruh isinya ke dalam rahim Nanda. Hingga tumpah ruah.
Tubuhnya roboh menindih sebagian tubuh Nanda yang telah pingsan. Lalu ia bergeser di sebelah Nanda dan seketika matanya terpejam. Kelelahan hebat bercampur nikmat tiada tara karena ini adalah pengalaman pertamanya maka membuatnya langsung tertidur pulas.
☘️☘️
"Hush...hushh..."
"Bubar !!" teriak seorang pria yang menolong Elang.
Cokro dan teman-temannya langsung lari terbirit-birit ketakutan. Meninggalkan Elang dengan pria itu.
"Kamu enggak apa-apa, El?"
"Om Alden," sapa Elang.
Ya, pria itu adalah Alden, sahabat Langit Gemintang Laksono.
"Iya ini Om Alden yang tampan sedunia sekaligus calon Papa barumu. Dagumu berdarah ayo kita obati dulu,"
Akhirnya Alden dan Elang singgah ke warung kecil tak jauh dari posisi mereka saat ini guna membeli plester.
"Nah sudah. Ayo pulang. Pasti Bundamu yang cantik itu sudah nungguin kamu," ucap Alden setelah mengobati dagu Elang.
"Ayo, Om." Elang pun menjawabnya dengan antusias seraya berjalan menuju ke rumahnya bersama Alden.
Elang sangat dekat dengan Alden. Baginya, laki-laki ini selalu baik dan perhatian pada bundanya dan juga dirinya. Terlebih Alden masih memiliki hubungan kekerabatan dengan mendiang ayah tirinya. Charlie Hudson, ayah tiri Elang, adalah kakak sepupu Alden. Tetapi Elang tak tahu jika Alden juga sahabat dari ayah kandungnya.
Ya, Elang pada akhirnya mengetahui sebuah fakta mencengangkan dari bundanya. Bahwa ia bukan anak kandung dari Ayah Charlie. Mendiang ayah tirinya itu meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas saat ibunya baru saja melahirkan dirinya.
Nanda yang melihat putranya sudah aman bersama Alden, lantas dirinya buru-buru pulang melewati jalan lain agar tidak berpapasan. Setibanya di rumah, Nanda langsung masuk dan menghapus air matanya. Ia juga memoles wajahnya dengan bedak agar tak terlihat jika habis menangis.
☘️☘️
Tok...tok...tok...
"Assalammualaikum, Bunda. Aku pulang," ucap Elang seraya mengetuk pintu rumahnya.
"Wa'alaikumsalam. Ya, sebentar Nak."
Tak lama berselang, pintu rumah kontrakan Nanda pun terbuka.
Ceklek...
"Hai, cantik." Alden pun menyapa Nanda seperti biasanya dengan senyum lebar nan menggoda janda satu ini.
Alden memang dikenal memiliki sifat playboy dan slengean yang sudah menjadi ciri khasnya sejak dulu. Akan tetapi sejak bertemu dengan Nanda, ia sudah tidak pernah jalan atau menjalin hubungan dengan wanita mana pun di luar sana. Seakan pesona janda dari mendiang kakak sepupunya ini berhasil menghipnotis dirinya.
"Hai, Al. Kok bisa bareng sama Elang ke sini?" tanya Nanda sengaja berpura-pura tidak tahu.
"Oh, itu aku ketemu Elang di jalan depan. Ya sudah kita bareng ke sini. Kamu enggak kerja?" tanya Alden.
"Lagi libur," jawab Nanda singkat.
"Aku ingin bicara sebentar denganmu," ucap Alden.
"Bicara soal apa?" tanya Nanda.
"Soal Gemintang," jawab Alden seraya memberi kode.
"Hah," respon Nanda mendadak terkejut.
Lantas Elang pun mencium tangan bundanya penuh takzim.
"Bun, aku masuk dulu." Elang sengaja segera masuk ke dalam rumah. Ia tak mau mengganggu pembicaraan bundanya dengan Alden.
"Iya, Nak."
Nanda sengaja tak membahas luka dagu Elang di depan Alden. Selepas Elang masuk ke dalam rumah, Nanda dan Alden duduk di teras yang ukurannya cukup sempit dan tak ada kursi. Sehingga keduanya duduk di lantai. Nanda tak mau mendapat gunjingan warga sekitar sehingga ia selalu menerima Alden di teras rumahnya. Terlebih rumah kontrakannya tanpa pagar. Jadi orang yang lewat maupun tetangganya bisa melihat dengan jelas tanpa ada yang ia tutupi.
"Ada apa lagi dengan laki-laki itu?" tanya Nanda mendadak berubah ketus dan dingin jika berkaitan dengan ayah kandung putranya tersebut.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Pembaca baruku silahkan baca karya-karya induknya di bawah ini. ⏬⏬
Supaya kalian memahami silsilah dan asal usul keluarga mereka serta karakter tokoh-tokohnya yang akan aku mainkan di cerita ini.💋
trs bpk kandung ny nikah di jodohin nenek kandung nya yg mau mantu sederajad tapi asal muasalnya picik semua
kasihan alea uh salah jalan, langit juga tersiksa pnya mak rempong sombong gini