Hubungan bisnis antara dua keluarga besar yang terjalin sejak lama harus berakhir, karena salah satu penerus tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Rasa sakit hati membuat Nicco membalas dendam dengan berusaha menikahi putri bungsu dari patner bisnisnya. Izzaz satu-satunya anak perempuan dari keluarga Wiguna.
Massa sulit Izzaz bermula dari tragedi yang menyebabkannya hamil. Bayi yang tidak diinginkan terlahir dan terpaksa terpisah dengan sang bunda. Bagaimana kelanjutan kisah Nicco dan Izzaz? Akankah Izzaz menerima kehadiran buah hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Ingin Pulang
Dua tahun sudah Zizi menempuh study di Australia. Walaupun kuliah sambil bekerja namun nilai Zizi sangat memuaskan. Undangan wisuda untuk orang tua sudah dikirim Zizi kepada papanya lewat email.
Rencananya papa Adi dan mama Zahra akan pergi ditemani Zidan. Zafran dan Zaki tidak bisa ikut karena tidak bisa meninggalkan pekerjaan.
Tiba saat keberangkatan mereka ke Australia, Zafran mengantarkan mereka ke airport.
Setelah menempuh perjalanan lama mereka telah sampai di hotel yang dipesan Zizi. Tak banyak barang yang mereka bawa karena rencananya hanya akan tinggal lima hari saja.
"Dek, kamu sudah paking barang-barang kamu kan?" tanya mama Zahra.
"Paking apa ma?" bukannya menjawab Zizi malah balik bertanya.
"Ya semua barang-barang kamu lah, kamu ikut pulang bareng mama kan? tanya mama Zahra lagi.
"Aku belum siap pulang sekarang ma, nanti dulu ya, tunggu sampai aku bener-bener siap.
"Sampai kapan Zi? kalau nunggu siap kamu nggak bakalan siap!" Zidan ikut bicara.
"Bang, aku pasti pulang, tolong beri aku waktu dulu." jawab Zizi sedih.
"Tahun ini bang Zaf mau lamaran terus lanjut nikah lho, kamu harus pulang." kata papa Adi.
"Aku nggak janji pa, kayaknya masih pingin di sini dulu." Zizi bersikeras.
"Apa kamu nggak ingin menyaksikan momen penting dalam hidupnya bang Zaf dan Amel? " tanya Zidan.
"Aku kan bisa lihat videonya."
"Itu beda Zi, pikirkan perasaan bang Zaf, dia pasti sedih kalau kamu nggak ada di hari bahagianya. Dia nunggu lama lho, nunggu kamu selesai study baru mau nikah. Masa iya kamu nggak mau pulang?" Zidan menjelaskan panjang lebar.
"Belum tahu lah bang, lihat saja nanti." kata Zizi mengakhiri perdebatan. Mama Zahra hanya menghela nafas dalam.
Dua hari kemudian Zizi dan keluarga datang ke kampus tempat Zizi dua tahun menimba ilmu. Turun dari taxi Zizi dan keluarga dikagetkan dengan Erwin yang sudah menunggu di sana. Ada rasa tak suka yang ditunjukkan oleh Zidan melihat Erwin. Laki-laki dengan kulit sawo matang badan tinggi besar dan tegap itu tersenyum ramah menyambut mereka.
"Om, tante, bang, kenalkan saya Erwin, teman dekatnya Zizi." Erwin memperkenalkan diri dengan sopan.
"Oh iya, saya papanya Zizi, ini mamanya dan ini abangnya yang nomer tiga." Pak Adi memperkenalkan diri dan keluarganya.
"Kamu mahasiswa juga?" tanya Zidan ketus, terlihat tidak suka pada Erwin.
"Bukan bang, saya teman kerjanya Zizi." kata Erwin.
"Teman kerja?" tanya papa Adi nampak kaget.
"Iya pa, maaf aku belum cerita, aku kerja di restoran untuk mengisi waktu luang." kata Zizi menjelaskan.
"Ya udah sana masuk gabung sama teman-teman kamu, biar papa sama mama masuk ke tempat undangan." kata Zidan mengakhiri obrolan mereka.
iya, yuk ma, pa!" ajak Zizi.
Setelah mereka memasuki gedung Zidan dan Erwin menunggu di taman kampus itu.
"Sejak kapan kamu dekat dengan adik saya?" tanya Zidan nampak sinis.
"Sejak awal Zizi sampai di sini, saya temannya Selin juga."
"Umur kamu berapa?"
"Tiga puluh tahun bang."
"Jangan panggil saya bang, saya lebih muda dari kamu, umur saya baru dua puluh enam tahun. Asal kamu dari mana?"
"Surabaya." jawab Erwin singkat. Duh rasanya kayak wawancara ngelamar kerja aja . Songong banget dia kalau dia lebih muda dariku, batinnya.
"Tapi kamu bukan kekasihnya kan?" tanya Zidan tegas.
"Belum, tapi kami sudah sangat dekat." kata Erwin percaya diri.
"Saya sarankan kamu jangan banyak ngarep, nanti kamu bisa patah hati." kata Zidan dan langsung meninggalkan Erwin sendiri. Erwin hanya bisa bengong, belum mampu mencerna kata-kata Zidan.
Zizi melangkah turun yang disambut oleh kedua orang tuanya. Mereka keluar gedung mencari keberadaan Zidan. Setelah berfoto ria mereka menemui Erwin yang sedari tadi duduk menunggu. Zizi hanya berpamitan ingin ikut orang tua dan abangnya pulang ke hotel. Erwin yang menunggu dari tadi kecewa merasa diabaikan oleh Zizi.
Mama Zahra ingin berbelanja oleh-oleh sebelum pulang ke Indonesia. Keesokan harinya mereka jalan-jalan ke satu pusat perbelanjaan. Mama Zahra begitu antusias berbelanja.
"Dek, kamu pilihkan dasi untuk bang Zaf sama bang Zaki, nanti bang Zidan biar milih sendiri, mama mau cari baju." kata mama Zahra kepada Zizi. Lalu mama Zahra berpisah untuk mencari barang yang diinginkan.
Di bagian baju anak mama Zahra mengambil beberapa pasang baju anak lalu segera membayar dan pindah ke toko yang menjual mainan anak, mengambil satu mobil remot kontrol dan satu robot-robotan. Setalah membayar mama Zahra mencari keberadaan Zizi, Zidan dan suaminya. Lelah berbelanja mereka makan siang bersama.
***
Nicco pulang kerja lebih awal dari biasanya. Hari ini ia membelikan hadiah buat sang putra. Begitu masuk rumah Nicco langsung mencari keberadaan putranya.
"Boy......boy....kamu dimana?" Teriaknya.
"Apa sih Nicco, teriak-teriak!" tanya mama Nilam.
"Anak Nicco mana ma?" tanyanya sambil melangkah masuk.
"Di belakang, lagi ngasih makan ikan." jawab mama Nilam dan Nicco langsung menuju ke halaman belakang.
"Boy....." panggilnya dan sang anak langsung lari menuju sang papa.
"Papa punya hadiah buat kamu, mau lihat nggak?" tanyanya pada sang putra.
"Au papa." (mau papa) jawab Dennis. Nicco langung menggendong putranya menuju halaman depan rumah. Dan taraaaaaaaaa
Motor metik hitam merah, Dennis berteriak girang dan langsung naik di depan ngajak papanya jalan-jalan. Nicco memakaikan kaca mata hitam kecil pada Dennis dan membawanya jalan-jalan keliling komplek.
Bahagia itu sederhana, cucu seorang milyuner sangat girang dengan hadiah motor metik, yang harganya tak lebih dari harga sebuah dasi milik opa nya.
Nicco dan Dennis sudah beberapa kali mengelilingi komplek, setiap motornya berhenti Dennis selalu menangis, lalu Nicco menjalankannya lagi. Sudah waktunya mandi, Dennis belum mau turun dari motornya, selalu menangis, nggak mau pulang.
"Hedeuhhhhh gini amat punya anak ngeyelnya, nurun sifat siapa sih. Apa emaknya ngeyel juga? Kok jadi nyalahin emaknya, emang bapaknya nggak ngeyel? Masak iya sih aku ngeyel? eh tapi harus ngeyel untuk mendapatkan hati emaknya yang ngeyel itu." kata Nicco dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
Wah Nicco OTW ke RSJ
ngg bisa apa sekali-kali Nurut gitu
ih gemes aku
Btw semangat Thor
adeh😡😡😡😡😡
walaupun anak yang tak di inginkan hati seorang ibu mna Zizi anak mu tak berdosa
gak mikr udh punya ank kali ya.
mask mau senang2 aj pern cewe ya.
kurng suka jadinya.
nanti gak bisa liht ank ya baru nyesl kali ya.mask udh ampk ank ya udh besr tapi gak pernh mau liht.
jdi ibu kok egois kali😡😡😡😡😡😡😡😡😡mask udh jdi seorng ibu gak punya hati malh dekt dgn cwo lain.jdi kurg suka dech bca ya pemeran cwe kayk g thu.
gak seperti novl2 lain yg q bca.
yg in terlalu ego kali
malh dekt dgn cwo lain pulk
yuk intip karya aku