Di hari pernikahannya ia di permalukan. Sang calon suami tidak menampakkan batang hidungnya .
Sedih dan hancur , namun ia terima dengan lapang dada. Akhirnya Kemuning memilih pergi untuk mengobati rasa sakit di hatinya.
Akankah Kemuning menemukan kembali tambatan hatinya ???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wahyoeni"23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Bandi Sadar
Buat yang sudah comment thanks ya....othor serasa dapat perhatian gitu...😘
*******************************************************
Bandi akhirnya pulang tanpa membawa hasil. Ia sudah memutari Jakarta , hingga entah kemana...Bandi saja sampai tidak tau.
Ia menyewa sebuah mobil rental beserta supirnya untuk mengantarnya berkeliling Jakarta.
" Aku malah kayak orang jalan - jalan sendirian ini..kalau tidak ketemu juga , mending pulang aja daripada uang aku habis dan jadi gembel di Jakarta ".
Bandi langsung berkemas , uang yang ia bawa benar - benar tinggal sedikit , tapi cukup untuk membeli tiket kereta api untuknya pulang ke kampung.
Sepanjang perjalanan, ia terus berfikir apa yang sudah terjadi pada hidupnya. Apa Kemuning dan dirinya tidak berjodoh ???
Sekeras apapun ia mencoba, bahkan sampai menggagalkan pernikahan kakak iparnya , tetap saja Kemuning tidak bisa ia miliki....apa artinya kini ia harus menyerah dengan takdirnya.
Menerima Eni sebagai istrinya , dan membiarkan Kemuning dengan laki - laki lain yang menjadi suaminya kini.
Bandi yakin ,Kemuning pasti sudah menikah saat ini...Laki - laki mana yang akan menolak gadis sepolos dan secantik Kemuning. Di balutan baju syar'i nya terpancar keanggunan .
Tiba - tiba terlintas dalam pikirannya Eni , wanita yang sudah ia nikahi dan sekarang sedang mengandung buah hatinya.
" Kamu sedang apa En....maafkan aku , aku harap kamu mau kembali padaku En , kenapa aku jadi merindukanmu En ".
Sampai di kampung, Bandi tidak pulang ke rumahnya....tapi tujuan utama Bandi sekarang adalah rumah mertuanya .
Bu Sari yang membukakan pintu pun agak kaget , karena yang datang adalah Bandi , menantunya. Sedangkan Eni sudah mewanti - wanti ibunya agar tidak membukakan pintu jika Bandi datang ke rumahnya.
Tapi Bu Sari sudah tidak bisa mengelak lagi, Bandi sudah ada di depan matanya. Kaki Bandi langsung menghalangi pintu ketika Bu Sari mau menutup pintu rumahnya.
" Ma..jangan di tutup dulu , aku mau ketemu sama istriku ".
" Kamu masih menganggap anakku itu istri kamu Ban ?".
" Memang Eni masih istriku Ma , apa Mama mau aku menceraikan Eni ?".
" Eh janganlah, kasihan...dia kan lagi hamil , apa kamu mau anak kamu lahir tidak punya Bapak ".
" Ya enggak Ma , makanya ijinkan aku untuk bertemu istriku Ma , boleh ya Ma ?".
" Kamu tidak akan menyakitinya kan Ban ?".
" Aku enggak pernah menyakiti Eni Ma , percayalah ". Kalau fisik sih enggak Ma...cuma kalau hati mungkin iya , tanpa sadar aku selalu menyakiti hati Eni , karena ia tau , aku masih mencintai gadis lain...
" Baiklah , aku pegang ucapan kamu , Eni ada di kamarnya, kasihan dia , sejak pulang ke rumah ini ia kesusahan makan , muntah terus....kayaknya calon anak kamu merindukan bapaknya ". Bu Sari pun membuka pintu lebar - lebar agar Bandi bisa masuk.
Bandi merasa tercubit hatinya , mendengar Eni selalu memuntahkan makanan yang ia makan , padahal saat bersamanya , Eni baik - baik saja. Benar kata Bu Sari, mungkin sang jabang bayi merindukan dirinya....ia percaya akan hal itu....karena ia sudah sering mendengar nasehat dari Mama Dahlia.
Bu Sari mengikuti Bandi dari belakang , ia akan tetap memantau menantunya itu , ia belum seratus persen percaya pada Bandi.
" En....".
" Massss....Mas Bandi ". Eni yang sedang berbaring mencoba untuk duduk , ia takut Bandi akan marah karena Eni sudah mengerjai suaminya itu.
Bandi langsung mendekat , meski Eni beringsut menjauh, Bu Sari hanya memperhatikan dari pintu , selama itu masih aman ia akan diam saja.
" Enggak usah bangun En , badan kamu sampai lemas gini , kata Mama kamu muntah terus ya , sudah makan belum En ?". tanya Bandi membuat Eni sampai membuka mulutnya , apa iya yang ada di depannya itu Bandi, bukannya marah ini malah sok perhatian gitu.
" Eh En , kok malah bengong sih , sudah makan belum?".
" Be..belum Mas ".
" Ma...aku mau mengambilkan makanan buat Eni , Mama jagain Eni dulu ya ". ucap Bandi lembut. Eni makin tercengang dengan perubahan suaminya.
Semoga ini bukan mimpi... batin Eni.
" Tidak usah, biar Mama saja yang mengambilkan, kamu tetap di situ ".
Setelah Bu Sari pergi , Bandi meraih tangan Istrinya..Eni tidak menolak , ia ingin lihat apa lagi yang akan di lakukan suaminya itu.
" Maafkan aku ya En , aku selalu menyakiti kamu ".
Mas Bandi minta maaf.....apa jiwanya ketukar di Jakarta ya , Tapi tidak masalah , mending begini dari pada suka uring - uringan terus.
" En , kamu mau kan maafin aku ?".
" Aku mau maafin Mas Bandi , asal Mas janji tidak akan menyakiti aku lagi ".
" Aku janji En , mari perbaiki hubungan kita , kita mulai dari awal ya En ".
" Enggak sekalian mulai dari Nol Mas , kayak SPBU ". canda Eni.
" Ennn !!!!".
" Iya Mas...iya , kita muali dari awal , semua untuk anak kita ". Bandi mengangguk, hatinya lega sudah.
Kali ini Eni makan dengan lahap karena di suapi oleh Bandi , bahkan ia tidak muntah sama sekali.
*
*
Rayyan masih belum beranjak dari tempat tidurnya. Kemuning pun tidak bisa kemana - mana , Rayyan menguncinya.
Mereka berdua sedang pergi berbulan madu , makanya Sinta tidak menemukan Rayyan di rumahnya.
" Mass...lepas apa ".
" Nanti sayang , Mas masih ngantuk ".
" Mas yang ngantuk , aku tidak.....aku mau mandi Mas , tidak enak ini lengket rasanya ".
" Nanggung Yang , sebentar lagi juga Mas mau minta lagi ".
" Masa lagi sih , katanya mau jalan - jalan...Mas Ray bohong nih ".
" Enggak sayang, tapi nanti ".
" Nanti kapan Mas...ini sudah siang ".
" Baiklah baiklah, ayo kita mandi !".
" No...kita mandi sendiri - sendiri ".
" Biar cepat sayang ".
" No..No..No....aku tidak akan bisa kamu bohongi lagi ". Kemuning berlari kecil ketika Rayyan sudah melepas kunciannya.
" Ha...ha...ha.... kenapa harus lari sih....jangan di kunci pintunya Yang ".
Brakkkkk......ceklek... Kemuning menutup pintu dan menguncinya sampai tedengar di telinga Rayyan. Membuat dokter muda itu kembali terkekeh.
Kedua orang tua Kemuning , Bu Wati dan Pardi sudah pulang kampung. , Tapi Larasati belum , ia di tahan untuk tetap berada di Jakarta untuk menemani Chika....sementara Rayyan dan Kemuning sedang berbulan madu.
Bambang pun dengan setia menemani kemanapun anak majikannya itu pergi, karena ada Laras bersamanya.
Untuk resepsi, Rayyan pasti akan mengadakannya , ia menunggu kedatangan kakak perempuannya dan adik laki - lakinya yang tinggal di luar negeri.
Bersambung......