NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Enak Perasaan

Pov Sukarmin

Setelah menunaikan kewajiban, aku pun kembali ke tengah rumah dengan menggunakan sarung dan baju koko, menunggu adzan isya yang mungkin sebentar lagi akan berkumandang.

"Mau diapakan daging Kijang itu Pak?" Tanya Ati yang kadang memanggil Bapak namun tak jarang memanggil Akang.

"Besok coba tawarin ke orang-orang, Siapa tahu saja ada yang mau beli, tapi akang yakin pasti ada aja orang yang membutuhkan. Namun sisain buat kakeknya si Dudung, kalau masih ada sisanya dibuat dendeng saja."

"Terus daging macan tutul?:

"Kalau laku, jual! kalau tidak buat dendeng saja."

"Entah mengapa hati ini terus berdebar, ada kekhawatiran, takut terjadi sesuatu kalau membawa daging macan ke dalam rumah."

"Jangan takut dan jangan khawatir karena Macan itu sudah mati. Oh ya akang minta tolong parutkan kunyit temulawak, jangan banyak-banyak sedikit aja!" pintaku yang teringat kembali dengan luka yang berada di kunduk, yang terasa perih apalagi tadi terkena air.

"Emangnya buat apa parutan kunyit temulawak?"

"Punduk Akang terluka sedikit."

Mendengar aku terluka istriku terlihat penasaran kemudian melihat pundukku yang tadi terkena cakaran macan tutul yang terasa basah.

"Terluka sedikit Bagaimana Akang? luka ini sangat panjang seperti goresan pisau."

"Ini bukan luka yang disebabkan oleh pisau melainkan oleh cakar macan."

"Ya Allah, kenapa gegabah? untung lehernya tidak putus." tanggap Istriku yang terlihat terkejut mungkin membayangkan Bagaimana ngerinya dicakar Macan Tutul.

"Sudah jangan banyak berbicara karena akang tidak apa-apa, tolong cepat parutkan kunyit temulawak!"

Mendengar permintaanku yang kedua kalinya istriku bangkit menuju ke arah dapur, terdengar suara parutan sehingga tak lama diantaranya dia pun sudah kembali dengan membawa kucing kecil yang diisi oleh parutan kunyit.

"Tolong sekalian dilulurkan kemudian bungkus menggunakan kain!"

"Ya sudah Akangnya menghadap ke belakang!"

Aku menuruti permintaan istriku membelakangi tubuhnya, di pundakku terasa dingin bercampur perih ketika istriku melulurkan kunyit ke arah luka, namun aku tidak terlalu mempedulikannya yang terpenting sudah diobati.

Aku menggeserkan tubuh ke arah dinding, menyandar menikmati rasa lelah setelah seharian bertarung dengan macan tutul, kakiku di selonjorkan ke arah depan. sedangkan istriku tidak banyak berbicara dia dengan sopan duduk di sampingku.

Keadaan di luar terasa sangat sunyi, suara jangkrik dan anjing tanah tidak terlalu kencang, tetanggaku tidak terdengar berbicara seperti Sudah tertidur lelap, padahal azan Isya saja belum berkumandang, akibat kelelahan mencari kehidupan. langit gelap tidak menunjukkan bintang sedikitpun, bahkan terdengar ada suara gemuruh angin awan hitam berkumpul semakin menambah gelap malam.

"Kenapa anak kita belum pulang, padahal di luar suasana sangat mencekam, kayaknya akan turun hujan." ujarku sambil menatap ke arah pintu, Entah mengapa aku terus teringat dengannya.

"Kampung Cicukang lumayan jauh, mungkin waktu maghrib mereka baru sampai."

"Kenapa bepergian di waktu sore pasti pulangnya akan kemalaman kaya tidak ada waktu yang lain." ujarku menyayangkan.

"Mungkin Dudung kasihan sama Jang Amin yang terlihat masih trauma dengan kejadian tadi malam, ketika dicegat hewan pocong kalau tidak pergi dia juga merasa tidak enak dengan orang tuanya. sehingga mau tidak mau dia pun berangkat namun mengajak anak kita."

Mendengar penjelasan Ati aku hanya menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya dengan pelan, aku bisa paham dengan perasaan anakku yang pasti tidak akan enak kalau menolak.

"Nasi sudah matang?" Tanyaku sambil melirik ke arah Ati, perut yang belum sejak dari tadi pagi terasa keroncongan.

"Sudah, aku juga belum makan menunggu Akang dari tadi."

"Ya sudah, kita makan bersama."

Istriku kembali ke dapur dengan membawa piring kecil yang tadi diisi oleh kunyit, namun tak lama dia pun kembali dengan membawa bakul nasi lengkap dengan piring bahkan teko dan gelasnya, supaya tidak terganggu ketika makan malam

Setelah semuanya tersedia, kami berdua pun makan bersama dengan begitu begitu lahap. meski dengan lauk-pauk seadanya hanya sayur jantung pisang yang tadi diambil oleh istriku dari kebun, ditambah ikan asin tembang yang dibakar lengkap dengan sambal goang.

Selesai makan, piring kotor dirapikan kembali ke dapur. sedangkan aku menyandarkan tubuh ke dinding papan sambil menikmati rokok tembakau yang dibungkus menggunakan daun Aren, rasanya begitu Nikmat sambil membayangkan bagaimana tadi aku bertarung dengan macan tutul.

Hatiku terasa berdebar, Jantungku mulai berdegup. Bagaimana kalau tadi aku tidak mampu menjatuhkan macan tutul, mungkin sekarang istrinya sedang menangis meratapi kepergianku yang mengenakan tercabik-cabik oleh cakar yang begitu tajam.

Keadaan malam semakin terasa sunyi, hembusan angin terasa dingin lewat dari sela-sela dinding dan pelupuh yang terbuat dari kayu, membuatku merapatkan kaki bersila dengan tegap.

"Ini malam apa ya?" Tanyaku membuka pembicaraan kembali.

"Malam Senin, Emangnya kenapa?" Jawab Ati sambil menatap lekat ke arah wajahku.

"Rasanya terasa sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya, rasanya terasa mencekam dan Entah kenapa hati sedikit berdebar. kira-kira ini pertanda apa ya, dan kenapa suasana kampung terasa sangat sunyi seperti berada di perkampungan yang mati." ujarku yang merasakan perbedaan suasana.

"Mungkin itu perasaan bapak saja karena perasaanku terasa sama seperti malam-malam sebelumnya, yang berbeda malam ini mungkin terasa sangat gelap."

"Tapi akang merasakan hal yang berbeda, seperti ada pertanda yang belum Bisa dijelaskan Apa mungkin akan ada setan pocong kembali."

"Kalau berbicara itu jangan ngelantur kemana-mana!" putus istriku menyahuti Sepertinya dia memang benar-benar tidak merasakan hal yang aneh berbeda, dengan apa yang sedang kurasakan sekarang. jantungku terasa berdegup kencang, Hati terasa berdebar membuatku menarik nafas dalam semakin menambah rasa takut. Namun aku belum bisa memastikan perasaan takut itu datang dari mana.

Kemerlap kilap terlihat dari sela-sela dinding kayu yang terbuka, membuatku sedikit terkejut namun tetap terdiam merasakan rasa lelah di tubuh. istriku masih tetap terduduk sambil makan pepaya yang tadi diambil dari kebun.

Waktu Isya sudah terlewat, bahkan sekarang sudah menunjukkan pukul 09.00. namun Terasa seperti sudah larut malam, karena keadaan semakin terasa sunyi tidak terdengar orang yang mengobrol atau berjalan.

"Heran kenapa? aku merasa takut Tubuh terasa panas dingin, bulu Kuduk terasa berdiri seperti ada pertanda yang tidak baik."

"Sudah jangan banyak pikiran ke mana-mana, mendingan Akang salat lalu istirahat." jawab istriku memberikan saran karena tadi setelah makan dia langsung menunaikan kewajibannya, berbeda denganku yang menikmati asap rokok.

Mendapat saran darinya, aku pun mematikan rokokku kemudian pergi ke kamar lalu menunaikan kewajiban yang lima waktu. setelah itu keluar dari kamar namun perasaan cemas tidak kunjung hilang.

"Kenapa Akang malah mengambil golok?" tanya Ati ketika melihatku mengambil golok yang terkait di dekat pintu kamar.

"Nggak tahu, Akang juga bingung. padahal sama hantu akang tidak takut, sama siluman akan tidak gentar. Namun Entah mengapa perasaan Akang sangat cemas dan takut."

"Terus apa hubungannya dengan golok, Emangnya Akang takut sama babi atau singa?"

Aku tidak menanggapi perkataan istriku, dengan segera melingkarkan tari golok ke arah pinggang. Sarung yang dikenakan aku lempar ke arah kamar menyisakan celana sontog yang sudah sobek namun sangat bersih, sedangkan ke atasnya masih mengenakan Koko putih.

"Sebenarnya Akang mau pergi ke mana?"

"Sudah menjadi kebiasaan, ketika akang cemas Akang harus keluar dari rumah. biasanya rasa cemas itu suka sembuh, semoga sekarang juga seperti itu rasa cemas akan bisa hilang."

Istriku hanya menatap melongo, namun tidak berbicara lagi karena dia sudah paham dengan kebiasaanku ketika Aku cemas ataupun merasa takut, aku akan keluar dari rumah untuk melihat keadaan sekitar yang terasa bebas tanpa dihalangi oleh pembatas.

1
kagome
Luar biasa
upinpin
ada raja jawa
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!