NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Mafia Kota Seroja

Kemenangan melawan para penyerang itu membawa lega yang sangat dalam. Rina, aman dalam pelukan Harry dan Larasati, menangis haru. “Terima kasih,” bisiknya, suaranya bergetar penuh syukur. “Kalian telah menyelamatkan nyawaku.”

Harry dan Larasati bertukar pandang, hati mereka dipenuhi kehangatan. Melindungi orang-orang yang mereka cintai adalah prioritas utama, dan melihat Rina selamat adalah hadiah terbesar.

Namun, Harry tahu perjuangan mereka belum berakhir. Akar dari ancaman ini masih ada, dan dia bertekad untuk mencabutnya sampai ke akar-akarnya.

Beberapa hari kemudian, di tengah kemewahan sebuah apartemen yang sepi, Harry mempersiapkan diri untuk pertempuran yang berbeda. Bukan lagi untuk melindungi, tapi untuk menghukum. Jas hitam melekat sempurna di tubuhnya, menonjolkan aura berbahaya yang terpancar dari sorot matanya.

Malam ini, dia bukanlah kekasih yang penuh kasih, melainkan bayangan pembalasan yang dingin dan mematikan. Targetnya: sarang mafia yang telah lama menebar ketakutan di kota.

Kegelapan menyelimuti kota saat Harry, dengan tekad baja, melangkah keluar dari apartemennya. Kekhawatiran tercermin di mata kekasih-kekasihnya, namun mereka tahu lebih baik daripada mencoba menghentikannya. Harry telah memutuskan, dan sekali dia bertekad, tak ada yang bisa mengganggugurnya.

Di luar, menunggu dalam bayangan, Tomo siap siaga. Veteran muda itu mengenal sisi lain Harry, sisi yang tertempa dalam api pertempuran, dan dia merasa terhormat untuk kembali berdiri di sisinya. “Dokter,” sapa Tomo, membukakan pintu mobil dengan hormat.

“Ayo pergi,” sahut Harry singkat, nafasnya membentuk kabut tipis di udara malam yang dingin. Mobil itu melesat membelah keheningan kota, meninggalkan jejak cahaya merah dari lampu belakangnya.

Pelabuhan Kota Seroja menyambut mereka dengan aroma khas laut dan aura misteri. Di ujung dermaga yang sepi, sosok kekar Bima muncul dari balik tumpukan peti kemas. Senyum penuh makna terukir di wajahnya saat

melihat kedatangan Harry dan Tomo.

“Dokter,” sapa Bima, “Sudah siap untuk sedikit olahraga malam?”

Namun, Harry mengangkat tangan, menolak tawaran itu  dengan lembut. “Malam ini, kamu yang memimpin, Bima,” ujarnya, suaranya datar tanpa ekspresi. “Aku percaya padamu.”

Dermaga kayu berderit lembut saat Harry, Tomo, dan Bima melangkah mengarah ke speedboat yang telah menunggu. Mesin meraung hidup, memecah keheningan malam dan mengobati permukaan air yang tenang dengan riak halus. Speedboat itu melesat, meninggalkan pelabuhan yang kini terlihat kecil di belakang.

Angin laut menerpa wajah mereka saat speedboat melaju kencang membelah kegelapan. Di kejauhan, siluet raksasa sebuah kapal tanker mulai terlihat, lampunya berkelap-kelip mencolok di tengah kegelapan lautan.

Sebuah ironis yang memuakkan, sebuah kapal yang seharusnya membawa cahaya dan energi, kini justru menjadi pusat kegelapan dan kejahatan.

Semakin dekat, semakin jelas terdengar dentuman musik yang menggelegar dari dalam kapal itu. Dek atasnya, yang seharusnya kosong dan dingin, kini disulap menjadi bar mewah yang penuh dengan cahaya

warna-warni dan sosok-sosok yang larut dalam pesta pora. Sebuah kamuflase yang nyaris sempurna, menyembunyikan kebusukan yang bersemayam di dalamnya.

Bima, yang sempat merasa gugup, kini menarik nafas dalam-dalam, menenangkan diri dan mempersiapkan mental untuk apa yang akan mereka hadapi. Ini bukan lagi latihan atau simulasi. Ini adalah pertarungan sesungguhnya, dengan taruhan yang sangat tinggi. ini lebih menegangkan dari perang.

 Speedboat merapat perlahan di sisi kapal tanker yang menjulang tinggi. Bima, dengan gerakan terlatih, melemparkan tali tambat dan mengikatnya dengan kokoh. Harry dan Tomo menunggu dengan sabar, mata mereka

menyapu sekeliling, mencatat setiap detail keamanan yang ada.

“Kalian siap?” bisik Bima, suaranya hampir tertutup oleh dentuman musik dari atas. Harry dan Tomo mengangguk hampir bersamaan, aura bahaya terpancar dari balik ketenangan mereka.

Mereka telah merencanakan ini dengan matang. Bima, berkat jaringannya yang luas, berhasil membuat perjanjian dengan salah satu orang dalam mafia itu. Sebuah pertemuan bisnis palsu, dirancang untuk mengalihkan

perhatian para penjaga dan memberi mereka akses ke dalam kapal.

Meninggalkan keramaian dan keglamoran bar di dek atas, mereka diantar melalui koridor sempit dan remang-remang menuju perut kapal. Di sana, tersembunyi di balik pintu baja yang dijaga ketat, terdapat

kasino rahasia yang menjadi pusat operasi mafia itu.

Kemewahan yang mencolok menyambut mereka saat pintu baja itu terbuka. Meja-meja judi yang berkilau, lampu-lampu kristal yang memancarkan cahaya keemasan, dan aroma cerutu mahal bercampur dengan parfum

yang menyengat menciptakan atmosfer yang sangat kontras dengan tujuan kedatangan mereka.

***

 Kapal ini adalah simbol kekuasaan dan pengaruh mafia di kota Seroja. Di sini, keputusan-keputusan besar diambil, aliansi dibentuk, dan musuh-musuh diberantas.

Di balik kemewahan dan kegemerlapan, ada kegelapan yang menyelimuti, menciptakan suasana tegang dan penuh rahasia. Bar dan kasino ini bukan hanya tempat hiburan, tetapi juga pusat kekuatan yang mengendalikan banyak aspek kehidupan di kota tersebut.

Disebuah Aula besar mirip arena Gladiator,

“Apakah Bima tidak berani datang? Sudah jam berapa ini, kenapa belum datang?” “Menurutku, dia tidak berani datang. Bajingan ini memang benar-benar menipu kita!” Beberapa tetua mafia telah mulai gusar.

Sebelumnya, setelah Harry menyelamatkan Rina, Harry meminta Bima mengirim pesan pada para mafia itu untuk menerima kematian mereka malam ini.

Pernyataan Harry itu menimbulkan kemarahan luar biasa. Namun, karena mereka tahu Harry seorang seniman bela diri, mereka telah menyewa master bela diri untuk menghadapi Harry. Mereka menyewa dua orang master, satu Master Muay Thai, dan satu lagi Master Teddy.

Jadi kedua master itu sudah cukup mengalahkan Bima yang mereka pikir adalah orang yang mengalahkan anak buah mereka di gudang pinggir kota.

"Namanya bisnis, pasti akan ada untung dan ruginya. Lalu, apakah tuan-tuan sekalian akan berbagi denganku kalau sudah untung?" Di depan pintu, terdengar suara Bima yang begitu acuh tak acuh. "Kenapa aku tidak melihat kalian berbelas kasih ketika menculik temanku?"

Dia sama sekali tidak terlihat segan-segan, dia tidak merasa takut selama ada Harry bersamanya. Dia terlihat sangat mendominasi. Di belakangnya terdapat Harry dan Tomo yang mengikutinya. Bima bisa mengabaikan

Tomo, tapi dia bisa merasakan kepercayaan diri yang dipancarkan oleh Harry.

Dengan santai, Bima mengambil kursi yang ditawarkan, sikapnya acuh tak acuh seolah-olah dia sedang berada di kafe favoritnya, bukan di sarang musuh. Harry dan Tomo mengikutinya, mata mereka

tajam memperhatikan sekeliling, siap untuk segala kemungkinan.

“Kenapa harus buruk-buruk sangka?” jawab Bima dengan nada datar, mengabaikan sindiran Thomas. “Siapa bilang aku membawa master? Malam ini, aku hanya ingin berbicara.”

Kata-kata Bima disambut dengan tawa mengejek dari para mafia itu. Mereka telah mengeluarkan banyak uang dan tenaga untuk mempersiapkan penyambutan istimewa ini, dan mereka tidak akan puas hanya dengan obrolan ringan.

“Bicara?” seru Abdul Pratama, suaranya menggelegar di seluruh ruangan. “Kau kira ini saat yang tepat untuk berbicara setelah kau menghancurkan bisnis kami dan melukai orang-orang kami?”

Amarah terpancar jelas dari mata Abdul. Dia telah kehilangan banyak hal karena aksi Bima dan orang-orangnya, dan dia bertekad untuk membalas dendam.

Namun, di balik amarahnya, ada secercah kebingungan. Dia bisa merasakan ada yang berbeda dari Bima malam ini. Seolah-olah ada aura kepercayaan diri yang menggetarkan yang tidak dimilikinya sebelumnya.

"Jangan bilang anak buahmu yang seperti anjing itu, kalau dipukul sampai mati, nanti tidak ada yang menggonggongmu lagi."

Tomo tahu kalau perkataan ini sedang memakinya, jadi dia hanya diam dan tidak terlihat adanya kemarahan di wajahnya. Tapi sebaliknya, dia sedang tertawa di atas penderitaan mereka semua.

Tomo melihat pemuda berkulit gelap yang duduk di belakang Abdul Pratama. Mata sipitnya sangat tajam, lalu dari tubuh kekarnya dapat terlihat kalau orang ini adalah orang kejam yang berlatih seni bela diri.

Seorang pria paruh baya yang botak duduk di belakang Thomas. Pria itu sedang menutup mata untuk mempertahankan gaya seperti seorang ahli.

"Sialan, dua orang ini benar-benar rela mengeluarkan banyak uang untuk pertarungan kali ini!" Tomo menatap Harry. Harry terlihat tidak memperdulikan master Muay Thai dan Master Teddy itu.

"Jangan omong kosong, kenapa banyak sekali omong kosong yang kamu ucapkan? Cepat dimulai biar cepat selesai. Aku masih ada urusan," kata Harry dengan acuh.

Dia menoleh pada Bima setelah selesai bicara. "Di mana masternya?" Ucapan Harry langsung membuat ekspresi wajah Master Teddy dan master Muay Thai itu menjadi suram. Pertarungan belum dimulai tapi Harry sudah menyinggung mereka!

Harry menyimpan ponselnya lalu mendongak sekilas, dia langsung mengabaikan master Muay Thai dan Master Teddy. Wajahnya terlihat kecewa.

Keheningan kembali menyelimuti ruangan itu setelah Harry melontarkan pertanyaan singkatnya. Namun, kali ini, keheningan itu penuh dengan aura permusuhan yang kental. Master Teddy dan master Muay Thai, kedua petarung yang tadinya tenang dan terkendali, kini memancarkan aura membunuh yang tak terbantahkan.

“Sombong sekali!” geram Master Teddy, suaranya serak penuh kemarahan. Matanya menyipit, menatap tajam ke arah Harry seolah-olah ingin menelanjanginya hidup-hidup. “Kau kira kau siapa, berani meremehkan kami?”

Master Muay Thai, meskipun tidak sepenuh nya mengerti bahasa yang digunakan, bisa merasakan dengan jelas nada mengejek dalam suara Harry. Otot-ototnya menegang, siap untuk menerjang dan memberikan pelajaran pada pemuda sombong itu.

Bima dan Tomo bertukar pandang, senyum tipis terukir di bibir mereka. Mereka tahu persis apa yang dilakukan Harry. Dia sedang memainkan permainan pikiran, mencoba memancing lawan mereka untuk bertindak gegabah. Dan sepertinya, taktik itu berjalan dengan sempurna.

"Bocah ingusan, beraninya kamu bersikap sombong!" Saat dia melihat tubuh Harry, dia langsung tahu kalau bocah ini mungkin hanya bisa sedikit bela diri saja, sama sekali bukan tandingannya. Bahkan Master Teddy juga memandang rendah master Muay Thai itu. Mungkin hanya akan sedikit merepotkan saja.

Dia harus menyerang terlebih dulu kalau ingin bertindak! Master Teddy langsung berdiri lalu dia mendongak dengan kedua tangan di belakang punggung, auranya terasa sangat kuat. "Kamu, ayo maju!" Sepuluh miliar terlalu mudah untuk didapatkan.

Thomas dan yang lain juga merasa sangat tidak nyaman. Jagoan Bima ini terlalu gila. Bahkan langsung bertanya di mana masternya. Master Teddy dan master Muay Thai yang duduk di sana, apakah adalah orang mati sampai dia tidak melihat mereka?

Keheningan di ruangan itu kini berubah menjadi kebisuan yang mengerikan. Para petinggi mafia itu, yang tadinya penuh dengan rasa percaya diri, kini terperangah dengan sikap santai Bima dan Tomo. Mereka seperti tidak menyadari bahwa nyawa mereka sedang berada di ujung tanduk.

Thomas berkata datar, "Mengaku kalah sekarang,  berlutut dan meminta maaf padaku dan Tuan Abdul, lalu aku akan membiarkan jasad kalian utuh." Dia ingin Bima mengakui kesalahannya.

Namun, Bima seperti tidak mendengar kata-katanya. "Tomo, suruh bagian dapur siapkan perjamuan, kita akan pergi minum bir setelah selesai bertarung."

"Baik." Tomo segera mengambil ponsel dan mengurusnya. Mendengar itu, tidak hanya ekspresi wajah Thomas yang berubah, bahkan wajah semua orang  yang ada di sana terlihat suram. Mereka hari ini

datang untuk melihat Bima mengakui kekalahan, tidak disangka Bima malah berani

begitu sombong!

Sepertinya dia lebih memilih untuk dipukul sampai mati daripada mengakui kekalahan. Saat ini pandangan semua orang berada pada Harry. Tatapan mereka penuh dengan rasa mengejek dan kasihan.

Kalau salah mengikuti orang, maka akibatnya seperti ini. Harry mempertaruhkan nyawanya untuk Bima, tapi Bima malah sama sekali tidak peduli dengan nyawanya!

Ting! Tong! Tiba-tiba ponsel Harry berdering. Dia mengambil ponselnya dan melihat ternyata itu telepon dari Larasati. "Kamu pergi membeli makanan kecil..? ini sudah  malam kamu kemana? Kenapa sudah begitu larut tapi masih belum kembali?" Suara Larasati terdengar sedikit khawatir.

"Tanyakan pada Rina, dia ingin makan apa?" Harry berkata dengan asal, "Pisang Goreng dan Martabak 'kan? Baik, aku sudah tahu." Dia memutuskan telepon setelah selesai bicara, lalu dia berkata kepada Tomo, "Siapkan satu Martabak dan Pisang Goreng untukku, aku ingin bawa pulang."

Suasana menjadi hening. Keheningan seperti kematian.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!