Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Sengaja Nabrak
Ara sampai di rumah sudah larut malam, mama Dinda menunggu putri semata wayangnya di ruang tamu. Gelisah karena panggilan teleponnya tak diangkat oleh Ara.
Sampai terdengar suara motor di depan gerbang pagar mama Dinda langsung keluar rumah. Rasa lega ketika melihat sang putri pulang dengan selamat.
"Kamu naik ojek dek, mobil kamu kenapa?" Tanya mama Dinda penasaran putrinya pulang diantar motor.
"Mobil Ara bannya kempes ma, kena paku mungkin, trus Ara tinggal di bengkel. Itu tadi Vano, teman Ara yang ngantar." Jawab Ara lesu sambil melangkah masuk rumah.
"Kenapa? ada masalah kok mukanya kusut gitu?" Tanya mama Dinda yang tahu putrinya pulang dengan muka
masam.
"Nggak ada ma!" Jawab Ara berbohong.
"Nggak usah bohong sama mama, mama tahu kamu lagi nggak baik-baik aja, ada apa? Coba cerita sama mama!" Kata mama Dinda membujuk putrinya. Ara menghela nafas panjang lalu memeluk mamanya.
"Ma, apa Ara jelek benget ya ma?" Tanya Ara dengan mata yang sudah basah.
"Loh...loh...ada apa anak mama kok nangis, kok ngomong gitu? Siapa yang bilang anak mama jelek, bilang sama mama!"
"Nggak ada yang bilang gitu ma, tapi selalu aja Ara dipandang aneh sama orang!" Kata Ara yang meluapkan perasaannya dengan tangisnya.
"Kamu istimewa dek, kamu cantik kok, tinggi, kulit putih, hidung mancung, mata indah, senyummu manis, apalagi kamu smart ,pokoknya buat mama kamu istimewa dek, mama bersyukur banget punya anak seperti kamu dek!"
"Itu karna Ara anak mama, tapi kata orang lain nggak gitu ma, mereka mengganggap Ara aneh, badan Ara gede!" Tangis Ara semakin keras.
"Dek, nggak usah terlalu dipikirin omongan orang, kamu tunjukkan pada mereka kamu punya prestasi yang bagus!" Pujuk mama Dinda.
"Ma, Ara mau kayak temen-temen ma, punya badan yang bagus, cantik dan menarik. Ara nggak mau jadi bahan gunjingan terus ma!" Tangis Ara semakin pecah.
"Rupanya anak mama sudah dewasa, sini peluk mama, mama akan dukung apapun keinginan kamu dek, asal itu baik buat kamu. Ok, besok kita ke dokter konsultasi dulu, mama dukung kamu jalani program diet, tapi harus yang aman. Udah, sekarang jangan banyak fikiran. Istirahat yang cukup, nanti mama coba ngomong sama papa, ok?!" Kata mama Dinda menenangkan Ara.
***
Sementara di apartemen Alfin mama Fifi marah-marah saat mengunjungi cucu kembarnya. Menunggu sampai petang Rena belum pulang, pergi jalan dengan teman-temannya. Karena tak sabar menunggu, mama Fifi meminta baby sitter cucunya untuk mengemas barangnya serta semua barang keperluan cucu kembarnya Syahira dan Syahida. Mama Fifi membawa cucu kembarnya serta baby sitter nya pulang. Sampai di rumah terjadi keributan saat Alfin datang bersama Rena. Alfin yang baru pulang kerja mendapati Rena menangis karena putri kembarnya di bawa mamanya tanpa seizinnya. Lalu dengan hati yang penuh amarah langsung pergi ke rumah orang tuanya.
"Ma, kenapa bawa anak-anak aku pulang ma, apa sih maunya mama, dulu minta aku sama Rena pindah ke apartemen, sekarang anak-anak aku mama bawa pulang!" Marah Alfin pada mamanya.
"Kamu tanya sama Istri kamu Fin, kemana seharian, pergi meninggalkan anak-anaknya yang masih minum asi. Dan bukan sekali ini saja dia berbuat seperti ini. Nasehati dia, dia bukan gadis lagi yang bebas jalan-jalan, ada anak yang harus diurus. Mama lakukan ini demi kebaikan cucu mama. Mulai sekarang kalian tinggal di sini, biar mama bisa bantu ngurus cucu mama!" Kata mama Fifi tegas.
"Nggak bisa ma, aku berhak menentukan apapun urusan rumah tangga aku ma!" Jawab Alfin tak mau ngalah.
"Dengar Fin, kalau Rena pergi terus, nggak ada perhatiannya sama anak-anaknya, kalau terjadi apa-apa sama anak kamu, kamu akan menyesal. Sedang kamu sering kota, apa kamu nggak khawatir?!" Tanya mama Fifi membuat Alfin terdiam. Menyadari omongan mamanya ada benarnya, sedang ia tahu memang Rena susah dinasehati, sering keluar belanja dan jalan bersama teman-temanya sampai lupa waktu. Tapi ada ragu saat Rena harus satu rumah lagi sama Altaf, cinta pertama Rena.
"Tapi ma, aku nggak bisa...." Alfin ragu untuk melanjutkan kata-katanya.
"Tapi apa mas, karna ada Al, kalau itu yang membuat mas Alfin ragu, kita tukar tempat aja, mulai besok biar gua yang tinggal di apartemen, mas Alfin dan keluarga tinggal sama mama. Mama benar, lebih baik kalian tinggal di sini, di apartemen nggak baik untuk tumbuh kembang si kembar. Kalau disini halaman luas, mereka bisa bebas bermain. Nggak seperti di apartemen terkurung." Kata Altaf yang turun tangga keluar dari kamarnya.
"Lo nggak papa?" Tanya Alfin ragu.
"Nggak papa, gua bisa urus diri sendiri, lagian jam kuliah nggak tiap hari. Jadi ada waktu buat beberes apartemen sendiri. Gampang itu, bisa diatur." Kata Altaf menyakinkan kakaknya.
***
Keesokan harinya Ara dan mama Dinda pergi ke dokter gizi konsultasi mengenai program diet yang akan dijalani Ara. Sejak saat itu Ara konsisten mengikuti program diet yang dianjurkan dokter. Ara harus merubah pola makan dan olah raga yang teratur.
Seminggu menjalani program diet, Ara sudah terbiasa dengan pola makan dan rutin berolahraga.
"Dek, hari ini bisa tolong mama nggak, stok sayur, buah dan belanja dapur habis, mama ada acara sama papa di sekolah. Tolong kamu belanja ya, diantar sopir, biar ada yang bantu ngangkat belanjaannya. Ini list belanjanya, kalau nggak ada buah dan sayur bisa gagal program diet kamu." Kata mama Dinda.
"Iya ma,nanti sore Ara mau keluar juga, mau ke toko buku, biar sekalian Ara belanja deh, buat latihan juga jadi ibu rumah tangga!" Kata Ara ceria.
Ha....ha.....ha...
"Anak mama memang unik, kadang manja, cengeng nangis-nangis, kadang tangguh kayak cowok, kadang kayak anak-anak, dan kadang dewasa kaya udah siap berumah tangga. Pokoknya sip deh anak mama, jempol!" Puji mama Dinda pada putrinya.
"Mama bisa aja! Mama yang top, selalu ngertiin Ara!" Jawab Ara sambil memeluk mamanya.
Ara pergi ke supermarket diantar sopir. Sambil mendorong troli belanjanya Ara membaca list belanjaan dari mamanya. Tak sadar trolinya menabrak seseorang yang nunduk memilih barang.
"Ops sorry mas, nggak sengaja, maaf ya!" Kata Ara merasa bersalah.
"Rara, kamu belanja juga?!" Tanya Altaf orang yang ditabrak Ara.
"Iya, kok kakak belanja sendiri?" Tanya Ara heran.
"Iya, sekarang kakak tinggal di apartemen deket sini, jadi ya semua keperluan belanja sendiri. Rara sama siapa?' Tanya Altaf sambil menoleh sekitar Ara mencari seseorang.
"Sama sopir, nunggu di luar kak, mama ada perlu, nggak bisa belanja, Ara mau ke toko buku jadi sekalian aja Ara yang belanja." Jawab Ara enteng.
"Rara mau ke toko buku? Bareng kakak aja, kakak juga mau kesana, biar belanjaan Rara di bawa pulang sopir, nanti Rara pulangnya kakak antar, gimana?" Tanya Altaf.
"Boleh, tapi apa nggak ngrepotin?" Tanya Ara.
"Ya nggak lah, tapi mampir apartemen kakak dulu ya, bawa pulang dulu belanjaan kakak."
"Ok" Jawab Ara senang.