NovelToon NovelToon
Rumah Kutukan Istri Pertama

Rumah Kutukan Istri Pertama

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Konflik etika / Iblis / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:26.6k
Nilai: 5
Nama Author: skavivi selfish

Satu persatu teror datang mengancam keselamatan Gio dan istri keduanya, Mona. Teror itu juga menyasar Alita, seorang anak yang tidak tahu apa-apa. Konon, pernikahan kedua Gio menjadi puncak kengerian yang terjadi di rumah mewah milik Miranda, istri pertama Gio.

“Apakah pernikahan kedua identik dengan keresahan?”

Ada keresahan yang tidak bisa disembuhkan lagi, terus membaji dalam jiwa Miranda dan menjadi dendam kesumat.

Mati kah mereka sebagai tumbal kemewahan keluarga Condro Wongso yang terus menerus merenggut bahagia? Miranda dan Arik kuncinya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skavivi selfish, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Kutukan Istri Pertama ¹⁹

Keesokan harinya. Gio yakin seribu yakin di sepanjang malam yang telah dilewatinya tanpa memejamkan mata sedikit pun akan lebih menyiksa dirinya sendiri.

Tubuhnya terasa lemas. Matanya merah, menyipit, tak kuat menahan rasa kantuk tapi tidur bukanlah pilihan yang tepat, ada kekhawatiran yang menyita dirinya. Bibirnya kering, dan yang paling menyiksa dirinya, perutnya lapar sekali. Terus berbunyi minta tolong untuk di isi.

Gio bangkit dari posisi tidurnya, semalaman Mona memang tidak berbuat gaduh sampai-sampai dia merasa wanita itu benar-benar ditaklukkan oleh obat-obatannya. Kendati begitu, Gio tak yakin Mona baik-baik saja. Tubuh wanita itu terus berkeringat, sesekali mimik wajahnya mengernyit dan sesekali kakinya menendang-nendang udara.

Gio mengira wanita itu bermimpi buruk, dan sangat yakin segala kesemrawutan yang terjadi belakangan adalah momen paling seram di hidupnya yang lurus.

“Mon... Mona...” Gio mengguncang pelan bahunya, berharap wanita itu bangun dan bersama-sama mereka memasak dan mencari jalan keluar dari masalah mereka yang hadapi.

“Mona..., sayang.” Gio terdiam selama beberapa menit, berusaha keras mencongkel rasa kantuknya. Tapi pada akhirnya, niat untuk tetap kokoh dan keluar dari rumah itu membuatnya tak mempedulikan kondisi Mona saat ini.

Gio melepas ikat pinggang dan tali baju yang dia gunakan untuk mengikat tangan dan kaki Mona seraya mencondongkan tubuh ke arah wajahnya, “Mona.”

Kelopak mata wanita itu terbuka secepat halilintar yang menyambar rumah itu. Lirikan matanya tajam seolah begitu tak tertahankan rasa amarah yang menggelantung di alam bawah sadarnya selama berjam-jam.

Gio tersenyum lemah, tidak terpancing dengan perilaku Mona yang aneh karena baginya sekarang itu hanyalah bentuk dari kecemburuan Miranda, dan ketidakberdayaannya menghadapi rasa sakit hati, meski pun diam-diam benaknya berjuang keras meredam kepanikan.

Mona hanyalah wadah yang harus dia jaga dari kesesatan Miranda. Wadah yang begitu polos dan gampang terikat mantra ilmu hitam.

“Maaf aku membangunkanmu, sayang. Ini sudah pagi.” ucap Gio lembut.

Di luar, pagi boleh saja datang membawa sinar kehidupan untuk mengejar harapan-harapan yang sudah terpatri dalam diri. Tetapi di rumah itu harapan-harapan dan sinar kehidupan tertutup oleh mendung pekat yang menyiratkan kemuraman.

Mona tidak berkedip dan terus mengamati Gio tanpa ampun.

Ini bisa aku maklumi. Gio mengkokohkan diri seraya bersila, membuat jarak dari Mona yang semakin tidak bersahabat. Dia memamerkan giginya sambil menyeringai. Tersenyum seram.

“Kamu kayak gini pasti lagi lapar ya?” celetuk Gio, terdengar seperti bergurau tetapi bagi Mona yang dirasuki oleh ruh Miranda sejak semalam, Gio yang cerewet dan mencurahkan perhatian itu terdengar memuakkan. Sangat memuakkan.

“Aku selalu menebak-nebak apa yang kamu lakukan di belakangku selama ini!” Mona bangkit dari tidurnya seolah memiliki energi besar, pada waktu yang sama, Gio curiga pada intonasi suara yang diciptakan pita suara Mona. Suara itu berbeda. Lebih tegas dan berkharisma mirip suara Miranda.

Tanpa jeda. Gio mengganjarnya dengan hukuman yang layak didapatkannya. Dia mencengkeram rambut Mona sambil mengarahkan wajahnya ke wajahnya.

“Miranda Condro Wongso!” ucap Gio dengan galak.

Keduanya bertatap-tatapan, saling melempar keganasan sorot mata, pada waktu yang sama, Miranda meninggalkan raga Mona hingga wanita itu kesakitan dan terheran-heran mengapa Gio bersikap demikian.

“Maass... Sakit.” Mona berusaha menggapai tangan Gio yang mencengkeram rambutnya dengan kuat. Dengan sekuat tenaga pula Mona berusaha mengurainya. “Mas Gio, kepalaku sakit. Aku mau nangis ini, gak kuat, sayang, lepas.”

Manja, lembut dan apa adanya. Mona sepertinya memang menjadi dambaan Gio yang kesepian dan itu menyandarkannya sekarang.

Gio melepas tangannya seraya mendekap Mona. “Aku minta maaf, Mona. Gak sengaja. Di rambutmu tadi ada kecoa!”

Kecoa? Mona seketika melepaskan diri dari Gio seraya mengibaskan rambutnya dan mengacak-acaknya dengan frustasi seakan geli dan jijik ada kecoa di tubuhnya.

Gio menghela napas. ‘Salah alasan! Sialan emang kamu, Mir. Tunggu pembalasannya.’

Mona melihat sekeliling sambil melangkah dengan sembrono. “Kecoanya sudah hilang, Mas? Lari ke mana dia?”

Gio mengendikkan bahu, tidak tahu, apalagi sikap energik Mona malah membuatnya tak mempedulikan kecoa itu. Gio menatapnya senang sembari diraihnya kedua tangan Mona.

“Mungkin aku salah lihat, sayang. Semalaman aku nggak tidur, jagain kamu!” ucap Gio dengan suara tidak stabil. Segalanya yang sudah dilalui tak mungkin dia ceritakan dan apa yang sudah dia lakukan padanya semoga terlupakan. Ikat pinggang dan tali baju yang ada di lantai itu lama-kelamaan mengganggu pikirannya. “Apa kamu sudah membaik?”

Mona mendadak terdiam sambil melihat tatapan Gio lekat-lekat. Ada rasa sakit yang tertinggal di pergelangan kaki dan tangannya, terlebih-lebih kepalanya terasa pening dan benjol imbas dari pukulan Gio kemarin.

“Aku sudah membaik?” Mona mengusap-usap benjolan di kepalanya. “Sakit...” keluhnya sambil mengernyit. “Aku kenapa, Mas?”

Gio meletakkan sebelah tangannya di pundak Mona. “Kamu kemarin kepeleset di kamar mandi, sayang. Terus pingsan.”

Alih-alih percaya dengan apa yang disebutkan Gio, Mona menyingkirkan tangan Gio dari bahunya seraya mundur selangkah.

“Di pikiranku tidak begitu.” Mona mengernyit, menggali mimpi-mimpi yang merefleksikan perilaku Gio sewaktu dia tidak sadarkan diri. “Kamu pukul aku dan marah-marah sendirian? Kamu gila Mas?”

Tuduhan itu lantas membuat Gio mengangkat kedua alisnya. Suaranya penuh kekhawatiran. “Aku pukul kamu gimana, Mon? Kamu ini habis pulang dari rumah sakit, kamu sakit! Nggak mungkin aku pukul kamu dan marah-marah sendiri.”

“Kenyataannya kamu begitu, Mas! Kamu pukul aku di sana...”

“Gak... gak...” Gio menggelengkan kepala saat Mona menunjuk kamar mandi dalam kamar. “Kamu masih sakit ini. Kamu harus minum obat ini biar kamu tidak halusinasi.”

Mona pun ikut menggelengkan kepala, tidak mau, tidak ingin percaya karena menurut pendapatnya, apa yang terpampang di nalar pikirnya semua jelas dan nyata. Dia melihat dan merasa Gio memukulnya dan melakukan hal-hal yang aneh dan sinting meski setiap kata-kata yang diucapkan tak digubris.

‘Ini pasti kerjaan Miranda lagi.’ Gio menghela napas. Rasa jengkel menusuk-nusuk ulu hatinya, dan kesabarannya telah semrawut. Tak menjadi perayu lagi, percuma batinnya.

“Terserah kamu ajalah, aku mau masak!” Gio meninggalkan Mona. Namun di tengah perjalanannya ke dapur, kuah gulai merah dan tengkorak kepala kambing yang tercecer di lantai membuat rahangnya mengeras. Gio lagi-lagi harus menahan mual mendapati barang-barang sialan dan menjijikan itu masih ada.

“Bajingan... siapa yang mau membersihkan ini?” Gio tak sudi melihat kekacauan menjijikkan itu lagi, pergilah dia ke kamar. Memanggil Mona.

Mona menoleh, masih di posisi yang sama. Memikirkan yang terjadi benar atau tidak dan mencari-cari petunjuk tentang kemungkinan yang dimaksudnya.

“Sudah masaknya?” tanya Mona dengan gamang.

Gio berdecak, “Gimana mau masak, itu dapur kotor, banyak lalatnya. Kamu bersihin!”

Mona memandangnya dengan ekspresi tidak suka. Seumur jagung pernikahannya dan baru kali ini Gio menyuruhnya seperti menyuruh seorang pembantu. Tidak sopan dan penuh intimidasi.

“Aku nggak bisa bersih-bersih, badanku lemas. Masih sakit.”

Gio mengepalkan sebelah tangannya dan meninju tembok berulang kali, meluapkan amarahnya dan psikisnya yang mulai carut-marut.

“Kamu bersihin sekarang, Mon. Kita perlu makan dan bertahan hidup di sini!”

Bertahan hidup di sini? Mona nyengir lebar. “Kenapa kita harus bertahan hidup di rumah? Ini kan bukan...”

“CEPAT LAKUKAN SAJA PERINTAHKU!” teriak Gio, membungkam mulutnya.

-

1
choowie
lanjutin dong mbak,jgn selesai sampe sini🙏🙏🙏
choowie
apa sekarang giliran s Mona yg jdi pengabdi setan😒
Wahyu
semoga Miranda tetep imannya
yuli anisa
seyeem mba vi bacanya takut tapi penasaran
Muhammad Dimas Prasetyo
untung selesai kalo ga Mona akan merajalela dengan dendam nya
🍃gιмϐυℓ 📴
Yaaahhh... kirain Arik & Mira bakal nikah 🤭🤭🤭 Syukurlah Gio & Mona menerima karma dari perbuatan mereka sendiri
Me mbaca
ini sudah tamat kak?
👍 great...
menegangkan, seru
mommyanis
nakal dikit gpp rik...asal jgn maen fisik aj,ckp maen hati lah 🤭🤭🤭🤭
Muhammad Dimas Prasetyo
masalah nya gio udah ga waras,emng bisa orang ga waras mengucapkan talak
🍃gιмϐυℓ 📴
Sama Gio kelarin dulu Mir, baru bisa posesif ke Arik si brondong manis 🤣🤣🤣
Me mbaca
Arik ..love you...
say Miranda
duh punya berondong manise disanding terus, alibi jadi sekretaris pribadi nih...
choowie
jdi sekpri ya Rik😁
choowie
cieeeee😍
choowie
bisa aza ah😬
choowie
bisa AE ah😬
Umine LulubagirAwi
Smoga Alita ga jd pnrus ilmumu utu, mir..mngerikan..
Umine LulubagirAwi
woowwh, mona bkal lngsg jd tumbl apa nggu bbrp hri ini?😱😱 ngerriii
Umine LulubagirAwi
Gio2, ga sadar apa kalau mona dan kmu bkal jd tumblnya
Umine LulubagirAwi
waduhh...misterii sklii ini. ngiranya itu, ini, lah kok bpknya bgtu.
next
Umine LulubagirAwi
tryta, krywan mnikhi anak bos, eh skrg ngelunjak, smpai selingkuhin miranda.

jgn2 miranda jd tumbl bpknya sndri. krn thu miranda sdg skit hati.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!