Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?
Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.
...
Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
holi(2)day i
Aditya bersama Reza memasuki apartemen, di sofa sudah ada Gavin tengah membaca buku dengan tenang. Tak ada siapa pun selain lelaki itu.
"Kapan lo balik ke sini?" Tanya Aditya seraya duduk di samping Gavin bersama Reza.
Gavin menutup bukunya lantas diletakkan di meja. "Tadi siang."
Reza meneliti wajah Gavin, seperti ada yang berbeda. "Gimana hubungan kamu sama Safira?"
Tepat sasaran. Gavin tersenyum lebar. "Sukses."
"Yeah! Akhirnya! Berarti malam ini gue bisa tidur nyenyak." Aditya bersorak senang seakan dirinya yang sudah berbaikan dengan kekasih.
Pasalnya sudah sebulan ini mereka menemani dan menghibur Gavin yang sangat kacau. Kalau Gavin tukang mabuk seperti dirinya, mungkin mudah untuk membuat lelaki itu melupakan masalahnya sejenak. Selama ini mereka menemani Gavin melamun, atau menenangkan saat lelaki itu frustasi. Bisa dibilang malam ini akhirnya mereka bebas.
Gavin melirik ke arah dapur. "Apa Maura belum ke sini lagi?"
"Sebenernya gue udah minta dia datang hari ini. Gak tahu dia bakal dateng atau enggak kalau tahu ada lo," jawab Aditya.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, orang yang mereka bicarakan datang dari balik pintu apartemen. Perempuan itu mematung di sana setelah melihat Gavin. Sepersekian detik hingga akhirnya Maura pun berbalik keluar dari sana. Gavin pun segera berlari menyusulnya.
"Maura tunggu!" Gavin menahan pergelangan tangan Maura.
Maura terdiam.
Gavin pun melepaskan tangan Maura. "Kenapa kamu lari?"
Maura terisak pelan. Ia menutupi wajahnya dengan telapak tangan. "M-maaf. A-aku gak tahu kalau Safira bakal kayak gitu."
Gavin memegangi bahu Maura untuk menenangkannya yang terus meminta maaf. Maura menghindarinya sejak Safira masuk rumah sakit. Tidak datang ke apartemen atau pun bertemu di sekolah. Awalnya ia sangat marah, tapi Aditya membujuknya untuk berpikir dengan kepala dingin. Sejak mengenal perempuan itu, Gavin tahu mencelakai Safira pasti bukan rencananya.
.
.
Safira duduk bersandar di kepala tempat tidur. Sepertinya ia akan tidur nyenyak malam ini, hatinya sudah terasa ringan tanpa beban. Senyum pun tak pernah meninggalkan bibir mungilnya. Diambilnya ponsel untuk melihat siapa tahu Gavin mengirimi ia pesan, meski nyatanya grup obrolan para gadis yang sudah penuh.
RASA CAER
EserHarefa : eh, gimana nih hari sabtu jadi 'kan? Jangan cuma wacana doang kalian
LisaPiscelia : jadi, gue udah ngomong sama bang pacar
FriscaDwipa : aku juga oke
EsterHarefa : gasss
SafHalim : kalian mau ke mana?
FriscaDwipa : kita mau holiday bareng, lanjut pajama's party
LisaPiscelia : Safira mau ikut?
SafHalim : boleh?
EsterHarefa : ya, boleh lah
LisaPiscelia : yeah, akhirnya Safira comeback to us
FriscaDwipa : emang Safira habis dari mana?
EsterHarefa : itu cuma perumpamaan, sayang
FriscaDwipa : perumpamaan apa?
LisaPiscelia : selamat berdebat, deh, kalian. Aku cape sama anak satu itu
SafHalim : emang rencananya kita mau ke mana, sih?
LisaPiscelia : kita mau ke Bali
SafHalim : kenapa kita gak ke Swiss aja?
EsterHarefa : what
FriscaDwipa : the
LisaPiscelia : fuck
SafHalim : aku ngomongnya salah, ya?
LisaPiscelia : Safira sayang, kita cuma punya waktu dua hari. Mana bisa ke Swiss cuma sebentar
SafHalim : keluarga aku juga gitu, kita liburan sebentar aja
LisaPiscelia : tapi kita gak bisa gitu. Ke Swiss cuma sebentar, 'kan sayang
SafHalim : ya, udah aku ikut aja. Nanti kita naik private jet sama yacht, ya
FriscaDwipa : tapi budget aku gak cukup kayaknya buat nyewa. Kemarin habis beli baju renang baru
SafHalim : pakai punya keluargaku aja
LisaPiscelia : nah, masalah cepat terpecahkan kalau ada Safira. Liburan pun dijamin nyaman 😄
Safira tersenyum membaca pesan dari Lisa. Ia senang akhirnya bisa merasakan liburan bersama teman-temannya, untuk pertama kali dalam hidupnya. Tidak akan sulit juga mendapat izin dari orang tuanya, mengingat kondisinya yang kian membaik. Ponselnya bergetar dan ternyata ada pesan masuk dari Pak Rudi. Ia membuka file foto yang dikirimkan Pak Rudi. Seketika itu juga matanya membulat. Apa-apaan itu?
Kenapa harus saat suasana hatinya sedang baik? Safira pun membanting ponselnya ke dinding. Ia tidak peduli.
.
.
Tepat lima menit setelah bel istirahat berbunyi Gavin datang ke kelas Safira. Siswa-siswi di kelas itu terang-terangan menatap Gavin yang mencari Safira. Banyak dari mereka yang berbisik diam-diam, ada juga yang tanpa sadar memekik saat Gavin masuk ke dalam kelas menghampiri meja Safira.
"Hei, hp kamu kenapa? Aku telpon dari semalam gak aktif," tutur Gavin seraya memperhatikan Safira yang sedang merapikan iPad.
"Rusak," jawab Safira ketus. Safira berdiri dari kursi dan hendak melangkah menghindari Gavin, tapi pergelangan tangannya ditahan lelaki itu.
"Sayang, please, jangan gini lagi, ya." Gavin memohon pada Safira.
Sementara Safira menatap ketiga temannya lalu semua teman sekelasnya, mereka memperhatikannya. Belum lagi dengan panggilan 'sayang' dari Gavin. Tentu saja ia malu dan risih. Wajahnya sudah pasti memerah sekarang.
"Kita bicara di ruanganku aja." Safira menarik Gavin dari sana.
Meninggalkan seisi kelas yang langsung heboh akibat tindakannya.
Tidak butuh waktu lama bagi mereka sampai di ruang pribadinya. Safira yakin satu sekolah sedang membicarakan mereka sejak di dalam kelas, terlihat dari tatapan orang-orang sepanjang perjalanan mereka kemari. Seakan tak cukup dengan semua itu, ia kembali dikejutkan oleh Gavin yang langsung memeluknya erat setelah berhasil mengunci pintu.
"Aku kangen."
Safira diam tak menjawab.
"Kamu kenapa lagi?"
"Kakak ke mana aja? Semalem aku tungguin gak ada kabar, jadi ke buru rusak 'kan hp-nya."
"Iya, maaf. Harusnya aku ngabarin kamu lebih awal. Udah beli hp baru?"
"Udah, tinggal diambil nanti sore."
"Aku anter."
Safira mengangguk dalam pelukan Gavin.
.
.
Sore harinya sesuai rencana mereka pergi mengambil ponsel baru Safira di mall. Mereka mampir ke toko buku sekalian membeli buku yang sedang diicar Safira maupun Gavin. Safira sangat menikmati kencan yang tidak direncanakan ini. Mereka sudah layaknya remaja biasa pada umumnya, berjalan di mall sembari pegangan tangan.
"Kak, mau makan boleh 'kan?"
"Boleh. Mau makan apa?"
"Sushi!"
"Ayo!"
Safira sangat senang saat Gavin membawanya ke salah satu restoran sushi yang ada di mall itu. Mereka melihat kursi kosong lantas mengisinya. Gavin memilih sashimi yang disukainya sementara Safira memakan yang sudah di masak. Mereka menikmatinya bersama sambil mengobrol.
"Kak, nanti sabtu Lisa ngajakin aku main ke Bali." Safira mulai bercerita.
"Bali? Apa gak terlalu jauh?" Gavin nampak khawatir.
"Gak lah. Tadi pagi aku telpon Papa dari rumah, katanya boleh asal nginep di villa." Safira tersenyum semringah.
Dahi Gavin mengerut. "Kamu yakin? Gak lagi bohong 'kan?"
"Apa, sih? Tingkah kakak kayak gak mau aku pergi."
Gavin menggaruk tengkuknya. "Ya, sebenarnya aku cuma khawatir aja."
Safira tersenyum jahil lantas berkata, "tenang aja, kak. Ada Lisa sama yang lain juga. Dan habis dari sini rencananya aku mau beli bikini."
Gavin nyaris menyemburkan minumannya saat mendengar kata itu. "Apaan pakai bikini segala? Gak bisa! Aku gak setuju!"
Safira tertawa mendengarnya. Ia menyodorkan tisu untuk Gavin. "Bercanda kali, kak." Safira kembali berkata setelah usai dengan tawanya.
"Gak lucu, sayang."
Safira berdeham dengan wajah tersipu akibat panggilan mesra Gavin padanya, mereka sedang di tempat umum. "Kakak mau ikut?"
"Emang kamu gak cemburu nanti cowoknya cuma aku doang? Sudah pasti tiga temen kamu pakai bikini di sana."
Safira terdiam memikirkannya. Benar juga, nanti bagaimana kalau Gavin tergoda? Tidak bisa. Safira tidak sanggup memikirkannya.
Kali ini giliran Gavin yang tertawa dan Safira mencebik.
.
.
"Yah, padahal niat mau girls time sekalian cuci mata lihat bule." Lisa mendesah kecewa begitu mereka sampai di villa keluarga Safira.
"Lis, bang pacar tuh nanti denger." Frisca menunjuk Reza yang baru keluar dari mobil bersama Aditya dan barang-barang.
Lisa melirik ke arah Safira dan Gavin, sedangkan Safira malah nyengir. "Maaf, ya, habis gimana, dong."
Lisa mendelik sebal. "Safira, nih, gak bisa apa bikin strategi biar kak Gavin gak usah ikut-ikut segala?"
"Itu karna Safira gak punya niatan kayak kamu." Gavin yang membalas Lisa, sementara Safira tersenyum.
"Udah lah, acara ini kita ubah aja jadi kencan barengan. 'Kan jarang-jarang dapat kesempatan gini," ujar Ester bergandengan dengan pacarnya dari kelas 2-B.
"Terus aku gimana, dong? 'Kan gak punya pacar." Frisca cemberut.
Lisa tersenyum jahil lantas buru-buru menarik tangan Reza yang hendak melewatinya. "Boleh juga, terakhir liburan bareng pacar pas tahun baru kemarin." Lisa bersandar di bahu Reza yang membuat si empunya tersipu.
"Ini, nih, yang bikin gue gak mau dateng. Terus aja panas-panas yang jomblo." Aditya berujar dengan hati dongkol.
Lisa menepuk bahu Aditya. "Tenang kak, banyak bule di luar."
Aditya tersenyum cerah mendengar ide Lisa. Sementara yang lain tertawa.
.
.
Safira sengaja menyewa koki pribadi di villa mereka selama dua hari ke depan. Setelah selesai menikmati makan siang dengan banyak hidangan, mereka berencana pergi ke pantai Melasti. Empat mini cooper sudah dipersiapkan di depan villa. Ketiga temannya tentu saja bersorak gembira. Dirinya pun juga senang, apalagi ia punya banyak waktu bersama Gavin yang mengemudi.
Sepanjang perjalan Safira mengungkapkan betapa senang dirinya dengan acara mereka, Gavin pun demikian. Mobil pun di parkir tidak terlalu jauh dari pantai. Safira mengikuti ketiga temannya untuk berganti pakaian di dalam mobil, padahal ia belum pernah melakukannya.
"Safira kenapa gak ganti?" Lisa bertanya karna Safira tak kunjung berganti setelah ketiganya selesai.
"Pasti dilarang kak Gavin," tebak Ester.
Safira tersenyum masam. Padahal yang lain saja pakai baju renang cukup sexy, hanya ia yang tidak membawanya.
"Kamu tenang aja, inilah gunanya aku belanja banyak waktu itu." Frisca memberinya satu set pakaian renang.
Safira terlihat ragu tapi teman-temannya terus memaksa.
.
.
TBC