NovelToon NovelToon
Tumbal Jenazah

Tumbal Jenazah

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Iblis / Hantu / Tumbal
Popularitas:36.4k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Gita, putri satu-satunya dari Yuda dan Asih. Hidup enak dan serba ada, ia ingat waktu kecil pernah hidup susah. Entah rezeki dari Tuhan yang luar biasa atau memang pekerjaan Bapaknya yang tidak tidak baik seperti rumor yang dia dengar.

Tiba-tiba Bapak meninggal bahkan kondisinya cukup mengenaskan, banyak gangguan yang dia rasakan setelah itu. Nyawa Ibu dan dirinya pun terancam. Entah perjanjian dan pesugihan apa yang dilakukan oleh Yuda. Dibantu dengan Iqbal dan Dirga, Dita berusaha mengungkap misteri kekayaan keluarganya dan berjuang untuk lepas dari jerat … pesugihan.

======
Khusus pembaca kisah horror. Baca sampai tamat ya dan jangan menumpuk bab
Follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 ~ Gagal

Apa yang dilihat Asih semalam, tidak disampaikan pada Yuda. Dampak dari perbuatan mereka, jenazah-jenazah itu menjadi pocong bak hewan peliharaan yang keliaran saat malam tiba. Bukan hanya mereka berdua yang diganggu dan ditampakan wujud, Gita pun dihantui.

Setelah mengurus kebutuhan Yuda dan memastikan sarapan pria itu sudah terhidang dan dinikmati, Asih meminta supir menyiapkan mobil. Sempat menegur dua asisten rumah tangganya yang sejak tadi tidak terlihat.

“Maaf Bu, Minah sedang tidak sehat. Saya tadi fokus bersihkan halaman depan,” ujar Nani.

“Ya sudah, biarkan Minah istirahat. Kalau parah sebaiknya bawa ke dokter, kamu ke dapur ya. Berantakan bekas sarapan belum rapi. Masak sup kesukaan bapak, aku mau pergi.”

“Baik bu.”

Asih meninggalkan rumah mengemudi sendiri, supir yang biasa mengantar Yuda dan dirinya kemana pun seakan mendapat libur dadakan.Tentu saja tidak ingin aktivitasnya diketahui, Asih memilih bergerak sendiri. Mencari tumbal, sudah harga mati. Bahkan semalam sudah ditagih langsung. Tidak ingin terjadi sesuatu karena lambat menyediakan tumbal dan berimbas pada keluarganya.

Melewati perbatasan desa menuju kecamatan lain, Asih menghentikan mobilnya. Ada bendera kuning di salah satu rumah, rumah duka yang menandakan ada penghuni yang meninggal dunia. Ia turun dan menuju warung tidak jauh dari rumah duka.

“Permisi, Mbak,” sapa Asih pada pemilik warung. Bersandiwara membeli barang dagangan, Asih bertanya siapa yang meninggal.

“Oh, istrinya. Apa sudah dimakamkan?” tanya Asih lagi.

“Sudah bu, tadi malam langsung dimakamkan. Sudah lewat tengah malam, jam satu kayaknya.” Asih menganggukan kepalanya. Membayar apa yang dia beli lalu kembali ke mobil dan meninggalkan desa itu.

Tidak melanjutkan pencarian, Asih memilih pulang. Merasa sudah mendapatkan target untuk tumbal berikutnya.

“Mas,” panggil Asih saat tiba di rumah.

Yuda yang mendengar asih kembali mengernyitkan dahi, beranjak malas dari ranjang bahkan baru menurunkan kaki saat pintu kamar terbuka. Benar saja Asih sudah kembali, padahal pergi belum lama.

“Mas, aku sudah dapat.”

“Dapat apa?” Asih sudah duduk di samping Yuda.

“Desa Mangun, lewat perbatasan. Ada yang meninggal dan sudah dimakamkan semalam, lewat tengah malam.”

“Kita butuh jenazah yang belum lewat dua puluh empat jam dimakamkan.”

“Dimakamkan jam satu malam, kalau kita ambil sebelum tengah malam belum dua puluh empat jam.”

“Kamu yakin? Salah jam kita celaka, tumbal tidak boleh gagal.”

“Yakin Mas, yang bilang tetangganya almarhum. Masa salah.”

“Ya sudah, nanti malam kita ambil jenazahnya. Kamu siapkan bahan untuk ritual, aku tidak bisa lakukan sendiri. Sudah waktunya kamu ikut bantu.”

Sedangkan di ruangan lain, tepatnya ruangan di mana para pekerja tinggal. Minah sedang sakit, baru saja diantarkan makanan oleh nani.

“Makan dulu, sakit juga butuh tenaga.”

“Nggak n4fsu, aku masih kebayang kejadian semalam,” tutur Minah.

“Jangan manja, bukan hanya kamu saja yang melihat dan diganggu pocong. Aku, Mas Parjo dan Mas Karto pun sudah lihat. Makanya jangan kebelakang, Bapak sama Ibu larang kita ke belakang. Di sana wingit,meskipun kalau siang kelihatan indah.”

Setelah sholat malam, Minah tidak langsung ke kamarnya. Ia mendengar suara dari arah belakang rumah utama, khawatir ada maling. Minah pun hendak mengintip, nyatanya ia dikejutkan dengan sosok pocong yang bukan hanya satu, tapi banyak.

Beruntung tidak pingsan di tempat, ia langsung kembali ke kamar meski sempat syok bahkan Nina pun panik.

“Kayaknya aku mau pulang, aku nggak kuat,” ungkap Minah.

“jangan Minah, nanti aku sendiri. Aku nggak mau.”

***

“Udah aman ‘kan, permen sugus nggak muncul lagi?” Gita tersenyum dan menganggukan kepala menjawab pertanyaan Ikbal.

“Aku sempat nggak mau tidur, takut pas bangun ada sosok itu di kamar. eh kayaknya ketiduran, kebangun udah adzan subuh.”

Dirga menggeser kursinya agak jauh, tidak ingin asap dari rokoknya mengganggu Gita. Mereka baru saja menikmati sarapan bubur ayam tidak jauh dari kosan.

“Kita jadi pulang?” tanya Ikbal.

“Jadi, weekend ini kita pulang,” sahut Gita.

“Mau ikut Mas? Desa Barungan masih asri loh, gadisnya cakep-cakep,” tutur Ikbal dengan bangga.

“Kayaknya sudah terbukti kalau cewek dari desa kalian cakep, nih buktinya.” Dirga hanya menunjuk dengan dagunya ke arah Gita.

“Salah satu gadis idaman, tapi nggak ada yang berani. Bapaknya galak.”

“Bukan bapak yang galak, tapi kaliannya aja yang pengecut.”

“Nantangin Bal, aku ikut deh. Mau ketemu Bapaknya Gita, siapa tahu jadi calon mertua.”

“Boleh Mas, ayok.”

“Kalian apaan sih. Aku nggak mau pacaran dulu apa lagi langsung nikah, mau kuliah terus cari kerja di kota kalau perlu ke jakarta.”

“Gayamu Git, kayak dikasih izin sama Bapak dan Ibumu.”

***

“Lebih cepat Sih, takut ada yang lihat. Perasaan aku nggak enak.” Yuda terus mencangkul dibantu Asih yang kekuatannya tidak seberapa.

“Iya, ini juga aku cepat.”

Berburu dengan waktu, jam dua belas malam mereka sudah menggali makam. Tidak aman, karena masih ada warga yang lalu lalang. Namun, berpacu dengan waktu. Jenazah pun terlihat, Yuda dan Asih semakin semangat menggali.

Setelah mendapatkan jenazahnya, mereka tidak merapikan kembali makam tersebut. besok pagi pasti geger karena ada jenazah hilang. Setelah memasukan jenazah ke dalam mobil dinas, mobil yang digunakan khusus untuk mengambil tumbal. Yuda dan Asih mengganti pakaian mereka yang sudah kotor dengan tanah.

Para pekerja tidak diliburkan, karena mendadak. Kalau sebelumnya, Yuda akan memulangkan para pekerja di rumah saat ia mengambil tumbal dan melakukan ritual. Asih pun menuju samping rumah, memastikan tidak ada yang terjaga dan ada di luar.

“Aman, Mas.” Asih membuka pintu depan membiarkan Yuda masuk membopong jenazah, ia langsung menutup pagar dan menguncinya.

Asih diminta ikut masuk ke dalam ruang ritual, sempat berdiri mematung melihat isi dalam ruangan. Meja persembahan dan ranjang di mana tumbal dibaringkan.

“Ayo duduk, tunggu apa lagi!”

Segera Asih duduk di samping Yuda, memperhatikan apa yang dilakukan oleh suaminya termasuk merapal mantra. Tubuhnya merinding dan takut saat di tengah ritual, terasa keberadaan sosok lain. Langsung menundukan pandangan, tidak berani melihat.

Bahkan ia meringis mendengar Yuda menghabisi hidup ayam sesajen lalu meneguk darahnya.

“Minum!”

“Nggak mau, Mas,” tolak Asih masih menggelengkan kepalanya.

“Minum Asih, dia yang minta. Yang sudah memberikan kita kekayaan, ayo diminum.”

Asih hendak muntah saat bibirnya menyentuh pinggiran gelas bahkan saat meneguk dan cairan itu turun di tenggorokannya.

Yuda kembalid engan ritualnya, Asih seakan mudah mengingat mantra yang diucapkan oleh sang suami. Mungkin saja pengaruh iblis agar manusia mudah terjerat.

Lebih dari dua jam mereka berada di dalam ruangan itu, melakukan ritual penyerahan tumbal dan mengharapkan hasil dari pesugihannya.

“Sudah mas?”

“Hm. Sekarang buka kafan jenazah itu! Jangan takut dia sudah mati.”

Asih membuka ikatan tali dan menyibak kain kafan. Yuda bilang uangnya ada di dalam kafan yang digunakan. Namun, Asih tidak menemukannya. Bahkan sampai membuka kafan semakin ke bawah dan sedikit menggeser letak jenazah.

“Mas, tidak ada.”

“Hah, masa?” Yuda memastikan sendiri kalau uang yang biasa didapat setelah ritual, tidak ada.

Yuda dan Asih saling tatap setelah mencari bahkan sampai melepaskan semua ikatan tali pocong. Jelas ada yang salah, atau syarat yang kurang.

“Salah, pasti ada yang salah.” Yuda kembali ke meja sesajen, melihat sisa sesajen di sana. semua lengkap meski sudah berantakan dan sisa persembahan.  “Asih, kamu yakin jenazah itu dimakamkan belum dua puluh empat jam?”

“Ya … yakin, Mas. Tetangganya yang bilang.”

Yuda mengusap wajahnya. Khawatir dan takut luar biasa, ia gagal menyerahkan tumbal. Entah apa yang akan terjadi.

 

 

1
estycatwoman
very nice 👍💯😊
Wisell Rahayu
baru mampir thoor masih menyimak😀
Hariyanti Katu
Aamiin🤲🤲
Hariyanti Katu
mantaf
Vita Liana
baru baca
Misna Class
lebih baik kalau ada yg ketok2 pintu di biarin aja.. lagian udah sering gitu ngapain juga masih di bukain pintu.. thor2 buat cerita kok aneh banget
Rina Indriani
lanjut kk ceritamu kereen
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
pocongny mantan spiderman ya keluar dr plafon..
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️: makany itu mgkn tuh pocong masih merasa doi spidey jdi dia lewat plafon.. 🤣🤣🤣
dtyas (ig : dtyas_dtyas): belum pernah ya, ada kisah nyata pocong jatuh dr plafon 😁😀
total 2 replies
Rina Indriani
wih... asih
Esih Esih
Luar biasa
Zuhril Witanto
aamiin
Aditya HP/bunda lia
wiiih ... tamat ditunggu yang baru
Heri Wibowo
ada cerita baru lagi Thor
ayularasati91
baru bisa baca setelah sibuk di dunia nyata, ternyata udah mau tamat aja 😭 lanjutt kak thor
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
the myth nya hobi turing ya kesana sini..
Kustri
mending tanah diwakafin di bangun masjid ato musholla, spy tdk wingit & pocong dkk takut, Git
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
pocongny di toilet mau p1p1s minta dibukain tuh ikatannya..
Zuhril Witanto
arka sekarang ada dimana ...kirain tinggal ma yura
Zuhril Witanto
kamu maunya kapan git
Zuhril Witanto
apa Gita bakalan terseret kasus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!