"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Bapak Jatuh Sakit.
"Hati - hati di jalan ya pak" kata pengantar pertama kali dari Hana yang di balut dengan senyuman manis nya.
Jantung Arman dibuat berdebar tak beraturan.
Mendengar itu, Arman pun girang bukan main di buat nya, sampai - sampai ia melompat karena kegirangan.
"Yuhuuuu" seru nya.
"Baru kali ini, pengantar untuk pulang ku begitu manis, biasanya dia tidak perduli setiap aku datang bertamu" gumam nya dalam hati.
"Sampai jumpa besok ya Han.. Bye.. Salam untuk bapak" ucap Arman sambil melambaikan tangan nya memasuki mobil.
Hana pun membalas lambaian tangan tersebut.
Ketika mobil mulai berlalu, Hana pun berbalik badan berjalan masuk, tapi sebelum itu Hana membereskan sisa makanan dan minuman di meja teras.
Hana mondar mandir beberapa kali melewati kamar bapak saat membereskan piring dan gelas, tidak ada yang mengganjal malam itu.
Sampai esok pagi tiba.
Hana terbangun seperti biasa untuk sholat subuh, dan seperti biasa juga Hana membangunkan bapak.
Di buka nya kamar bapak yang memang tidak terkunci sejak tadi malam.
Tapi Hana kaget melihat bapak yang tertelungkup dengan selimut, badan bapak terlihat gemetar, padahal AC dan kipas angin nya dalam keadaan tidak menyala.
"Yaa tuhan bapak!" Hana teriak dan menghampiri bapak.
"Pak.. Bapak kenapa?!" Hana menggoyangkan pelan - pelan tubuh bapak.
"Kening dan tubuh bapak terasa panas, tapi telapak tangan dan kaki nya dingin sekali" gumam Hana.
Karena khawatir tubuh bapak menggigil, hana mencoba membalikkan badan bapak, tanpa menunggu bapak merespon.
Saat berhasil membalikan tubuh, wajah bapak terlihat pucat pasi. Hana yang panik spontan memeluk bapak.
"Ya tuhan, Bapak kenapa?" suara nya bergetar.
Bapak tidak menjawab apa - apa, tapi Hana tau bapak merespon dengan mimik wajah nya. Bapak mengedip kan mata beberapa kali ke arah Hana.
Tapi, mata bapak sayup sekali, seperti ingin pingsan.
Di periksa nya bagian nadi, masih terhitung normal, walaupun nafas bapak tidak beraturan.
Hanya saja bapak menggigil, dan pucat.
"Pak, kita kerumah sakit ya.. Hana siap kan semua nya dulu. Bapak tahan ya pak" ucap Hana.
Hana kembali membetulkan selimut di badan bapak, lalu dia bergegas menyiapkan diri.
Hana bingung harus bagaimana, dan harus menghubungi siapa, dengan kondisi emergency di jam se- pagi ini.
Biasa nya, ia meminta tolong pada Gita, Sedang kan Gita baru akan pulang esok sore dari liburan nya.
Kalau Hana menghubungi Kaka Kaka nya akan menghabiskan waktu yang lama, untuk menunggu mereka datang, karena ketiga Kaka Hana berada di luar kota.
Dengan cepat Hana merapikan baju bapak yang berantakan di tubuh nya. Memasang kancing yang lepas di beberapa bagian.
Hana dengan sigap mencari beberapa berkas untuk membawa bapak ke rumah sakit.
Sambil Hana merapikan berkas, ponsel nya di gunakan untuk menelfon pak Arman.
1 kali berdering tapi belum di angkat.
"Sekali lagi, kalau ngga di angkat aku akan pesan mobil online aja" gumam nya panik dan terburu - buru.
Di depan rumah Hana memang ada mobil bapak, tapi Hana tidak bisa mengemudi.
Hana kembali memencet ponsel nya pada kontak "Pak Arman"
Ia menghidupkan pengeras suara, dan meletakkan ponsel di meja. Ia kembali merapikan berkas dan barang - barang yang akan di bawa dengan ransel nya.
"Tringggg"
"Tringggg"
"Halo? Assalamualaikum ada apa Han? Tumben pagi - pagi, ada apa?" kata Arman dengan suara khas orang baru bangun tidur.
"Halo pak, bapak sakit! saya mau kerumah sakit. Kalau bisa tolong kamu kesini bantu saya!" kata Hana tergesa.
"Apa! oke oke saya langsung otw!" Arman kaget dan langsung bergegas dan bersiap.
Hana pun mematikan telfon nya, dan memasukkan ponsel pada tas selempang nya.
Setelah berkas siap, Hana mengambil kan air minum hangat dan baskom berisi kompres - an sambil menunggu pak Arman datang.
Hana juga mencoba menawarkan makanan ringan untuk bapak, tapi bapak menggeleng kan kepala nya.
Hana menutup seluruh tubuh bapak dengan selimut dan ia memeluk nya agar hangat nya sampai di tubuh bapak.
Ia tertegun melihat bapak yang tiba - tiba jatuh sakit.
Hana tidak sadar, bahwa dari semalam ada yang tidak beres dengan kondisi bapak.
Sekitar 15 menit menunggu, akhir nya pak Arman pun datang mengetuk pintu.
Hana bangun dan membukakan pintu.
Walaupun tanpa ada kata - kata atau pertanyaan di antara kedua nya, tapi mereka secara kompak langsung membopong bapak masuk ke dalam mobil.
Setelah bapak masuk, Hana langsung berlari untuk mengunci pintu rumah dan berlari lagi masuk ke dalam mobil.
Hana masuk duduk di sebelah bapak, memegangi tubuh bapak yang lemas. Arman dengan sigap meluncur menuju ke rumah sakit terdekat.
Di perjalanan, Arman pun mulai bertanya.
"Han, kenapa bisa begitu bapak? Apa karena tidak makan semalam?"
Hana hanya menggelengkan kepala nya.
Ia juga tidak tau pasti penyebab bapak tiba - tiba sakit begini.
Hana sesekali menoleh ke arah wajah bapak.
Memastikan bapak masih hidup.
Ia menggenggam erat telapak tangan bapak yang dingin.
Arman pun ikut bergeming, sambil mempercepat laju mobil nya mumpung jalanan belum macet.
Sampai nya di depan rumah sakit, Arman dengan cepat meminta tolong suster untuk membawa kursi roda untuk bapak Malik.
Melihat itu semua, Hana merasa agak lebih kuat, karena ia merasa tidak salah pilih meminta pertolongan yang tepat kepada pak Arman.
"Kalau aku sendiri bawa bapak ke rumah sakit tadi, serepot apa aku.." gumam nya.
Suster pun datang, Bapak pun di dorong masuk ke ruang UGD.
Saat suster meminta untuk mengisi berkas, Hana meminta tolong pada Arman untuk menjaga bapak sebentar.
Hana juga mulai menghubungi ketiga Kaka nya, dengan mengirim foto bapak yang sedang di pasang infus tadi.
Mbak Nina, mbak Fafa dan mbak Yaya pun mengabarkan akan segera menyusul ke rumah sakit tersebut.
Hana menarik nafas panjang, tepat di depan administrasi saat menulis nama bapak sebagai pasien.
Pikiran nya langsung kalut, Hana benar - benar cemas. Ia takut bapak pergi meninggalkan Hana seperti ibu.
Setelah selesai mengisi administrasi, Hana kembali ke UGD untuk melihat kondisi bapak setelah infus masuk beberapa menit.
"Semoga bapak agak membaik setelah pasang infus" gumam nya.
Terlihat dari kejauhan, ada beberapa suster sedang mengambil sampel darah bapak.
Hana berjalan agak cepat menghampiri.
"Bagaimana sus?" tanya Hana.
"Oh, ini sedang kita ambil sampel darah untuk di cek. Nanti hasil nya biar dokter yang akan menjelaskan." kata suster.
"Baik sus.." ucap Hana.
Pak Arman yang berdiri mematung di sudut kasur pun bertanya.
"Sudah menghubungi Kaka Kaka mu Han?" kata Arman.
"Sudah tadi, aku hanya kirim foto bapak saat di infus" jawab Hana.
Pak Arman melirik jam tangan nya, masih jam 5 pagi.
"Hana, sambil menunggu hasil, saya izin untuk sholat subuh di musola sebentar ya, nanti saya kembali lagi" izin Arman.
"Iya pak.." jawab Hana.
Kini Hana hanya berdua dengan bapak.
Syukur nya, kondisi bapak dalam keadaan sadar, walaupun sangat lemas.
"Pak.. Mau minum?" tanya Hana.
Bapak mengangguk.
Hana segera mengeluarkan botol air yang di bawa nya tadi dari dalam ransel.