NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ash Shiddieqy

Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 - Pria Misterius

"Sekarang katakan padaku dengan jelas siapa kalian berdua ini!"

"Kami hanya orang biasa. Kami menemukan benda itu sebelumnya di sekitar akademi," jawab Zafran dengan ragu.

"Menemukannya? Kenapa kalian tidak melaporkannya padaku? Kenapa kalian malah menyimpannya? Apa kalian gila?" cecar Ezra dengan setengah berteriak.

"Tidak perlu melakukan ini, Pak Kepala. Kami benar-benar bukan bagian dari kelompok sesat itu," jelas profesor Ariana.

"Oh begitukah? Kalau begitu aku hanya perlu menebas leher salah satu dari kalian. Jika kalian bukan bagian dari kultus itu seharusnya darah kalian masih merah kan?" ancam Ezra sambil menarik pedang di pinggangnya.

Ariana dan Zafran menelan ludah ketakutan. Mereka saling menatap kemudian mengeluarkan sesuatu dari saku mereka lalu langsung memakannya. Seketika itu juga aura mereka berubah menjadi hitam dan jauh lebih kuat.

"Hail Heavenly Lord," ucap mereka berdua lalu mulai menyerang Ezra.

Aditya menyadari bahwa sesuatu yang mereka telan adalah pil Heavenly Power. Pil ini akan meningkatkan circle yang menelannya satu tingkat untuk sementara dengan bayaran nyawa mereka sendiri. Memakan pil ini berarti mereka sudah siap untuk mati.

Ezra cukup terkejut dengan pancaran mana mereka yang tiba-tiba meningkat. Mereka berdua yang sebelumnya memiliki enam circle sekarang menjadi tujuh. Profesor Elena dan Aldrin yang juga merupakan seorang dengan tujuh circle bersiap untuk maju.

"Sudah aku bilang jangan ada yang ikut campur!" kata Ezra dengan menangkis serangan-serangan dua orang yang ada di hadapannya. Dia tampak tidak kewalahan bahkan terlihat ada seringai kecil di bibirnya.

Semua profesor yang ada di sana merasa tegang. Mereka sebisa mungkin menahan benturan mana pertarungan itu agar tidak keluar dari sana.

Aditya mengamati setiap gerakan dari pertarungan mereka. Meskipun sekarang mereka sama-sama memiliki tujuh circle, tapi perbedaan kekuatan mereka masih sangat besar. Selain itu, kepala akademi juga memiliki teknik yang jauh lebih baik.

"Aku merasa kecewa. Ternyata kalian yang telah aku anggap sebagai bagian dari akademi ini malah melakukan pengkhianatan. Aku tidak mengerti apa yang kalian pikirkan," ucap Ezra sambil menghempaskan mereka berdua dengan pukulannya.

Zafran bangkit lagi lalu tertawa diikuti oleh Ariana di sampingnya. "Sayang sekali, tapi dari awal kami memang bukan bagian dari kalian. Aku tidak menyangka identitas kami akan terungkap secepat ini."

Ezra menggemeretakkan giginya marah saat mendengar ucapan Zafran. Dia merasa sangat terhina karena pernah menganggap mereka berdua sebagai bagian dari orang-orang terpercayanya.

[Ezra's Original Sword Style - Endless Sword Slash]

Ezra kali ini benar-benar menghunuskan pedangnya lalu maju menyerang mereka tanpa menahan diri. Serangannya sangat cepat sampai cukup sulit untuk diikuti oleh Aditya saat ini. Tapi dia bisa melihat bahwa serangan kepala akademi selalu menghindari titik vital. Sepertinya dia belum ingin membunuh mereka.

Keringat dingin membasahi seragam para profesor. Mereka merasa kewalahan harus menahan aura Ezra yang meluap-luap. Beruntung tidak butuh waktu lama bagi Ezra menjatuhkan dua orang di depannya.

"Hahaha, sialan. Aku pikir kita bisa berpura-pura lebih lama. Aku tidak menyangka semua akan berakhir seperti ini," ucap Zafran dengan kedua mata yang sudah menghitam karena efek dari pil itu sudah sampai pada batasnya. Selain itu dia juga sudah tidak bisa bergerak karena otot tangan dan kakinya yang sudah terputus oleh pedang Ezra.

"Katakan padaku! Apa sebenarnya tujuan kalian berdua?" tanya Ezra sambil mengibaskan darah hitam yang ada di pedangnya.

Kali ini Ariana yang tertawa. Dia menatap Ezra dengan senyum lebar seolah dia sudah siap menerima kematiannya.

"Kau pikir kami akan mengatakannya? Lebih baik kami mati," jelasnya dengan senyum yang mengerikan.

Ezra hendak menebas kepalanya tapi tiba-tiba profesor Aldrin menahannya. "Tidak perlu membunuh mereka sekarang. Kita perlu melaporkan ini dulu ke pihak militer," usulnya pada Ezra.

Kepala akademi menghela napas kemudian menyarungkan pedangnya. Dia meminta sebagian para profesor yang ada di sana untuk pergi ke markas militer terdekat. Kejadian ini harus segera diusut tuntas untuk menemukan yang lainnya.

Aditya menatap kedua orang yang terduduk bersimbah darah di tanah dengan perasaan yang sedikit lega. Dia akhirnya bisa menggagalkan krisis lain di akademi sebelum terlambat. Untuk sekarang seharusnya akademi akan baik-baik saja.

...****************...

Aditya berjalan pulang dengan pikiran setengah melamun. Setelah melihat pertarungan yang dilakukan Ezra, dia merasa dirinya masih sangat lemah. Padahal secara kekuatan Ezra masih tertinggal dibandingkan 17 saint di masa depan. Tapi Aditya merasa pesimis apakah dia mampu untuk sebanding dengan mereka di kehidupannya yang ini?

Tiba-tiba Aditya merasa ada seseorang yang sedang mengikutinya. Orang ini menyembunyikan diri dengan sangat baik yang membuat Aditya hampir tidak merasakannya. Jika bukan karena pengalamannya dalam kehidupan sebelumnya dia mungkin tidak akan bisa mendeteksinya.

"Aku tau kau mengikutiku. Keluarlah!" ucap Aditya dengan menghentikan langkah kakinya.

"Haha, putra dari Surya Nareswara memang beda," kata seorang pria yang kemudian muncul di depan Aditya. Pria itu memakai setelan berwarna abu-abu dan sebuah pedang raksasa di punggungnya.

"Siapa kau?" Aditya sama sekali tidak mengenali wajah pria tua di depannya.

Pria tua itu menatap Aditya dengan intens. Aditya tidak bisa merasakan pacaran mana dari pria itu sama sekali padahal dia yakin kekuatannya tidak main-main. Bagaimana bisa dia tidak pernah tahu tentang orang sekuat ini di kehidupannya dulu?

"Kau cukup berbakat ya, Nak. Memang keturunan tidak bisa berbohong."

"Siapa kau ini? Kenapa kau mengikutiku?" tanya Aditya lagi.

Pria itu tidak menjawab tapi malah menarik pedang raksasa yang ada di punggungnya. Aditya yang sejak tadi sudah merasa waspada memukul pria itu dengan kekuatan penuh. Pria itu tidak menghindar ataupun menahannya. Walaupun pukulan Aditya mengenai perut pria itu dengan telak, dia merasa serangannya tidak berdampak apapun.

"Apa kau sudah selesai?" ucap pria tu sambil mengayunkan pedangnya ke depan yang membuat Aditya haris mundur beberapa langkah.

Aditya merasa sangat tidak diuntungkan dalam situasi ini. Dia sedang tidak membawa senjata apapun sedangkan pedang raksasa pria itu meningkatkan jangkauan serangan yang signifikan. Dia harus memikirkan sesuatu.

Pria itu maju dan mengayunkan pedangnya lagi ke arah Aditya. Kali ini Aditya tidak bisa menghindar karena dia tidak menyangka kalau pedang sebesar itu dapat diayunkan dengan sangat cepat. Dia terhempas keb belakang padahal dia sudah mencoba menangkis dengan tangannya.

"Sialan, aku tak bisa menang," gumam Aditya kemudian ia meraih sebatang kayu di dekatnya. Dia mengalirkan semua mana yang bisa ia kumpulkan pada kayu itu kemudian ia melesat maju menyerang.

[Ultimate Spear Style - Annihilating Thrust]

"Duuaarr." Serangan Aditya membuat debu-debu yang ada di sekitar berterbangan. Pria itu menahan serangan Aditya dengan satu tangan. Melihat itu membuat Aditya yakin bahwa pria di depannya berada di puncak circle ke tujuh.

Tiba-tiba pria meremas kayu yang digunakan Aditya sampai hancur kemudian ia memukul perut Aditya dengan sangat cepat. Kali ini Aditya sama sekali tidak memiliki waktu untuk bereaksi. Dia merasa perutnya berlubang karena rasa sakit yang ia rasakan.

"Apa ini adalah akhirnya," batin Aditya sebelum ia jatuh tak sadarkan diri.

^^^Continued ^^^

1
Aixaming
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
Mafe Oliva
Ngasih feel yang berbeda, mantap!
Nia Achelashvili
Ngangenin banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!