NovelToon NovelToon
Gadis Di Rumah Itu

Gadis Di Rumah Itu

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu
Popularitas:51.1k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Sulit mencari pekerjaan, dengan terpaksa Dara bekerja kepada kenalan ibunya, seorang eksportir belut. Bosnya baik, bahkan ingin mengangkatnya sebagai anak.

Namun, istri muda bosnya tidak sepakat. Telah menatapnya dengan sinis sejak ia tiba. Para pekerja yang lain juga tidak menerimanya. Ada Siti yang terang-terangan memusuhinya karena merasa pekerjaannya direbut. Ada Pak WIra yang terus berusaha mengusirnya.

Apalagi, ternyata yang diekspor bukan hanya belut, melainkan juga ular.
Dara hampir pingsan ketika melihat ular-ular itu dibantai. Ia merasa ada di dalam film horor. Pekerjaan macam apa ini? Penuh permusuhan, lendir dan darah. Ia tidak betah, ia ingin pulang.

Lalu ia melihat lelaki itu, lelaki misterius yang membuatnya tergila-gila, dan ia tak lagi ingin pulang.

Suatu pagi, ia berakhir terbaring tanpa nyawa di bak penuh belut.
Siapa yang menghabisi nyawanya?
Dan siapa lelaki misterius yang dilihat Dara, dan membuatnya memutuskan untuk bertahan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Ajal

“Kita masuk,” Sambil berkata demikian, Pak Wira melangkah maju.

Dio dan Hadri saling berpandangan.

“Ini area terlarang, Pak. Bahaya, katanya…”

Belum selesai kalimat Hadri, Pak Wira telah memotongnya. “Ada ular? Ular doang lo takutin? Bukannya lo udah biasa nyembelih ular?”

Hadri bimbang. “Iiyaa sih Pak, tapi… “

“Apa?” Pak Wira meliriknya tidak sabar.

“Apa kawat berdurinya gak dikasih listrik ya? Apa kita perlu lapor dulu, minta izin gitu sama pak RT?” Hadri melanjutkan kata-katanya yang disela Pak Wira.

“Apa lo ngeliat ada tiang listrik yang bisa ngalirin listrik ke kawat di sini?”

Dio dan Hadri sama-sama mengedarkan pandang. Memang tidak ada. Berarti kawat berduri itu tidak dialiri listrik.

“Ga usah lapor-lapor minta izin segala. Ini darurat. Ayo masuk, bantuin gua nurunin kawat ini.” Pak Wira menekan kawat berduri itu sekuat tenaga dengan kruk, agar mereka bisa melewatinya.

Mau tidak mau, Dio dan Hadri ikut membantu menekan kruk itu, dan tak lama kawat itupun cukup rendah sehingga mereka bisa melangkahinya.

Bertiga mereka berjalan masuk ke hutan bambu, sambil celingak-celinguk melihat ke kiri dan ke kanan. Dan akhirnya tiba di ujung rawa.

Rawa itu cukup dalam, sehingga jelas-jelas tidak akan bisa dilewati.

Pak Wira memekur, memandangi rawa itu dengan ekspresi kosong.

“Sebetulnya kita nyari apaan sih, Pak?” Tanya Dio, tidak tahan karena melihat tingkah Pak Wira yang benar-benar aneh pagi ini.

Namun, bukannya menjawab, wajah Pak Wira tiba-tiba berubah. Wajahnya yang semula kosong kini mengerut, lalu napasnya memburu.

“Cepat, kita kembali ke rumah. Ayo buruan!” Dia langsung berbalik, hampir melompat-lompat saking ingin bergegas. Dio dan Hadri ikut heboh mengikutinya, sementara segala tanya di kepala mereka melihat kelakuan Pak Wira, masih juga belum terjawab.

Tiba di rumah, Pak Wira langsung mendobrak gerbang, terseok-seok setengah berlari, ia menuju ke kolam belut di belakang. Hampir terjerembab, ia melanjutkan melompat-lompat dengan sebelah kaki setelah melemparkan kruk yang dirasa merepotkannya.

Sesampainya di kolam-kolam belut yang masih penuh, Pak Wira menatap nyalang satu per satu. Sampai matanya menangkap, di salah satu kolam itu, ada gundukan yang tampak janggal. Tanpa menunggu, ia menceburkan diri masuk.

Pak Wira meraung-raung. Dari balik timbunan belut, ia mengangkat sesosok tubuh telanjang yang dipenuhi bercak merah dan ungu.

Dara!

Seekor belut menggeliat keluar dari dalam mulutnya. Matanya mendelik, hanya menampakkan bagian putihnya. Tidak ada pendar di mata itu, menunjukkan kehidupan telah meninggalkan raganya.

Pak Wira memekik dan menggerung-gerung, memeluk dan mengguncang tubuh Dara. Dio dan Hadri yang hendak membantu mengangkatnya keluar dari bak ditepisnya.

Mendengar suara ribut, Siti keluar dari dalam rumah. Melihat pemandangan itu, Siti menjerit histeris, tangannya disatukan dengan sikap doa. Tubuhnya menggigil tak tertahan.

“Ya Allah, ya Allah…” Hanya itu yang terucap dari bibir Siti yang gemetar.

“SINI LO. SINI…!” Pak Wira berteriak-teriak. Siti langsung menyingkir. Mengira Pak Wira mengamuk dan meneriakinya.

“SINI LO! INI GUA… INI GUA!” Pak Wira memukul-mukul dadanya sendiri, memutar pandang, berteriak-teriak ke semua arah.

Semua orang terpana, menatapnya tak mengerti. Menganggapnya telah kehilangan akal.

Sampai akhirnya, Hadri tersadar dan menepuk Dio.

“Telepon polisi,” katanya memberi perintah pada adiknya, sementara dia membujuk Pak Wira agar keluar dari bak, dan membantunya mengangkat tubuh Dara.

***

Polisi datang beberapa jam kemudian.

Jasad Dara yang telah ditutupi kain seprai langsung dimasukkan ke dalam kantong mayat dan dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan visum.

Pemilik rumah yang sedang tidak berada di Indonesia, diberi kabar mengenai peristiwa ini melalui telepon internasional. Dan pihak keluarga segera diberitahu.

Ayah dan ibu Dara tiba di rumah sakit keesokan harinya. Wajah ibunya sembab, sesekali masih menyeka air mata yang belum berhenti mengalir. Raut ayahnya sangat kuyu. Mereka tampak sangat terpukul.

Ayahnya memapah ibunya yang hampir tak mampu berjalan, ke ruang mayat untuk memastikan bahwa itu benar-benar anak gadisnya.

Ayahnya tak henti-henti bergumam, “Salahku, salahku. Kalau saja aku tidak membujuknya untuk bertahan… Ini semua salahku…”

Polisi meminta izin otopsi yang langsung disetujui ayah Dara. Kepada polisi, ayahnya menyampaikan bahwa Dara pernah beberapa kali menelepon, mengatakan tidak betah dan ingin pulang, karena semua orang tampak membencinya.

Tetapi beberapa minggu ini, Dara mengatakan telah memiliki seorang teman, sehingga dia memutuskan untuk bertahan.

Mendengar keterangan itu, polisi menyimpulkan, banyak yang bisa dicurigai sebagai ‘pembunuh’ Dara.

Polisi melakukan penyelidikan, bertanya ke sana kemari tentang ‘teman’ Dara. Tetapi tempat itu terpencil dan jauh ke mana-mana, selain para pekerja, tidak mungkin Dara mengenal orang lain.

Dari keterangan ayahnya, Dara mengatakan bahwa temannya itu adalah karyawan di sana juga. Tetapi setelah memeriksa setiap karyawan di sana, tidak ada yang pernah berinteraksi dengan Dara.

Tentu saja, polisi tidak pernah mendengar tentang Siti yang ‘mencoba mengusir’ Dara, dengan cara menakut-nakutinya, mengurungnya di kamar dan mengasapi kamar itu. Karena yang mengetahui kejadian itu hanya Siti dan Pak Wira. Siti mengunci mulutnya rapat-rapat karena takut dirinya akan dituduh sebagai pembunuh.

Menurut dokter forensik, hasil otopsi menunjukkan penyebab kematian Dara adalah asfiksia, yaitu kekurangan kadar oksigen dalam tubuh.

Yang bisa menyebabkan asfiksia ada tiga, yaitu sebab alamiah, trauma mekanik, dan keracunan.

Sebab alamiah contohnya karena penyakit penyumbatan saluran pernapasan seperti laringitis difteri (terdapat para faring, laring, dan hidung), atau fibrosis paru (gangguan pergerakan paru).

Trauma mekanik misalnya dicekik, tenggelam, digantung, terjerat, dibekap, dan terperangkap di lingkungan kurang oksigen.

Pada kasus Dara, penyebabnya adalah trauma mekanik, yaitu karena saluran pernapasannya tersumbat. Diperkirakan karena dia terbenam di kolam belut dalam waktu lama.

Yang aneh adalah, kolam itu dangkal, mustahil Dara tidak bisa bangkit untuk mengambil napas.

Kedua, siapa yang membenamkan Dara di kolam, tidak mungkin dia membenamkan dirinya sendiri.

Namun, dari hasil pemeriksaan tubuhnya, tidak ada tanda-tanda kekerasan fisik, misalnya dicekik sehingga tidak berdaya lalu dibenamkan.

Memar-memar di sekujur tubuhnya juga bukan diakibatkan oleh benturan benda tumpul. Setelah diamati, itu adalah jejak-jejak cinta. Tetapi tidak terjadi kekerasan seksual. Sehingga dokter menyimpulkan, Dara tidak dilecehkan. Hubungan ‘cinta’ ini terjadi secara sukarela.

Akan tetapi, tidak ada jejak yang tersisa dari lawan jenis yang melakukan dengannya. Tidak ada DNA sisa air ludah. Tidak ada sisa cairan sperma di dalam organ intimnya.

Inilah keganjilan yang membuat kepolisian pusing tujuh keliling dan dokter forensik mengerutkan kening.

Dengan penuh penyesalan, akhirnya mereka menyampaikan pada orang tua Dara. Mereka tidak bisa menemukan jawaban atas misteri meninggalnya putri mereka satu-satunya secara tragis, selain penyebab ‘wajar’.

Bahwa Dara, diperkirakan kehabisan oksigen dan terbenam di dalam air karena pingsan, sehingga menyebabkan dia menjemput ajal.

“Secara fisik, bibir, gusi, bawah kuku dan ujung jarinya berwarna kebiruan. Itu menandakan terjadi proses kekurangan oksigen.” Kata dokter Afni, dokter forensik yang memeriksa Dara, menyampaikan dengan berat hati kepada ayah dan ibunya.

“Selain itu, di kelopak mata bagian dalam, di selaput lendir mata, ada bintik-bintik kemerahan yang menunjukkan terjadi pendarahan. Juga ada tanda-tanda organnya bengkak dan ada pembendungan pembuluh darah,” imbuhnya.

Penjelasan yang paling bisa diterima nalar, hanya itu.

Sementara Pak Wira, yang tampaknya adalah saksi kunci karena merupakan orang pertama yang ‘mengetahui dengan pasti’ ke mana mencari Dara, seolah telah kehilangan akal dan tidak bisa ditanyai.

Sejak pagi naas itu, Pak Wira hanya melotot sepanjang waktu sambil berteriak-teriak “Sini lo, sini lo. Ini gua, ini gua.”

Tidak ada yang mengetahui kepada siapa kata-katanya ditujukan. Dan siapa ‘lo’ yang dia maksud.

Kedua orang tua Dara, dengan penuh ganjalan di hati terpaksa menerima kenyataan teramat getir, membawa jasad putrinya pulang untuk dikuburkan dengan layak.

1
Rehaan Aamir
Gilaaaa Bab Awal Aja Udah Se Misterius Ini Jln Crt Nya....Gmn Gk Bikin Penasaraaann Buat Ngikuti Alur Selanjutnya....
Kustri
g bs dipersingkat apa,
byk yg qu skip krn byk yg g penting
Kustri
tak skip, maaf yo
estycatwoman
nice
Astuti Puspitasari
Alur maju mundur di cerita ini dikemas dengan sangat apik, keren banget novelnya. Semangat terus berkarya thor 🥰
Dela Tan: terima kasih 🙏
total 1 replies
Kustri
Luar biasa
Ridho Widodo
pp Dara go blok
Kustri
misteri nih, knp anggota badan pa wira hilang 1-1

karyawan baru emg hrs byk belajar g salah jg mirna menyuruh bangun dini hari
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
good, rekomended!
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
Dari sinopsis, alur utama cerita MC-nya Dara, tapi Dara malah diceritakan hanya sampai bab 19. Sedang bab 20-57 menurut saya hanya cerita pendukung. Disajikan terpisah seperti itu membuat novel ini seperti dua cerita yang berbeda, bukan kesatuan. Andaikan saja bab 20-57 disajikan sebelum bab 19 seiring dg perjalanan cinta Dara dan Damar, dan novel diakhiri dengan kematian Dara, mungkin damage yg didapat ketika mengikuti cerita ini menjadi luar biasa. Btw, thanks untuk hiburannya. Sehat dan sukses selalu. Salam kenal 🙂
Dela Tan: Kamu benar, mulai bab 20 memang bagian 2 dari novel, dan yang menggabungkan kedua cerita itu adalah 4 bab ekstra "Benang Merah" di akhir.

Kenapa dibubat begitu, karena menurut pemikiranku, jika dibuat runut mulai dari kisah Damar & Qing Qing, tidak akan ada kesan misteri & pertanyaan-pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu.

Tapi tentu saja setiap orang bisa mendapat kesan yang berbeda. Terima kasih sudah memberi pendapat :)

Salam kenal juga.
total 1 replies
Natalia Susi
ulasan apa ya, kl saya suka gaya bahasa nya yg ringan dan mudah dimengerti sehingga tidak bolak balik ke atas mecerna maksud nya...ceritanya bagus, selain masuk akal , nyambung dan yg pasti buat penasaran/Drool/
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα
dan bwt wira sendiri aku rasa apapun alasannya dia juga salah, mungkin klo wira tak membunuh Damar, nyawa Damar tak ganggu yaak... tapi pak Wira main hakim sendiri, kna dia cemburu, sakit hati Damar yg jadi cinta pertamanya memilih Qing Qing.

Kejutannya di karya ini adalah ternyata Qing Qing dan Dara Sepupuan.


ahh terpaksa komentar di bagi bbrpa kna kepanjangan wkwkwkwk

semangatt ka Dela👍👍👍
Dela Tan: Terima kasih banyak. Komentar yang panjang & komprehensif :)
total 1 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα
bab yang aku suka bab 46, 47, 48, 49 bab bab saat Qing Qing tewas dan gimna perasaan bersalah Damar melihat Qing Qing tewas kna terpeleset dan kehabisan darah... itu bab yg bikin wow.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα
sebenernya tak ada yang salah sama Cinta, cinta itu Fitrah manusia. setiap manusia berhak dicintai dan mencintai cuma mungkin yg salah adalah cara mengekspresikan cinta itu.

spt cinta Damar dan Qing Qing, tak ada yg salah sama Cinta mereka, wlpn Qing Qing 14 thn dan Damar 19 thn, mereka iya salah kna terpancing gelora muda hingga MBA... tapi jika spt ungkapan ada hukum sebab akibat bkn kah Damar dan Qing Qing sudah mendapatkan nya?
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα: 😂 sama sapaa yaak
αʝιѕнαкα²¹ᴸ: termasuk cinta sama si anu ya😄
total 2 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα
Ahh akhirnya selesai juga Maraton, no skip no lompat lompat.

mo koment apa yaak pastinya panjang komentar ku soalnya akumulasi dari all komentar dari awal bab sampe bab benang merah end.

awalnya cuma kepo nih baca karya penasarannya kna muncul di beranda, baca awal bab ehh bikin penasaran, kok bisa ide nya belutt wkwkwkwk akhirnya keterusan dehh baca nya.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα: mantap euyy berapa hari tuhh😂
αʝιѕнαкα²¹ᴸ: saia juga no skip
total 2 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα
Luar biasa bagus ini karya.
bwt pecinta horor, misteri ini karya bisa jadi pilihan bacaan kalian, dijamin tak kecewa.

jngn melihat dari jumlah like atw komentar nya, tapi baca isii ceritanya aku pastikan bikin ketagihan.

keren lahh👍👍👍👍
nanik sriharyuniati
Luar biasa
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα
Izin baca kak
Nisa Mulyani
baru kali ini baca d novel toon dapat bacaan misteri yang bagus seperti novel asli.top deh pokonya.
Dela Tan: Makasih banyak... :)
total 1 replies
tse
mau tanya ka...apakah sampai sekarang arwah damar gentayangan dan masih mencari kekasihnya qin qin,
Dela Tan: Sepertinya tidak karena sekarang daerah itu telah dibangun menjadi kawasan industri yang ramai :)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!