Dijodohkan sejak bayi, Zean Andreatama terpaksa menjalani pernikahan bersama aktris seni peran yang kini masih di puncak karirnya, Nathalia Velova. Memiliki istri yang terlalu sibuk dengan dunianya, Zean lama-lama merasa jengah.
Hingga, semua berubah usai pertemuan Zean bersama sekretaris pribadinya di sebuah club malam yang kala itu terjebak keadaan, Ayyana Nasyila. Dia yang biasanya tidak suka ikut campur urusan orang lain, mendadak murka kala wanita itu hendak menjadi pelampiasan hasrat teman dekatnya
--------- ** ---------
"Gajimu kurang sampai harus jual diri?"
"Di luar jam kerja, Bapak tidak punya hak atas diri saya!!"
"Kalau begitu saya akan membuat kamu jadi hak saya seutuhnya."
-------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 - Bersabarlah Sebentar, Syila.
Keluar dari ruangan bos sekaligus suaminya dengan perasaan gugup. Ya, pada akhirnya Syila merasakan bagaimana perannya sebagai sekretaris yang tidak biasa. Bukan hanya berkutat dengan pekerjaan seperti sebelumnya, akan tetapi tugas wanita itu lebih rumit kali ini.
Beruntung saja Zean memikirkan posisinya, andai saja tidak mungkin saat ini Syila sudah merubah layaknya singa betina. Wanita itu menghela napas pelan kemudian bersikap sebagaimana dia yang biasa, meski terkadang ngilu di bagian sana tetap saja terasa lantaran memang baru beberapa hari dia menjadi istri Zean.
"Syila, mau kemana?"
Langkahnya yang terburu-buru dicurigai oleh seseorang di sana. Tepatnya khawatir, bibir Syila terlihat pucat dan dia juga sedikit berkeringat. Belum lagi, Syila menekan bagian bawah perutnya.
"Kebelet pipis, Kak Rona."
"Kamu baik-baik saja, 'kan?" tanya Rona khawatir pada anak baru yang kerap menjadi amukan atasannya.
"Iya, baik. Kenapa memangnya?"
"Bibir kamu pucat banget, kamu nggak dandan, Syil? Ya Tuhan, wajar pak Zean marah terus. Cantik sedikit Syila, bibirmu ya ampun ... bentar, aku ambil lipstik dulu buat sekalian kamu pakai di toilet," ujar Rona kemudian segera berlari mengambil senjata andalannya dalam menaklukan atasan.
Beberapa saat menunggu, Rona kembali dan memberikan lipstik dan bedak padat agar wanita itu sedikit lebih baik. Paham betul tugas dari Zean mungkin membuatnya tertekan, akan tetapi sebagai sekretaris pribadi seharusnya Syila tetap berusaha menjaga penampilannya, pikir Rona.
"Nih, jangan takut dianggap penggoda ... lebih baik kamu jaga daripada dibentak terus sama pak Zean," ungkap Rona seyakin itu jika Syila ditekan Zean hingga depresi ringan. Tanpa wanita itu ketahui jika bibir pucat Syila diakibatkan Zean yang melummatnya hingga terhapus tanpa sisa.
"Hm, makasih, Kak Rona."
"Ck, kasihan sebenarnya ... tapi, mau gimana lagi? Hebat sih sampai bertahan lebih dari sebulan, semoga mental kamu sehat, Syila."
.
.
.
Sementara di dalam ruangan Presdir tersebut, seorang pria yang baru saja merasakan madunya di pagi hari salah tingkah tiada habisnya. Dia mondar-mandir seraya menggigit bibir. Istrinya sudah berlalu sejak beberapa menit lalu, akan tetapi di mata Zean bayangan Syila masih begitu nyata.
"Ays, harusnya aku larang dia keluar," kesal Zean menatap meja tempat dimana Syila memekik dan meracau akibat ulahnya. Zean mengusap bibir bawahnya kemudian terpejam dengan pikiran yang melayang kemana-mana.
Dia terkekeh, omelan Syila yang kesal kala membersihkan noda lipstik di bibirnya masih begitu jelas. Salah sendiri lipstiknya murah, pikir Zean geli sendiri. Sayangnya, senyum Zean pudar seketika mengingat Nathalia akan mengganggu matanya tidak lama lagi.
Benar saja, baru saja dipikirkan wanita itu sudah datang dengan Jack yang memegang ponsel di belakang. Kemungkinan besar asisten Nathalia itu akan mengabadikan moment pertemuan mereka, dan Zean muak luar biasa.
"Sayang, aku pulang ... aaah kangen banget."
Zean keberatan kala Nathalia mengecup pipinya singkat. Dia tidak membalas ataupun menyapa balik Nathalia dengan kalimat manisnya. Pria itu hanya datar seperti biasa, tapi Nathalia bergelayut manja seakan pasangan paling romantis sejagat raya.
"Jack sudah?" tanya Nathalia menoleh pada asistennya, jika dirasa kurang bagus kemungkinan besar dia akan meminta diulang adegan itu, jiwa Nathalia jelas harus sempurna.
"Perfect, kalian romantis sekali," ungkap Jack memberikan jempolnya ke arah Nathalia, wanita itu melepaskan Zean kemudian.
"Kamu sudah siap?"
"Iya, ayo pergi," ajak Zean kemudian beranjak dari kursi kebesarannya, akan tetapi Nathalia menahan pergelangan tangannya dan membuat Zean berhenti.
"Kenapa?"
"Kenapa banyak tisu kotor? Kamu onnani?" tanya Nathalia dengan nada mengejek kala dia melihat bekas tisu di kotak sampah kecil di sana, tampaknya dia bahagia melihat sang suami melakukan hal semacam itu.
"Menurutmu?"
"Iwwwh, menjijikkan haha ... kasihan sekali suamiku ini, kesepian ya? Hm, maaf ya istrimu ini sibuk sekali. Secara kamu tahu, 'kan Mr. Robert mulai mempertimbangkanku agar bisa go internasional."
Ya, Zean tahu karir lebih penting bagi Nathalia. Terserah, dia tidak peduli dan juga keinginan untuk melakukan hubungan sebagaimana suami istri biasa bersama Nathalia sudah tidak ada. Jelas, dia punya Syila yang memberikan segalanya dikala istri pertama justru merasa lucu andai dia menuntaskan hassratnya sendirian.
.
.
Keluar dari ruangannya, tentu saja Nathalia kembali melakukan perannya. Popularitasnya sebagai aktris seni peran di dunia entertaint jelas saja membuat karyawan Zean kagum meski ini bukan kedatangan pertama kali.
Mereka menunduk dan menyapa pasangan itu dengan penuh kekaguman. Sungguh sandiwara yang luar biasa sempurna, mata kosong Zean tidak bisa berbohong jika dia muak. Hingga, matanya tertuju pada Syila yang terlihat biasa saja dan tidak menatap ke arah mereka.
Jantung Zean berdegub lebih kencang saat ini, dia menjerit dalam hatinya dan berharap sekali Syila menatap ke arahnya. "Dia sengaja?" Dia terus menggerutu, hingga beberapa detik kemudian Syila melihat ke arah mereka.
Zean merasa dekat, tapi mereka jauh sekali. Ingin dia tarik jemari mungil itu, seharusnya dia makan siang bersama wanita yang paham bagaimana cara membahagiakan dirinya, bukan wanita iblis ini.
"Bersabarlah sebentar, Syila ... aku harap kamu tidak membenciku."
Sorot mata Zean tertuju pada istri rahasianya, walau saat ini lengannya dipeluk Nathalia. Sayangnya, dia belum puas memandang, Syila memilih berlalu pergi dan menghilang dari tatapan Zean.
"Maafkan aku, Syila ... kumohon jangan marah."
.
.
- To Be Continue -