NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Usaha yang Sia-Sia

Rheina dan Adnan berjalan ke sudut yang lebih sepi di halaman sekolah, meninggalkan hiruk-pikuk anak-anak yang sedang berlarian dan tawa ceria yang mengisi udara pagi. Rheina berharap bisa membicarakan masa depan Zahid dengan tenang. Namun, ia salah.

Adnan membuka pembicaraan dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. "Rheina, aku masih mencintaimu. Bisakah kita mencoba lagi? Aku ingin kita kembali seperti dulu."

Rheina terdiam sejenak, lalu tersenyum sinis. "Kembali seperti dulu?" tanyanya retoris. "Kembali ke masa di mana aku harus selalu bertahan dengan campur tangan mami-mu? Masa di mana kamu lebih mendengarkan perintahnya daripada berdiri di sampingku?"

Adnan tampak terguncang oleh kata-kata Rheina, namun tidak mengatakan apa-apa. Rheina melanjutkan, nadanya semakin tajam. "Jaminan apa yang bisa kamu berikan padaku kalau mamimu tidak akan ikut campur lagi dalam rumah tangga kita? Apa kamu yakin bisa membela aku saat mamimu terus berusaha memojokkan aku, seperti yang sudah-sudah?"

Adnan mengalihkan pandangannya, tidak mampu menjawab. Ia tahu, dalam hatinya, bahwa ia tidak akan bisa melawan kehendak maminya yang begitu dominan. Wanita paruh baya itu selalu memegang kendali dalam hidupnya, membuat keputusan atas nama Adnan tanpa memberinya kesempatan untuk berpikir sendiri.

Rheina menghela napas panjang, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku tidak bisa hidup seperti itu lagi, Adnan. Aku tidak bisa memberikan kesempatan kedua jika tidak ada perubahan. Aku dan Zahid berhak mendapatkan kedamaian."

Adnan menundukkan kepala, mengakui kebenaran dalam kata-kata Rheina. Ia tahu ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan maminya. "Aku mengerti, Rheina," katanya pelan. "Aku hanya berharap kita bisa menemukan cara untuk bersama lagi."

Rheina menatap Adnan dengan mata yang penuh ketegasan. "Aku juga berharap kita bisa menjadi keluarga yang utuh, tapi tidak dengan kondisi seperti ini. Kalau kamu tidak bisa memastikan ketenangan untuk Zahid dan aku, maka kita lebih baik tetap seperti ini."

Adnan terdiam, tidak tahu harus berkata apa lagi. Sementara itu, bel sekolah mulai berbunyi, menandakan dimulainya aktivitas belajar. Rheina berdiri dan menyeka sudut matanya yang basah. "Aku harus kembali mengajar. Dan kamu, Adnan, pikirkan baik-baik apa yang sebenarnya kamu inginkan dalam hidupmu."

Dengan langkah tegas, Rheina kembali ke kelasnya, meninggalkan Adnan yang masih terpaku di tempatnya. Hari itu, Rheina merasa lebih yakin bahwa keputusannya untuk berpisah adalah yang terbaik, demi kebaikan Zahid dan dirinya sendiri.

Setelah kepergian Rheina, Adnan berjalan lunglai kembali ke mobilnya. Ia membuka pintu dengan kasar dan duduk di kursi pengemudi, menyandarkan kepalanya ke kemudi. Dengan frustrasi, ia menyugar rambutnya, mengutuki dirinya sendiri yang tidak mampu mengambil keputusan tegas.

Suara ponsel yang berdering tiba-tiba mengagetkannya. Melihat nama yang tertera di layar, ia menghela napas dalam-dalam sebelum menjawabnya. "Halo, Mi."

"Adnan, kamu di mana?" suara Desti, ibunya, terdengar tegas dan penuh otoritas.

"Lagi di sekolahan Zahid, Mi," jawab Adnan pelan.

Desti langsung meledak dalam kemarahan. "Apa yang kamu lakukan di sana? Aku sudah bilang berkali-kali, kamu harus menjauh dari perempuan itu! Dia hanya membawa masalah untuk kita!"

Adnan terdiam, merasakan tekanan yang selalu menghimpit setiap kali berbicara dengan ibunya. "Tapi Mi, Zahid butuh aku. Dia anakku juga."

Desti tidak mendengarkan. "Anak itu hanya akan membebani hidupmu! Kamu harus fokus pada karirmu dan masa depanmu. Perempuan itu hanya mencari perhatian dengan memakai anakmu sebagai alasan!"

Adnan merasa hatinya diremas. Ia tahu Zahid butuh sosok ayah, dan ia pun merindukan anaknya. Tapi setiap kali mencoba mendekati keluarganya, Desti selalu menemukan cara untuk menghalangi. Ia tidak pernah diberi kesempatan untuk menjadi ayah yang baik bagi Zahid.

"Mami, aku mencintai Zahid. Aku ingin ada di hidupnya," kata Adnan, mencoba mengumpulkan keberanian.

Namun, Desti tidak memberi ruang untuk protes. "Cukup, Adnan! Kamu tahu mami hanya ingin yang terbaik untukmu. Jangan sia-siakan hidupmu demi perempuan dan anak itu. Sekarang pulang dan kita bicarakan ini lebih lanjut."

Panggilan terputus, meninggalkan Adnan dalam kehampaan. Ia menutup mata, merasakan air mata mengalir di pipinya. Dalam hatinya, ia berteriak, mencari cara untuk melawan kendali maminya. Namun, kenyataan berkata lain. Desti terlalu kuat, terlalu dominan dalam hidupnya.

Adnan menyeka air matanya dan menghidupkan mesin mobil. Ia tahu harus kembali, mengikuti perintah maminya, meskipun hatinya berteriak ingin berbeda. Dengan pandangan kosong, ia mengemudi menjauh dari sekolah, meninggalkan harapan yang semakin pudar.

Di dalam kelas, Rheina mengajar dengan sepenuh hati, berusaha memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Namun, di sudut hatinya, ia merasakan kesedihan yang dalam. Ia tahu Adnan mencintai Zahid, tapi cinta saja tidak cukup tanpa keberanian untuk melawan bayang-bayang yang menguasai hidup mereka.

--

Saat jam istirahat tiba, Rheina menyempatkan diri untuk mengunjungi kelas Zahid. Ia ingin memastikan putranya baik-baik saja setelah kejadian tadi pagi. Begitu melihat Zahid bermain dengan teman-temannya di halaman sekolah, hatinya sedikit lega. Zahid tampak ceria, tertawa riang saat bermain kejar-kejaran.

Namun, momen ketenangan itu segera terganggu ketika ponsel Rheina berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Melihat nama yang tertera di layar, Rheina menghela napas panjang. Pesan itu dari mantan mertuanya, Desti. Seperti yang diduganya, pesan tersebut berisi ancaman yang kasar.

"Jangan coba-coba mendekati Adnan lagi! Kamu hanya membawa masalah. Jauhi anakku, atau aku akan pastikan kamu menyesal."

Rheina hanya tersenyum dingin membaca barisan pesan tersebut. Ia sudah sangat hafal tabiat mantan mertuanya itu. Desti selalu mencoba menakut-nakutinya, berusaha untuk memisahkan dirinya dari Adnan.

Dengan tenang, Rheina menyimpan ponselnya kembali. Ia tahu tidak ada gunanya membalas pesan tersebut. Baginya, yang terpenting adalah kebahagiaan Zahid. Ia tidak akan membiarkan ancaman apapun mengganggu hidupnya dan anaknya.

Rheina mendekati Zahid yang sedang beristirahat setelah bermain. "Hai, Nak. Bagaimana mainnya? Seru?"

Zahid mengangguk dengan semangat. "Seru sekali, Ma! Zahid tadi menang lomba lari sama teman-teman."

Rheina tersenyum, mengusap kepala Zahid dengan penuh kasih sayang. "Mama bangga sekali sama kamu. Terus main yang baik, ya, tapi jangan lupa makan siang juga."

Zahid tersenyum lebar, mengangguk sebelum kembali bermain dengan teman-temannya. Melihat anaknya yang bahagia membuat Rheina merasa tenang, meskipun ancaman dari Desti terus membayangi pikirannya.

Saat kembali ke ruang guru, Rheina duduk sejenak dan memikirkan langkah selanjutnya. Ia tahu harus bersikap tegas, bukan hanya demi dirinya sendiri, tetapi demi Zahid. Ia tidak bisa membiarkan masa lalu dan ancaman Desti menghancurkan kebahagiaan mereka.

Rheina memutuskan untuk tidak tinggal diam. Ia akan mengumpulkan bukti ancaman dan bersiap menghadapi Desti secara hukum jika perlu. Sebagai seorang ibu, ia harus melindungi anaknya dari segala bentuk ancaman, termasuk dari mantan mertuanya sendiri.

Dengan tekad yang bulat, Rheina kembali ke kelasnya untuk melanjutkan mengajar. Ia tahu jalan di depannya tidak mudah, tetapi demi Zahid, ia siap menghadapi apapun. Dalam hatinya, ia berjanji akan memberikan kehidupan yang tenang dan bahagia untuk putranya, tanpa ada bayang-bayang ancaman dari siapapun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!