NovelToon NovelToon
Cinta Seindah Khayalan

Cinta Seindah Khayalan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Wanita Karir
Popularitas:19.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Payang

"Tidak adakah pekerjaan yang bisa kamu lakukan selain mengganggu kesibukan orang lain?" Clive melirik dingin Berry yang duduk disebelahnya.

"Aku hanya ingin wanita itu menjadi ibuku. Bila menunggu Ayah, sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kehidupan," Berry ikut melirik dingin pada ayahnya.

"Siapa yang mau menjadi Ibumu? Wanita itu?" Clive tersenyum sinis mendengar ucapan putranya.

"Aku saja tidak mau jadi Ayahmu. Terpaksa saja, karena kamu adalah anakku," Clive membuka sabuk pengamannya, lalu segera turun dari mobil. Ia membuka pintu, lalu meraih tubuh kecil Berry masuk dalam gendongannya dan menyerahkannya pada pengasuhnya.

"Pastikan pria kecil ini tidak membuntutiku lagi."

"Baik Tuan," David membungkuk hormat, lalu menggandeng tangan Berry yang segera ditepis anak itu lalu berlari memasuki rumah.

Ikuti kisah Berry, yang memilih sendiri siapa wanita yang dijadikan sebagai ibunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Yuna Sakit

Pukul 15:10, di Kantor Laboratorium Pengujian Bahan Bangunan Pemerintah.

📞"Ibu, aku dirumah sakit Pemerintah sekarang, bisa kah Ibu kemari?"

📞"Sayang, kenapa kamu bisa ada disana? Kamu yang sakit?" Sizy seketika cemas. Seingatnya, saat mereka sarapan bersama tadi pagi, pria kecilnya itu baik-baik saja, sama sekali tidak mengeluhkan sakit apapun.

📞"Bukan aku, tapi Yuna Bu, panasnya tinggi sekali," jelas Berry singkat.

📞"Y-Yuna? Bagaimana kamu bisa bersamanya?" kecemasan Sizy memang mereda karena bukan pria kecilnya yang sakit, tapi kabar sakitnya Yuna, dan bagaimana Berry bisa bersama bocah perempuan itu membuat banyak spekulasi timbul dalam benaknya.

📞"Itulah sebabnya aku meminta Ibu kemari, masalah ini hanya bisa diselesaikan oleh orang dewasa. Nanti aku jelaskan pada Ibu setelah sampai disini."

📞"B-baiklah, Ibu segera kerumah sakit sekarang."Sizy menutup sambungan telepon dengan bergegas meraih tas kerjanya.

"Fio, bila ada yang mencariku, katakan aku ke rumah sakit Pemerintah. Tadi Berry menelpon kalau ia membawa temannya yang sakit untuk berobat," pamit Sizy sambil berjalan terburu-buru menuju pintu keluar.

"Berry? Oh, si pria kecil yang hebat, aku kagum padanya. Ok Kak, beres, jangan khawatir, aku akan membereskan pekerjaan yang masih tersisa ini," sahut Fiona dengan ciri khasnya yang selalu ceria.

"Terima kasih Fio, kamu memang bisa Kakak andalkan. Kakak juga akan menitip pesan di resepsionis nanti, kalau kakak sedang keluar karena ada urusan di rumah sakit," sambung Sizy sebelum menghilang dibalik pintu.

...***...

Langkah kaki Sizy yang mengenakan high heels-nya terdengar berkejar-kejaran memasuki rumah sakit sampai akhirnya ia melihat keberadaan Berry dan David ruang depan ruang IGD.

"Sayang, apa yang terjadi?" Wanita itu gegas meraih tubuh pria kecilnya dan menggendongnya.

Berry tidak menjawab, ia melirik pada David dari dalam gendongan Sizy, memberi isyarat agar kepala asisten rumah tangga keluarganya itu yang memberi penjelasan pada ibunya.

"Nyonya, tuan kecil meminta saya dan sopir tidak langsung pulang, tapi singgah dirumah nona Yuna temannya. Tuan kecil merasa khawatir karena tidak melihat nona Yuna disekolah hari ini."

David yang tanggap segera memberi penjelasan.

"Benar saja, saat kami sampai disana--, pagar, pintu rumah tidak terkunci, kami menemukan nona Yuna mengigau ditempat tidur dengan suhu tubuhnya yang panas tinggi, dan dirumah itu tidak ada siapapun selain nona Yuna."

"Tanpa banyak berfikir kami segera membawanya kerumah sakit ini untuk dirawat. Dan saya sudah menelpon pihak sekolah untuk menghubungi ibunya nona Yuna, karena kami tidak memiliki nomor kontaknya Nyonya."

"Mohon maafkan saya, karena bertindak lebih dulu tanpa bertanya pada Nyonya," David kembali merunduk setelah memberi penjelasan.

"Tidak masalah asisten David, terima kasih karena sudah bertindak cepat bersama Berry. Lalu, dimana Yuna sekarang, apa dia baik-baik saja?" Sizy mengedarkan pandangannya.

Seketika ia membeku saat melihat seseorang sedang melangkah dari ujung lorong rumah sakit kearahnya dengan tatapan dingin.

"Lidiya..." Sizy bergumam dalam hati.

"Mengejutkan sekali, setelah bertahun-tahun lamanya, akhirnya kita bertemu disini. Apakah bocah laki-laki ini adalah putramu dengan pria ini? Kasihan sekali, ternyata Edwin tidak benar-benar mencintaimu. Kita impas kan? Sama-sama tidak mendapatkan laki-laki itu," sarkas Lidiya tanpa basa-basi, merasa puas.

"Jaga batasan bicara Anda. Wanita bermulut pedas seperti Anda tidak pantas berbicara seperti itu pada Nyonya."

"Nyonya?" Lidiya terkesiap mendengarnya, menatap David yang memberi tatapan tidak suka padanya. Detik berikutnya, perempuan itu membekap mulutnya, menahan tawa sembari mengalihkan pandangannya pada Sizy dengan tatapan meremehkan.

"Oh... Saya takut sekali! Ternyata perempuan ini adalah seorang Nyonya besar sekarang, sungguh membuat saya takut..." Lidiya spontan terkekeh dengan nada penuh ejekan.

"Lagaknya seperti isteri pengusaha kaya raya saja, heuh!" imbuh Lidiya lagi dengan nada sinis.

Dari dalam gendongan, Berry menatap dingin wajah Lidiya yang telah meremehkan ibunya, terlebih saat ia teringat wanita yang sedang tertawa mengejek itu telah bersikap semena-mena pada Yuna, putrinya sendiri.

"Ternyata, bukan wajahnya saja yang buruk rupa, tapi hatinya juga busuk, penuh borok berulat yang menjijikan! Pantas saja Yuna sampai sakit punya ibu seperti dia!" lantang Berry yang segera dibekap oleh Sizy yang kaget mendengarnya.

"Bocah nakal! Berani-beraninya kamu bicara seperti itu pada orang tua! Jadi kamu bocah yang dimaksud kepala sekolah yang membawa Yuna kemari? Kamu fikir berobat tidak pakai duit! Kamu fikir--" Lidiya blingsatan mendengar ocehan Berry.

Ceklek!

Pintu ruang IGD terbuka, membuat Lidiya memutus ucapannya saat seorang dokter keluar dari sana.

"Saya dokter Andi, siapa diantara Bapak dan Ibu yang ada disini adalah orang tua dari Yuna?" tanya sang dokter, memandangi Sizy, David, dan Lidiya bergantian.

"Saya Lidiya, ibunya Yuna, Dok! Bagaimana dengan putri saya?" Lidiya bergegas mendekati sang dokter.

Pria yang mengaku dokter Andi itu memandangi sesaat wajah Lidiya, lalu memindainya dengan teliti, dari atas kebawah dan kembali lagi keatas.

"Ada apa Dok? Apa terjadi sesuatu pada putri saya?" tanya Lidiya yang merasa terganggu pada cara dokter Andi menatapnya.

"Ibu Lidiya, sebaiknya anda ikut saya masuk," datar dokter Andi kemudian.

"Izinkan saya dan Ibu saya juga masuk Dok, kami mau melihat keadaan Yuna," Berry buru-buru meminta izin saat dokter Andi akan berbalik.

Melihat Berry, dokter Andi berfikir sesaat, karena pria kecil itu yang sedari tadi panik dan terus mengejarnya kesana-kemari bersama pria dewasa agar segera merawat teman sekolahnya.

"Baik, kamu dan ibumu juga boleh masuk Berry," setuju dokter Andi. Lidiya yang mendengarnya memasang wajah tidak suka pada Berry dan Sizy, tapi tidak bisa berbuat apapun untuk menolak keduanya ikut.

Didalam ruang IGD, nampak Yuna sedang tertidur dalam selimut diranjang pasien, sesekali terdengar bocah perempuan itu meracau karena panas tubuhnya yang masih tinggi.

Beberapa perawat sedang membereskan peralatan medis, dua wanita paruh baya yang duduk disekitar ranjang Yuna segera berdiri saat melihat keluarga pasien.

"Yuna..." Lidiya gegas mendekat keranjang pasien.

"Mohon jangan mengganggu pasien, biarkan dia beristirahat," tegur dokter Andi, membuat Lidiya mengurungkan niatnya.

"Menurut pemeriksaan kami, lambung pasien yang kosong telah memicu asam lambungnya naik. Apakah putri Ibu memang jarang sarapan setiap pagi?" tanya dokter Andi menatap Lidiya.

"Yuna termasuk anak yang malas bangun pagi, itu sebabnya dia jarang sarapan supaya tidak terlambat kesekolah. Kalau tentang makan, dia anak yang sangat rakus, lihat saja tubuhnya gendut seperti itu," sahut Lidiya.

Sizy merasakan cengkraman tangan Berry dipundaknya, membuat wanita itu sontak memperhatikan wajah memerah pria kecilnya yang biasanya berwajah datar.

"Pasien memang obesitas, tapi tetap harus rutin sarapan. Dan sebagai ibunya, ibu Lidiya harusnya menjaga pola makan putri ibu supaya tetap sehat," tegas dokter Andi.

Lidiya menelan salivanya.

"Selain asam lambung yang menjadi penyebab demam tingginya pasien, kami juga menemukan banyak lebam ditubuh pasien," dokter Andi menyingkap selimut Yuna, Lidiya terbelalak melihat banyaknya lebam dibagian perut dan dada putrinya, seperti kata sang dokter.

"Dipungungnya juga banyak, seperti korban penganiayaan," imbuh dokter Andi menatap curiga pada Lidiya.

"Bukan saya yang melakukannya Dok, sungguh bukan saya!" Lidiya mendadak pucat.

"Kalau bukan ibu Lidiya, lalu siapa?" tekan dua wanita paruh baya yang sedari tadi diam saja.

"Kami dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), begitu mendapat laporan dari rumah sakit tentang apa yang terjadi pada pasien, kami segera kemari," ucap salah satu dari dua wanita paruh baya itu.

"T-tunggu, Ibu-ibu tidak sedang menuduh saya bukan? Saya ini Mamanya Yuna," panik Lidiya.

"Ibu Lidiya menjelaskan semuanya dikantor polisi saja," ungkap keduanya, begitu melihat dua pria berseragam polisi telah tiba disana, setelah beberapa saat yang lalu mereka hubungi.

"Sayang apa ini maksudmu Ibu harus datang? Karena perkara ini hanya bisa diselesaikan oleh orang-orang dewasa?" Sizy menatap Berry dalam gendongannya.

Sementara itu, Lidiya berusaha meronta saat dua polisi itu membawanya pergi dari ruangan itu.

"Iya Ibu."

"Ibu bangga padamu Sayang," Sizy mengecup pipi Berry dengan sayang, tidak menduga pria kecilnya itu akan berpikir sampai sejauh itu.

Bersambung...✍️

1
F.T Zira
5🌹 buat Yuna...

sekalian lagu bukan permainan yaa🤭🤭🤭
F.T Zira
bentar... bentar....
berry tau lagu gita gutawa/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
F.T Zira
tenang Yuna.. kalo ada si Pria kecil ini keinginan apapun darimu bakal di kabulkan🤭🤭
F.T Zira
siap menuju proses pembuatan kecebong asli.... ehhh🤭🤭🤭
F.T Zira
dari mana kamu tau itu asin🤭🤭🤭 emang baru di cicip ya🤭🤭
F.T Zira
ho oh... jawab gitu aja.. kan wajar kalo khawatir🤭🤭
Aerik_chan
3 bunga dan 3 iklan untukmu kak/Rose//Rose//Rose//Plusone//Plusone//Plusone/
Aerik_chan
suka kalau semua sayang begini
Zenun
ya, ya, memang seperti itu adanya.
Dewi Payang: 😁😁😁😁😁😁😁😁
Zenun: hehehehe
total 3 replies
Zenun
Lah, udahan ini? 😁
Dewi Payang: 🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Zenun: emang ya? 😄 siapakah gerangan
total 5 replies
Nay
👍👍👍 jd nambah banyak pengetahuan nih
Dewi Payang: Semoga bermanfaat kak, dan terima kasih untuk apresiasinya kakak pada karya novel ini sampai sekarang🙏🙏👌
total 1 replies
Nay
Ho oh.. emang sangat membagongkan..
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣👍
total 1 replies
Nay
Tahan…. Tahan…. Tahan….
Otw unboking kah…
🤭🤭
Dewi Payang: 😂😂😂sepertinya begitu...🤭🤭
total 1 replies
Nay
🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Dewi Payang: Diledekin terus sama.Clive😄
total 1 replies
@Intan.PS_Army🐨💜
ih Bunda mah
Dewi Payang: Kenapa kak?😄
total 1 replies
neng ade
aku idola Chairil Anwar puisi nya yg berjudul Aku pernah jadi ajang lomba saat aku duduk di bangku SMEA meski dapat juara ke 3 tapi aku bangga 😁😍🙏
Dewi Payang: Wow, mantap kakak👍👍 pasti seru lombanya...🥰🥰 aku malah gak pernah juara lomba baca puissi kak😂😂😂
total 1 replies
Mei Mei
Luar biasa
Dewi Payang: Terima kasih kak Mei untuk apresiasi rate bintang 5 nya🫰🫰
total 1 replies
Rembulan Pagi
is is is
Dewi Payang: 😭😭😭😭😭😭
total 1 replies
F.T Zira
5🌹 buat ka author yg udh membagikan ilmunya...

malu sangat diriku,, gak terlalu banyak tau tentang budaya sendiri🥲🥲🥲
F.T Zira: kaka ngomong IKN jadi pengen tau,, kaka udah ke sana belum🤭🤭🤭
Dewi Payang: Iya kak, apa lagi udah jadi IKN😂
total 4 replies
F.T Zira
aahh... lanjut kan😏😏
Dewi Payang: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!