Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 24.
"Kalian lihat apa yang dilakukan oleh tuan? Tidak biasanya tuan berubah menjadi seorang pecinta wanita, wah nona Aira hebat bisa merubah tuan seperti itu." Vero dengan decak kagumnya.
"Tuan memang pecinta wanita, namun bukan seperti kamu yang buaya." Andre menimpali dengan tatapan tajamnya.
Vero pun membalas tatapan Andre dengan sangat tajam, melebihi tatapan Andre sebelumnya.
"Tuan memang pecinta wanita, namun Vero yang buaya. Hahaha." Andre kabur saat bernyanyi mengenai rekannya itu, al hasil membuat wajah Vero memerah.
"Andre!!" Teriak Vero yang baru sadar jika dirinya dijadikan sebagai bahan nyanyian dan sindiran dari Andre yang telah berlari menjauh.
Lalu dengan sekuat tenaga, Vero berlari mengejar Andre. Marah, malu sudah habis didorong oleh tingkah laku Andre kepadanya.
Untuk Ansel dan Ricky, mereka berdua lebih memilih memisahkan diri. Karena jika terus bersama dengan kedua rekannya tersebut, sudah dapat dipastikan jika mereka juga akan terkena imbasnya dari kekonyolan mereka.
.
.
.
.
Dalam keadaan yang baru saja keluar dari rumah sakit, Kenzo tidak ingin membuat Aira beraktivitas dan melakukan sesuatu yang akan membuatnya menjadi kelelahan. Maka dari itu, sebagai gantinya ia mengirimkan para desainer yang bertugas membuat pakaian untuk pernikahannya ke rumah Aira.
"Bunda, apa benar Aira akan menikah?" Dalam lamunannya, Aira masih berada dalam kegalauan mengenai pernikahannya bersama Kenzo.
"Apa yang membuatmu putri bunda berpikiran seperti itu?" Bunda mendampingi Aira yang dimana para desainer sedang mempersiapkan pakaian.
"Kami bertemu saja baru sebentar, belum ada perasaan cinta diantara kami berdua bun. Aira takut, semuanya ini akan berakhir tidak baik nantinya." Aira menunduk, ia begitu kaget dengan semuanya ini yang hadir secara tiba-tiba.
Seakan memahami apa yang dirasakan oleh putrinya, bunda merangkul tubuh putrinya itu dengan perlahan. Lalu perlahan tangan sepuh itu mencium punggung tangan Aira, air mata bunda mengalir dengan sendirinya.
"Jika bunda boleh bicara jujur nak, bunda begitu sangat senang sekali ketika putri bunda ada yang berniat serius untuk meminangnya dan membina rumah tangga. Mungkin ini adalah perasaan dari seorang ibu, disaat nak Kenzo meminta izin untuk meminangmu. Hati bunda begitu bahagia nak, tidak ada sama sekali perasaan ragu untuk menerimanya, keyakinan itu timbul seketika saat permintaan nak Kenzo tiba."
"Seandainya ayah masih bersama kita dan bisa melihatnya, pasti ayah juga mempunyai sikap dan keputusan seperti bunda. Namun, jika kamu merasa ragu, jangan dipaksakan nak. Bunda tidak ingin kamu menjadi tersiksa dengan hal ini, masih ada waktu untuk membatalkannya." Bunda tersenyum untuk menutupi perasaannya yang mengerti akan keraguan pada Aira.
"Bunda, jangan menangis." Aira yang mendapati sang bunda menangis, lalu ia menghapus air mata yang mengalir pada wajah bundanya dengan kedua tangannya.
Menarik nafas beratnya, Aira memejamkan sejenak kedua matanya. Menyakinkan diri untuk mengambil keputusan yang cukup besar dalam hidupnya dan masa depannya, ia tidak ingin mengecewakan wanita yang telah melahirkannya itu. Walaupun dalam dirinya belum ada perasaan apapun pada Kenzo, ia tidak ingin membuatnya bersedih lagi.
"Bismillah, Aira menerima pernikahan ini. Walaupun Aira belum mempunyai perasaan apapun pada tuan Kenzo, Aira akan mencobanya bun. Karena pilihan bunda tidak akan salah, terima kasih. Doakan Aira terus ya." Aira memeluk bunda dengam begitu terharu.
"Bunda akan selalu mendoakan yang terbaik untuk anak-anak bunda, terima kasih sayang." Keduanya saling larut dalam suasana haru.
Para team desainer pun mengerjakan tugasnya, mereka memperlihatkan beberapa koleksi gaun pengantin untuk Aira. Setelah memilah beberapa dari gaun yang ada, lalu Aira mencobanya.
"Bun, yang ini bagaimana?" Aira menunjukkan gaun yang telah ia kenakan kepada bundanya untuk menerima pendapatnya.
"Cantiknya anak bunda, tapi nanti pakai dalaman lagi ya nak. Hadiahkan yang istimewa itu hanya pada suamimu nanti, karena dia yang akan berhak menerimanya." Bunda merasa takjub akan perubahan dari Aira.
Dengan sedikit usil, Shaka yang telah selesai dengan baju miliknya. Diam-diam dia mengambil foto sang adik dari berbagai sudut, lalu ia mengirimkannya pada calon iparnya yang selalu menjadi rivalnya. Shaka benar-benar belum akur dengan Kenzo, entah apa yang membuat mereka seakan tidak pernah bisa akur.
...Lihat saja, dia pasti seperti cacing yang mengeliat terkena sinar matahari saat melihatnya....
Tak lama kemudian, ponsel milik Aira berdering. Terlihat ada sebuah panggilan dari Kenzo, dimana saat itu ponsel milik Aira berada di tangan Shaka. Dengan begitu sengajanya Shaka membiarkannya tanpa harus menerima panggilan tersebut, senyum seringai tengilnya Shaka terlihat.
Disaat semuanya telah selesai, Aira dan bundanya tengah bersantai menikmati kudapan di sore hari. Mereka tidak menyangka jika proses fitting baju pernikahan itu sebegitu ribetnya dan melelahkan, bahkan Aira merasa ingin segera beristirahat saja.
"Loh, nak Kenzo." Bunda kaget saat mendapati Kenzo sudah berada didepan pintu rumah mereka.
"Tuan Kenzo? Bukannya hari ini, tuan ada pertemuan penting. Kenapa ada disini?" Aira pun ikut kaget melihat tubuh pria yang sudah hampir menyentuh atas pintu mereka.
Dari tempatnya, Shaka tersenyum kecut mendapati pria dingin itu berada dirumahnya. Dirinya pun tidak menyangka jika Kenzo bakalan posesif sekali dengan adiknya, namun pada hati kecilnya ia juga merasa senang.