Karina Fransiska Arnold tidak pernah menyangka jika dirinya akan dijadikan kambing hitam atas meninggalnya Gloria calon tunangan adik iparnya oleh wanita yang dicintai suaminya. Masyarakat berlomba-lomba mengutuknya dan menghujaninya dengan kalimat-kalimat umpatan dan sumpah serapan. Hingga membuat hidup Karina tidak tenang. Ia meninggalkan kota kelahiran ibunya dan kembali menjadi wanita yang paling dihormati di negaranya.
Kepergian Karina membuat hidup Ocean Dirgantara Gultom berubah 160 derajat.
10 tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dalam keadaan tak terduga. Namun, kebencian dari putra-putrinya merupakan penyesalan terbesar kedua yang ia rasakan setelah kehilangan wanita yang selama ini menjadi istrinya.
"Mungkin caraku salah dalam melindungi mu. Tapi, aku sadar menyesal pun tak ada gunanya." Ocean Dirgantara Gultom
"Sejauh apa pun aku bersembunyi. Tapi, takdir justru selalu memihak pada mu." Karina Fransiska Arnold
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Setelah minta maaf kepada wanita itu. Karena melangkah menuju kasir dengan wajah bertanya-tanya.
"Mengapa sangat sulit mencari data wanita itu? sudah sepuluh tahun berlalu. Namun, kenapa aku belum juga menemukannya. Sebenarnya sehebat apa dia sampai bisa menghilang tanpa jejak selama ini."
Namun perkataan kasir supermarket itu membuyarkan lamunannya.
"Nona, nominal belanjaan Anda 1 juta rupiah."
Karina langsung menyerahkan kartu debitnya untuk melakukan pembayaran.
Setibanya di mobil. Karina langsung menghubungi seorang kenalannya.
[ Halo, Karina. Aku tahu kamu pasti sedang membutuhkan bantuan ku.]
Seorang pria tertawa lepas mengangkat panggilan telepon dari Karina.
"Untuk kedepannya. Aku pasti akan selalu membutuhkan bantuan mu. Aku ingin kau menyelidiki seorang wanita yang sangat mirip dengan seseorang yang aku cari selama ini. Aku akan mengirim fotonya ke email mu."
Karina langsung memutuskan panggilannya dan berlaku meninggalkan supermarket.
Disisi lain
Seorang pria terlihat mengumpat saat sambung telepon dari Karina tiba-tiba diputuskan secara sepihak.
"Dasar teman menyebalkan! Harusnya bilang terima kasih sebelum mengakhiri panggilannya. Saat butuh saja baru datang!"
Hacih
Karina tiba-tiba bersin di dalam mobilnya.
"Cih. Siapa yang mengosip aku!" dengus Karina ngedumel pelan.
Setibanya di kediaman orang tua Josephine. Karina melihat putra-putrinya sedang bermain dengan Josephine. Ia merasa bersalah melihat kediaman gadis itu berubah berantakan.
"Anak-anak. Tolong rapikan lagi mainannya. Bibi akan kecapean kalau terus-menerus membersihkan dan merapikan mainan kalian yang sangat berantakan seperti ini." tukas Karina ngedumel menatap anak-anaknya.
"Enggak apa-apa kok, Rin. Lagian kalian cuma sebentar juga disini. Aku sangat happy dengan suasana keramaian seperti ini." kata Josephine tersenyum tipis. Gadis itu sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Ia malah senang melihat ketiga anak Karina bermain dengan cerita.
"Tapi, aku takut anak-anak ku terbiasa bersikap seperti itu di tempat lain, Jos."balas Karina ingin mendidik anak-anaknya agar bersikap sopan di rumah orang lain.
Josephine pada akhirnya mengalah dan membiarkan anak-anak Karina mengembalikan mainan mereka ke tempatnya.
"Madre akan menyiapkan cemilan untuk kalian." kata Karina membuat ketiga anak-anaknya tersenyum gembira. Dengan semangat empat lima. Ketiga anak itu dengan antusias menyelesaikan pekerjaan mereka. Mereka mengembalikan semua main yang dibeli oleh orang tua Josephine ke tempatnya.
Disisi lain
Ocean menatap datar setiap sudut ruangan kerjanya. Ia tahu banyak CCTV yang dipasang secara diam-diam di dalam ruangannya.
Saat Charles masuk ke dalam ruangan Ocean. Pria itu langsung disambut dengan wajah marah Ocean.
"Mengapa kau membiarkan wanita itu masuk ke dalam ruangan ku?" tanya Ocena dengan suara pelan namun penuh penekanan.
"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak menyadari kedatangan Nona Giselle." cicit Charles dengan suara bergetar.
"Untuk selanjutnya aku tidak akan mentolerir kesalahan yang kau lakukan."tegas Ocean duduk di kursi kebesarannya.
"Buang makanan itu! aku tidak ingin melihatnya ataupun memakannya!" timpal Ocean melanjutkan pekerjaannya.
Saat Charles akan melangkah keluar. Ocena kembali mengatakan sebuah kalimat yang membuat Charles terkejut.
"Untuk proyek pembangunan hotel Gultom di pulau P. Tolong serahkan semua ke Arnold group. Minta CEO Arnold group yang turun tangan langsung mensurvei kinerja para pekerja di lapangan. Untuk material yang dibutuhkan aku akan menyerahkan semua kepada Tuan Budiman dan Raharja. Aku tidak akan menerima perwakilan dari masing-masing perusahaan!" tegas Ocean dengan wajah datar.
"Aku tidak butuh nasehatmu! Aku hanya ingin kau segera menyelesaikan pekerjaan ini!"
Tanpa membantah. Charles langsung menjalankan perintah Ocean.
Malam harinya
Karina terkejut menerima panggilan dari nomor asing muncul di layarnya ponselnya.
"Halo"
Karina langsung mengangkat panggilan itu.
[Nona. Tuan setuju bila perusahaan Arnold bergabung dengan pembangunan hotel Gultom group di pulau P. Arnold group akan diberikan posisi pengawas terhadap para pekerja. Dengan syarat, Tuan meminta Anda agar turun ke lapangan secara langsung. Anda tidak boleh mengirim perwakilan ke sana!]
"Saya tidak bisa turun ke lapangan secara langsung! karena setelah kerja sama ini disepakati, saya akan kembali ke negara saya!" tegas Karina tidak percaya dengan penuturan Charles. Karina tidak mau berlama-lama tinggal di Indonesia. Entah mengapa ada sedikit perasaan cemas sekaligus takut di dalam hatinya.
[Maaf, Nona. Ini sudah ketentuan dari perusahaan. Jika Nona tidak setuju. Maka silahkan mengundurkan diri dari proyek ini!] jawab Charles dengan tegas. Ia tidak mau Ocean murka dengan kinerjanya.
[Saya akan menunggu konfirmasi dari perusahaan Arnold besok pagi. Jika Nona tidak setuju. Maka kesepakatan ini akan kami batalkan secara sepihak!]
Saat Charles ingin mengakhiri panggilannya. Karina pada akhirnya setuju dengan persyaratan yang diajukan oleh Gultom group.
"Baik. Saya akan turun ke lapangan secara langsung." putus Karina menghela napas berat.
[Baiklah, Nona. Saya akan mengabari Tuan Ocena.]
Charles mengakhiri panggilannya.
"Cih! apa kau ingin menyulitkan ku lagi!"
Karina menatap tajam gelapnya malam dari balik balkon kamar yang ditempatinya.
Keesokan paginya
Karina melangkah menuju Gultom group dengan tergesa-gesa. Ia tidak menyangka keberangkatan mereka ke pulau P akan dipercepat satu hari. Karina tidak membawa apapun pergi kesana. Kecuali handphone, laptop, kartu nama, kartu ATM dan juga dokumen penting yang mungkin saja akan dia butuhkan selama disana.
Dari kejauhan Karina melihat Ocean melangkah menuju mobil pribadinya. Dibelakangnya terlihat Charles mengekor dari belakang mengikuti langkah pria itu.
Saat Charles melihat keberadaan Karina. Ia langsung membelokkan langkahnya kearah wanita itu.
"Nona, Anda bisa ikut kami menunju pulau P. Kita akan berangkat dengan pesawat yang sama." ujar Charles dengan sopan. Bagiamana pun, Karina merupakan mantan istri atasannya.
"Baiklah."jawab Karina dengan wajah terpaksa.
Saat tiba di bandara. Karina langsung mengikuti langkah mereka masuk ke dalam pesawat pribadi keluarga Gultom. Ia melihat dua orang pramugari menyambut kedatangan mereka dengan senyuman ramah.
Karina duduk di kursi yang sedikit jauh dari Ocean maupun Charles. Ia tidak mau duduk di kursi yang terlalu dekat dengan kedua pria itu.
Tak beberapa lama seorang pria muda dan pria setengah baya masuk ke dalam pesawat pribadi keluarga Gultom. Pria muda itu dengan cepat menyapa Karina saat wanita itu sedang sibuk memandang langit cerah dari balik kaca.
"Karina, long time no see." sapa pria muda itu membuat Karina langsung mengalihkan pandanganya kearah asal suara.
Karina menatap pria itu dengan wajah datar. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan pria itu dengan begitu cepat.
Tanpa terduga. Pria itu langsung duduk di samping Karina hingga membuat pria lain yang duduk tak jauh dari mereka langsung kebakaran jenggot.
"Cih! bukankah kau seorang perwira polisi, Paul!" sindir Karina memutar bola matanya malas.
Paul tersenyum tipis melihat wajah jutek Karina.
"Kau semakin cantik setelah sepuluh tahun berlalu." celetuk Paul tanpa sadar membuat suasana di dalam pesawat itu berubah menegangkan.
Charles juga terlihat panik saat melihat wajah Ocean berubah merah seperti orang yang sedang menahan emosinya.
ini yg paling sulit kupahami jalan critanya