Kahisyana jatuh hati pada Carlio seorang bangsawan Belanda dari keluarga Fredinand, seorang penjajah yang menjajah bangsanya ratusan tahun. Kahisyana berusaha mengelak dan meninggalkan cintanya, namun takdir terasa selalu mengembalikannya pada Carlio.
Di samping itu, ia adalah wanita kuat yang selalu berusaha meninggikan derajat wanita, menjadi seorang relawan sebagai guru melawan protes dari pihak penjajah dan pihak bangsanya sendiri. Akankah Kahisyana berhasil atas dirinya dan bangsanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lunar crimson, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
033 — Dokter Louissa
Kahis mengerjapkan matanya perlahan, sedari tadi ia memikirkan hal yang tidak - tidak namun sesampainya di tujuan tempat beristirahat ia bingung. Ini sama sekali bukanlah markas yang berisi barak militer lebih mirip dengan perumahan.
“Ini bukanlah markas, ini rumah dinas milikku selama aku berada di sini,” ujar Jeffrien berkata pada Kahis, memperhilang kebingungannya. Tanpa Kahis dengar tadi, kedua pria itu diam - diam berunding lebih memilih tempat seperti ini dibandingkan ke markas Jeffrien yang lebih dekat barak para militer.
“Rumah dinas apanya? Ini tempat yang aku tinggali 6 bulan yang lalu saat aku berada di Gresik,” protes Carlio mencibir. Jeffrien hanya bisa menggaruk pelipisnya yang tak gatal.
Gadisnya itu pasti merasa tidak aman, pikir Carlio tadi, sehingga ia berpikir mencari tempat yang lebih nyaman. Sedangkan Kilam, ia langsung memaksa untuk berpamitan dengan keduanya untuk segera menemui ayahnya. Kilam dilanda rasa bersalah, ia tak melewatkan waktu begitu saja. Bagaimana pun rindu yang Kilam rasa tak bisa tertahan.
Klek.
Ketiga orang itu semuanya terkejut saat pintu rumah itu langsung terbuka oleh seseorang, memperlihatkan sileut perempuan yang sedang berdiri menghadap mereka sebenarnua orang itu juga sangat kaget. Hingga beberapa detik kemudian, keempatnya sama sama sadar bahwa mereka sama - sama manusia.
Carlio dan Kahis melempar pandangannya ke arah Jeffrien yang menggeleng dengan tatapan bingung lalu berganti menoleh ke arah gadis yang tengah menatapnya juga bingung.
“Untuk apa kau ke mari?” tanya perempuan itu, Jeffrien dengan mata yang sedikit terbelalak berpikir sama bingungnya.
“Aku yang seharusnya bertanya, kenapa kau di sini? Keluar.” tukas Jeffrien yang terdengar sedikit kasar.
“Beraninya denganku, jelas - jelas ini tempatku,” tolak perempuan itu sembari berkacak pinggang, lalu tatapannya beralih kepada dua pasangan serasi yang baru saja dilihatnya.
“Berhentilah bercanda!” pinta Jeffrien lagi terdengar kesal apalagi Carlio yang meminta kejelasan, jelas sekali ia merasa tak enak pada sahabatnya itu.
“Hei, teman! Mereka tamuku, mari masuk!” ajak perempuan itu kepada Kahis yang sedikit bingung karena logat bahasanya bercampur dengan Belanda.
“Maaf, ayo ke mari,” ajak perempuan itu lagi. Kahis menoleh ke arah Carlio meminta persetujuan lalu pria itu menganggukkan kepalanya.
“Masuklah, anggap saja perempuan ini tidak ada,” ajak Jeffrien langsung menyelonong masuk.
“Mau ke mana lagi?” tanya perempuan itu kepada Jeffrien saat melihatnya berbalik badan.
“Jangan seperti itu pada tamu kita!” peringat perempuan itu lagi lalu menarik baju seragam milik Jeffrien hingga empunya berdesis kesal.
Terpaksa Jeffrien menurut, daripada perempuan gila ini akan menyemburnya lagi habis - habisan, kepalanya akan sakit mendengarnya.
“Aku Louissa seorang dokter,” sapa perempuan yang kini dikenali oleh nama Louissa itu kepada Kahis yang bingung, senyumnya selalu tampak terbit.
Seumur - umur Kahis tak pernah diajak berkenalan dengan gadis Belanda, jadi wajar saja jika terbilang aneh menurutnya. “Senang bertemu, aku Kahisyana.” balas Kahis sembari berjabat tangan.
Carlio berdehem, Kahis menatap ke arah prianya itu dengan heran lalu dirinya melempar pandangan ke arah Jeffrien yang mondar - mandir tanpa henti.
Perempuan Belanda itu dengan sangat amat bar - bar menarik Jeffrien untuk duduk. “Aku sudah lelah melihat tingkahmu, berhentilah seperti anak kecil!” dengus Louissa.
“Carlio sahabatku, bilang kepada gadismu agar ia tak dekat - dekat dengan perempuan ini. Aku takut dia akan bertindak macam macam,” papar Jeffrien enteng.
“Malah aku yang takut untukmu jika dekat dengannya,” balas Carlio dengan sedikit tertawa, Jeffrin dan Louissa mendengus bersamaan.
Louissa mendelik ke arah pria di depannya, lalu tersenyum lagi saat melihat Kahis. “Kahisyana, pasti kamu lelah sehabis perjalanan jauh. Mari aku antarkan ke kamar atau menikmati jamuan bersamaku?” tawar Louissa begitu amat ramah.
“Aku rasa lebih baik kita berkenalan lebih dekat, gadis unik,” ujar Kahis dengan menyunggingkan senyum.
“Hanya orang yang mengerti diriku maka dia menyebutku gadis unik, sedangkan kau menyebutku gadis aneh tanpa alasan padahal dia yang sungguh aneh,” cerocos Louissa tak disangka ia membuka paksa kancing seragam Jeffrien membuat ketiga orang di sana membelalakkan matanya.
Empunya melotot kaget segera melindungi dirinya. “Hei, jangan nakal!” teriak Jeffrien keras pada Louissa.
“Jika aku tidak seperti ini lukamu tidak akan sembuh. Aku sudah diberi tahu oleh Jenderal jika luka tembakmu tidak berangsur membaik, maka dari itu aku sendiri yang harus mengobatinya,” ujar Louissa dengan panjang lebar.
Carlio dan Kahis yang berada di sana tertawa ingin sekali untuk terpingkal - pingkal jika mereka tak ingat berada di rumah orang.
“Bodoh Jeffrien, lukamu tampaknya menjadi infeksi. Ah, sialan!” umpat Louissa, pria di hadapannya masih saja bertindak seolah takut dengannya.
“Ayo Kahis, kita bermalam?” tawar Carlio langsung diiyakan oleh Kahis. Pasangan itu merasa datang di saat yang tidak tepat. Seharusnya mereka tidak berada di sana.
“Kau bertindak tidak sopan pada tamu, Louissa. Jamu mereka dengan baik bukan memaksaku seperti ini,” kesal Jeffrien pada Louissa yang tersadar akan kesalahannya.
“Maafkan aku, ya,” cicit Louissa.
“Tidak, bukan seperti itu gadis unik. Priaku tampaknya sangat lelah ingin bermalam segera,” imbuh Kahis segera mengerlingkan mata ke Carlio. Pria itu langsung kebingungan dengan maksud Kahis.
“Ah iya, gadisku juga berbisik bahwa ia merindukan pelukanku,” ujar Carlio merespon, Kahis langsung mendelik juga mendengarnya. “Ayo! Kami pamit istirahat terlebih dahulu,” ajak Carlio kemudian.
“Pasangan serasi, kapan kita begitu juga?” tanya Louissa spontan Jeffrien langsung melongo mendengarnya, begitupun Carlio dan Kahis yang terkikik geli sembari melangkah pergi.
“Jangan sampai salah kamar!” teriak Jeffrien mengingatkan Carlio yang kini telah menapaki anakan tangga.
“Sayang sekali dirimu ini tidak mempunyai seorang gadis satupun,” cibir Louissa sembari telaten mengobati luka dalam Jeffrien. Sesekali Jeffrien meringis saat tindakan Louissa sebagai dokter, kedua tangan dan sorot matanya sangat amat fokus sedangkan bibirnya itu tetap tidak berhenti untuk mengeluarkan suara.
“Sss, aku sudah punya anak,” papar Jeffrien akhirnya. Perempuan itu sedikit melongo mendengarnya, menghentikan tindakan medisnya.
“Benarkah?!” tanya Louissa tak percaya dengan mulut terbuka.
“Mulutmu bisa termasuki oleh lalat jika seperti itu terus,” ejek Jeffrien terkekeh.
sama aja jual anaknya untuk kepentingan dia yang tak mau jadi gelandangan
maaf saya juga orang baru di dunia novel. tapi itu semua pernah saya alami dan juga ditegur oleh auditor NT. dan untuk 'kata' lebih baik 1000- 1200 kata, agar bisa mencakup cerita di satu bab.
tetap semangat kak. semoga sukses🤗