Idolaku Kekasihku

Setelah selesai kuliah Maya langsung pulang ke rumahnya, ia terlihat tidak bersemangat hari ini. Rasa sedih dan sakit hati akan fitnah yang di tuduhkan kepada dirinya membuatnya terus memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Reynold.

Tring... Tring... Tring...

Ponsel Maya berdering.

"Iya halo kak."

"Halo sayang... Udah di rumah ya?"

"Iya sudah kak. Kakak sudah makan?"

"Belum.. Temenin yuk." ajak Reynold.

"Udah sore ini kak, bukan makan siang lagi namanya tapi makan sore. Ya udah aku siap-siap dulu ya."

"Ha.. Ha.. Ha... Oke sayang aku sudah di depan rumah kamu ya, aku tunggu di dalam mobil aja ya sayang. Gak apa-apa kan?"

"Loh... Kok gak ngabarin dulu kak? Ya udah tunggu sebentar ya kak."

Dengan secepat kilat Maya berganti pakaian dan mengoleskan makeup tipis-tipis serta liptint. Kemudian ia bergegas keluar karena tidak ingin kekasih hatinya menunggu terlalu lama.

"Silahkan masuk sayang..." Reynold membukakan pintu untuk Maya masuk saat melihat Maya sudah berjalan ke arahnya.

"Terimakasih kak."

Reynold mulai melajukan mobilnya ke sebuah cafe yang tak jauh dari rumah Maya. Di perjalanan Reynold memperhatikan Maya yang lebih banyak diam dan berbicarapun singkat-singkat.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Reynold dan Maya menoleh ke arah Reynold.

"Kak... Aku boleh bicara gak? Tapi kakak janji jangan marah ya."

"Boleh dong.. Mau ngomong apa sayang?"

"Aku mau kita putus aja kak."

Cckitttt....

Untung saja jalanan sedang sepi dan Reynold langsung melakukan rem mendadak saat mendengar kata Maya yang ingin minta putus. Reynold kemudian menepikan mobilnya supaya tidak mengganggu kendaraan lain.

"Maksud kamu apa sayang? Kenapa tiba-tiba mau putus? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Reynold yang kaget sekaligus sedih karena keputusan Maya.

"Maaf kak... Kakak gak ada salah sama sekali kok. Sekali lagi maaf kak." ucap Maya dengan menunduk. Ia sebenarnya tidak mau pisah dengan Reynold karena ia sangat mencintai lelaki itu, tetapi ia tidak ingin jika karir lelaki itu rusak karena memiliki hubungan dengannya. Biarlah dia yang menanggung semua, pikir Maya. Tak lagi bisa di bendung, air mata mulai membasahi sudut-sudut matanya.

Reynold menarik Maya ke dalam pelukannya. Bukannya marah tetapi Reynold malah bersimpati pada kekasihnya itu. Tangis Maya langsung pecah saat berada dalam pelukan Reynold.

"Sayang.. Jangan begini. Maaf jika aku egois, tapi aku sangat mencintai kamu dan aku gak mau kita berpisah."

"Apa semua ini karena gosip yang beredar di sosial media?"

"Maaf kak kalau aku lemah, aku takut. Aku tidak mau membuat image kakak jadi jelek karena kehadiran aku di sisi kakak." ucap Maya masih dengan tangisannya.

"Ssstttt... Kamu gak perlu mikirin itu sayang. Karena bagi aku, kamu itu lebih penting dari segalanya. Aku rela kehilangan apapun, asal itu bukan kamu. Jadi aku mohon, jangan pernah minta putus lagi ya. Hatiku sakit jika melihat kamu sedih seperti ini." Reynold mengeratkan pelukannya sambil mengusap punggung Maya.

"Aku takut kak." ucap Maya lagi dengan sesenggukan.

"Aku sudah menemukan orang yang telah menyebarkan foto kita sayang dan aku sudah memecat mereka semua, sedangkan orang yang telah berkomentar buruk tentang kamu aku sudah memenjarakan mereka semua. Jadi kamu tenang aja ya sayang, tidak akan ada lagi orang yang berbicara buruk tentang kamu. Aku akan selalu berusaha untuk melindungi kamu." Reynold membelai kepala Maya dengan lembut.

"Terimakasih kak."

"Aku yang harusnya terimakasih karena kamu mau bertahan di sampingku meskipun ini sangat berat untukmu. I love you sayang. Jangan pernah meninggalkan aku ya, karena kamu segalanya untukku." Reynold mengecup kening Maya membuat Maya menjadi nyaman dan sedikit tenang.

"I love you too sayang."

"Apa? Coba ulangi lagi tadi kamu ngomong apa sayang?"

"I love you too."

"Bukan yang itu. Yang setelah itu coba ulangi lagi."

"Sa... Sayang..." ucap Maya malu-malu. Reynold senang bukan main dipanggil 'sayang' oleh Maya.

***

Sekarang mereka sedang makan bersama di sebuah restoran, dan kini Reynold tidak menyewa satu restoran khusus seperti biasanya. Restoran itu ramai oleh pengunjung dan kebanyakan dari pengunjung itu pada lirik-lirik memperhatikan dua sejoli itu. Bukan karena tidak mau, tetapi Reynold merasa sudah waktunya ia menunjukkan siapa wanita yang akan menjadi calon istrinya kehadapan publik.

Reynold yang sadar Maya merasa tidak nyaman langsung menggenggam tangan Maya, tidak peduli jika orang-orang di sana akan membicarakan mereka. Karena Reynold akan membabat habis setiap orang yang berbicara buruk tentang kekasih hatinya itu.

"Gak usah pedulikan mereka sayang, fokus saja pada diriku. Anggap mereka semua tidak ada di sini."

"Iya kak." jawab Maya sambil menunduk.

"Nanti boleh aku bertemu orangtua kamu sayang? Ada yang mau aku bicarakan dengan beliau." ijin Reynold.

"Mau ngomongin apa kak?"

"Ada deh." ucap Reynold sambil menoel hidung Maya membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Setelah acara makan selesai, Reynold menggandeng Maya keluar dari restoran itu dan banyak diantara pengunjung restoran itu yang menatap ke arah mereka bahkan ada di antara mereka yang mengambil foto Reynold dan Maya.

"Jika ada di antara kalian yang menyebarkan foto kami dan membuat gosip tidak berdasar yang akan membuat calon istri saya sedih, kalian akan tanggung akibatnya!" ucap Reynold tegas dengan tatapan tajamnya menatap satu per satu pengunjung di sana. Kemudian ia berjalan keluar restoran bukan dengan menggandeng tangan Maya tetapi pria itu malah memeluk pinggang Maya dengan erat hingga tidak ada jarak di antara mereka.

Reynold melajukan kendaraannya ke kediaman Maya. Sesampainya mereka masuk ke dalam dan melihat orangtua Maya yang sedang duduk di sofa sambil menonton televisi.

"Selamat malam om.. tante.." sapa Reynold sopan sambil menyalami tangan kedua orangtua Maya.

"Selamat malam nak Rey. Silahkan duduk." kemudian mama Shinta ke dapur mengambil minuman untuk Reynold. Setelahnya mereka ber empat kembali duduk.

"Om.. tante.. Maaf jika mengganggu malam-malam. Ada yang ingin saya sampaikan."

"Silahkan nak. Ada apa?" tanya papa Rudy.

"Tujuan saya ke sini saya ingin meminta ijin untuk melamar Maya om. Jika om dan tante mengijinkan saya akan membawa kedua orangtua saya kesini untuk melamar Maya om."

"Tante dan om setuju saja, tetapi semua itu kembali kepada Maya. Karena apapun keputusan Maya tante dan om akan menyetujuinya selama itu demi kebaikan. Bagaimana menurut papa?" tanya mama Shinta pada suaminya. Sedangkan Maya hanya melongo karena tidak menyangka jika Reynold akan meminta ijin untuk melamarnya kepada kedua orangtuanya.

"Kalau om bagaimana baiknya saja. Jika kalian memang sudah siap untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius maka kami akan merestuinya."

"Terimakasih om dan tante. Saya akan membawa kedua orangtua saya kemari untuk melamar Maya."

"Silahkan nak.. Kami akan menunggu niat baiknya." ucap papa Rudy.

********